Search

Monday, June 19, 2006

Di Kolam Renang, Paradise Club

Paradise Club swimming pool.

Aku duduk di salah satu bangku yang terletak di sebelah timur kolam renang.

Seperti biasa setelah berenang selama kurang lebih satu jam, dan kemudian mandi, aku duduk-duduk di salah satu bangku, menunggu rambutku kering sebelum aku beranjak pulang. Karena buru-buru ketika berangkat tadi, aku lupa memasukkan satu buku ke dalam tas berenangku. Aku hanya menyelipkan buku harianku dan balpoint ke dalamnya, selain “peralatan” berenang plus perlengkapan mandi.

So? Yeah, aku tidak membaca buku apa pun sekarang. Aku hanya menulisi buku harianku. Kali ini aku memiliki waktu untuk memandang ke seluruh penjuru kolam karena aku tidak disibuki membaca buku.

Di papan loncat, aku memperhatikan seorang guru mengajari dua anak didiknya untuk melompat yang dikenal sebagai “lompat paku” ke dalam kolam renang. Aku taksir kedua anak didiknya berkisar 7-8 tahun. Aku lihat kedua anak itu agak takut-takut untuk melompat sehingga mereka tidak berhasil menunjukkan posisi tubuh yang benar ketika berenang.

Aku jadi teringat Angie. Dia mulai kuleskan berenang di tahun 1998, berarti ketika dia berusia 7 tahun. Dia terlihat begitu menikmati kegiatan berenangnya. Angie pun termasuk kategori anak pemberani ketika diajari melompat paku seperti yang baru kulihat tadi. Dia langsung bisa menirukan gerakan pelatihnya dengan benar. Beda denganku yang meskipun bisa berenang paling takut ketika harus melompat dari papan seperti itu. LOL. Dan wajah yang ditunjukkan Angie setelah lompatan pertamanya itu begitu menggemaskan. Begitu kepalanya muncul dari air, dan berinjak-injak air, dia berteriak, “Wow ... enak!!! Lagi ah!!!” dan kemudian dia pun melakukan lompatan itu berkali-kali.

Aku kembali memandangi kedua anak perempuan dan pelatih renangnya.

Kemudian pandanganku pindah ke kiri. Aku melihat dua anak laki-laki dan seorang laki-laki yang kuperkirakan sang ayah. Mereka asik makan POP MI sambil bercakap-cakap ramai.

Aku ingat seorang teman yang memiliki dua anak laki-laki, berusia 4 tahun dan satu setengah tahun. Aku membayangkan dia mengajak kedua anak laki-lakinya berenang di kolam renang PC. Mungkin kemudian aku akan asik ngobrol dengannya sementara kedua anaknya berenang. (Dan aku tidak menulisi buku harianku. LOL.)

Aku juga ingat seorang teman lain yang anak pertamanya laki-laki juga. Seandainya anak keduanya juga laki-laki, well, mungkin seperti itulah pemandangan yang akan aku lihat jika dia mengajak kedua anak laki-lakinya berenang.

Tiba-tiba aku teringat sapaan mbak yang jaga pintu kolam renang. Seminggu yang lalu dia menyapaku, “Pagi mbak Nana. Sendirian? Kok ga pernah ngajak teman?” aku cuma tersenyum manis. (Memang senyumku manis kok. LOL.)

Jadi ingat dulu teman kosku juga pernah menanyakan hal yang sama, mengapa aku selalu pergi berenang sendirian. Well, aku berenang untuk berenang, bukan untuk ngobrol. Kecenderungan untuk “pindah tempat ngobrol” selalu terjadi ketika aku berangkat berenang dengan orang lain. Aku juga termasuk orng yang cuek dan sama sekali tidak friendly ketika aku telah berada di kolam renang. Aku tidak pernah menyapa orang lain dan juga tidak suka disapa ketika berenang.

Ingat waktu aku berenang di kolam renang miik UNY. Kadang-kadang ada orang yang menyapaku, ketika aku membetulkan letak kacamata renangku. “Wah mbak, berenangnya kuta juga yah? Berenang berapa kali seminggu?” setelah menjawab secukupnya, aku akan segera meluncur berenang lagi, dan tidak akan berhenti di tempat yang sama, males harus “beramah tamah” dengan orang. Ketika aku harus berhenti unutk membetulkan letak kacamata, atau pun membersihkannya dari embun air, aku selalu berusahan memilih tempat yang sepi, yang tidak akan ada orang menyapa.

Aku selalu menemani kesendirianku ketika berada di kolam renang.

Lamunanku buyar. Aku kembali memandang ke sekitar. Hari sudah semakin siang. Sudah semakin sedikit orang yang masih berada di kolam renang. Laki-laki dengan kedua anaknya yang tadi berada di sisi kiriku telah pergi.

Mataku mulai mengantuk. Perutku mulai keroncongan minta diisi.

Aku sentuh rambutku. Hmm ... sudah mulai mengering. Dan aku sudah capek menulis. Aku membayangkan anakku satu-satunya kelaparan di rumah menungguku untuk sarapan bersama.

Pulang ah.

PT56 23.02 180606

No comments: