Search

Sunday, October 30, 2022

HOW OFTEN IS NORMAL?

 


Kisah bermula ketika di satu pagi, Carrie kentut saat masih berada di 'bed' bersama kekasihnya, Mr. Big. Ini terjadi di apartment Mr. Big. Meski konon jika seseorang tanpa sengaja kentut di depan kekasihnya  ketika sepasang kekasih itu belum lama jadian, itu berarti mereka berdua sudah saling merasa nyaman satu sama lain, toh Carrie tetap merasa sangat malu karenanya. Saking malunya, dia langsung kabur pulang ke apartmentnya sendiri, mengabaikan tawaran Mr. Big untuk ngopi terlebih dahulu.

 

Setelah seharian menyibukkan diri bekerja -- meski tetap saja tidak bisa melupakan kejadian memalukan itu -- akhirnya Carrie berusaha berdamai dengan diri sendiri, dan mencoba untuk tidak bersikap kekanak-kanakan. Keesokan hari, dia kembali berada di apartment Mr. Big -- pacar baru yang di matanya perfect in everything.

 

Malamnya saat mereka akan tidur, untuk pertama kali Mr. Big menolak make love, dengan bilang, "I am very exhausted. Can we call it a day?" Dan ternyata hal ini juga terjadi di dua malam selanjutnya. Merasa tidak nