Search

Saturday, April 15, 2017

2 0 1 5

Colorful 2015 :)


MARET 2015

Mendadak aku mendapatkan begitu banyak waktu luang hingga aku bisa leluasa untuk sepedaan to my heart’s content di bulan Maret 2015. Saat yang tepat buatku untuk mewujudkan keinginanku untuk menggenjot kemampuanku bersepeda.

Keinginan untuk menjadi salah satu peserta gowes Srikandi B2W Indonesia mulai mengkristal sejak tahun 2013. Alasannya sepele sih, agar bisa mbolang bersepeda gratis. Hihihi ... Tahun 2013 dan tahun 2014 aku tersisihkan dari seleksi srikandi tingkat Jawa Tengah dan DIY mungkin karena aku tidak memiliki waktu yang cukup untuk latihan. Maka, mulai pertengahan tahun 2015 itu, aku bersepeda hampir tiap pagi, menempuh jarak dan trek yang bervariasi. Mulai dari 30 km per latihan, hingga kurang lebih 80 km. Mulai dari trek datar, rolling, hingga tanjakan.

Bener, hanya demi agar bisa mbolang bersepeda gratis nih?

Mungkin ada yang bertanya begitu. Well, dari pengalaman Ranz – my biking soulmate – saat mengikuti event Srikandi tahun 2012, dia mendapatkan banyak hal, selain pengalaman. Mulai dari sepeda – Cleopatra, sepeda polygon cleo 2.0 yang dibuat khusus untuk kaum perempuan, yang sejak tahun 2014 ngendon di Semarang – hingga helm, tas pannier, jersey, kaos, gloves, dll. Awalnya, tentu juga aku pingin punya sepeda baru, gratis. (hohoho ...) Namun, ternyata mulai tahun 2013, para peserta event Srikandi tak lagi mendapatkan sepeda gratis. Mungkin B2W Indonesia tak lagi mendapat sponsor ‘seheboh’ tahun sebelumnya ya?

Oh well, jika para peserta event Srikandi tak lagi mendapatkan sepeda dll, ya aku hanya bisa menjawab, “ingin ikut Srikandi demi bisa mbolang bersepeda gratis” kan? LOL.

Pada saat yang bersamaan – well, sebelum Maret sih – kebetulan aku punya gebetan (baru). Ehem ... satu hal yang ‘kusyukuri’ dari memiliki gebetan adalah mendadak aku jadi puitis (kembali). Kekekekeke ... I love being poetic, honestly. LOL. Namun, ternyata, aku butuh seseorang untuk menjadi ‘trigger’. :D (I am not a real poet, eh? LOL.)

Barangkali status-status di akun medsos itu membuat orang tahu aku sedang kasmaran. LOL. (Shhhttt ... beberapa bulan kemudian aku menyadari bahwa aku hanya sekedar naksir, bukan jatuh cinta. Konon, jika rasa suka itu tak lebih dari 4 bulan, itu hanya sekedar naksir. Jika sampai taraf jatuh cinta, rasa itu akan jauh lebih lama ngendon di hati. KONON. LOL.) Karena satu hal, status-status kasmaranku berhenti di bulan Maret itu. Berganti dengan status sepedaan kesana kemari. Dalam rangka menyiapkan diri untuk seleksi Srikandi.

Dan ternyata orang berpikir bahwa sepedaanku yang sedemikian rupa itu adalah pelarianku. Hadeeehhh ... Padahal beneran aku sepedaan untuk melatih diri. (Oh well, sejak kapan aku menggunakan istilah ‘latihan’ ya waktu sepedaan? LOL. Padahal sekian tahun lalu, aku tertawa ketika seseorang bertanya, “Masih rajin latihan Mbak?” pertanyaan yang dia maksud sebagai, “Masih sepedaan Mbak?” LOL. People really change now and again ya? LOL.)

Well ... setelah ‘latihan’ sedemikian rupa, ternyata aku juga tetap tidak terpilih untuk mewakili Jateng dan DIY dalam event Srikandi tahun 2015 itu. Aku punya excuse sih untuk ini. LOL. (1) dari segi usia, aku lebih tua dibanding Dyah yang terpilih. Kita berdua sama-sama rajin latihan, namun dia yang lebih muda plus didukung sepeda yang jauh lebih mumpuni ketimbang yang kunaiki, tentu memiliki stamina dan performa lebih prima ketimbang aku. Di kesempatan seleksi itu, aku sudah cukup bangga karena performaku lebih bagus ketimbang peserta seleksi lain, yang lebih muda dariku, yang juga didukung dengan sepeda yang jika dlihat kualitasnya lebih bagus ketimbang sepeda polygon cleo 2.0 yang kunaiki. (2) mmm ... apa ya yang akan kutulis? Lupa. LOL.

Setelah seleksi, mendadak hasratku untuk terus ‘latihan’ dengan rajin hilang. L Meskipun, well, di tahun 2015 itu aku masih lumayan rajin sepedaan di pagi hari. Latihan enduro dengan bersepeda ke alun-alun Demak tak lagi kulakukan ketika ada kecelakaan yang menimpa seorang pesepeda Semarang. Saat melakukan turing Semarang – Kudus, dalam perjalanan Semarang – Demak, beliau jatuh gegara lubang di jalan. Bersepeda dengan kecepatan tinggi, melewati lubang seperti itu sangatlah berbahaya. Beliau jatuh – entah karena tak mampu menjaga keseimbangan waktu melewati lubang, atau justru karena menghindari lubang, mengambil arah ke kanan, sialnya di belakang ternyata ada truck yang langsung menggilasnya. L

Berita kecelakaan itu begitu menyentakkanku. Sejak saat itu, aku tak lagi sepedaan sendirian ke arah Demak. (Hingga beberapa minggu lalu, aku kembali menyusuri jalan yang sama sendirian, bahkan kulanjutkan hingga sampai Kudus.)


Terminal Bangsal Lombok 


Keinginanku mbolang bersepeda gratis ternyata terwujud juga di tahun 2015 itu. Bukan dengan ikut event Srikandi, namun ditraktir Ranz. Cihuyyy J Melihatku terpuruk tidak terpilih (lagi) dalam seleksi Srikandi, dan Ranz pun menyalahkan dirinya karena tak bisa ‘melatihku’ untuk mendapatkan performa yang jauh lebih baik, apalagi menyediakan sepeda yang jauh lebih baik dari ‘hanya sekedar’ polygon cleo 2.0, membuat Ranz bertekad mengajakku mewujudkan impian kita berdua.

Awal bulan Mei 2015, Ranz mengajakku mbolang ke ujung JawaTimur. Dia memanjakanku dengan menyewa satu cottage di pinggir pantai Bama dua malam. Dia tahu telah lama aku bermimpi tidur di pinggir pantai, dimana ketika bangun pagi hari, aku cukup keluar dari cottage, aku akan langsung memandang pantai. Pantai Bama kebetulan terletak di sisi Timur, hingga kita cukup keluar cottage, menunggu matahari terbit dan kita akan bisa mengabadikan pemandangan sunrise!

Bama adalah satu lokasi yang nyaman untuk menyepi karena kita tak akan bisa dihubungi oleh siapa pun. Tak ada sinyal hape, apalagi internet. :D Di savana Bekol, kita masih bisa terhubung dengan ‘dunia luar’. Namun di Bama, yang terletak hanya 3 kilometer dari Bekol, kita bisa benar-benar menyembunyikan diri dari keramaian.

Bama juga adalah tempat yang lengkap untuk ber’autis ria’. Ingin memandang laut lepas? The sea is exactly in front of our nose. Mau bercinta dengan hutan? Ada hutan Baluran. Ingin memanjakan mata dengan pemandangan padang rumput yang luas? Bekol lah tempatnya! Nothing else you need, right? J

Satu setengah bulan kemudian, Ranz kembali menraktirku, mewujudkan impian kita (yang lain) menjadi nyata : bersepeda di Bali, bahkan hingga Lombok! Tak hanya dalam waktu 3 – 5 hari seperti ketika kita bikepacking. Kali ini kita dolan dalam kurun waktu hampir 2 minggu! Ini termasuk dua hari pp Solo – Banyuwangi, Banyuwangi – Solo naik KA Sritanjung.

Bersepeda di Bali telah menjadi impianku (mungkin juga Ranz) sejak tahun 2012, saat Da ikut event BALI BIKE yang diselenggarakan oleh Kompas. Jika event BALI BIKE hanyamakan  waktu 3 hari, aku dan Ranz mbolang di kawasan Bali dan Lombok selama kurang lebih 10 hari. Isn’t it SOMETHING?

Impian bersepeda ke Baluran dan Bali + Lombok (for FREE, for me) akhirnya menjadi kenyataan di tahun 2015 karena hal-hal yang kutulis di atas. 

It is 2017. Mari bermimpi bersepeda ke Wae Rebo, Labuan Bajo, atau kemana lagi yang belum pernah kita kunjungi. Semoga impian kita menjadi kenyataan. Amin. J


LG 15.51 13042017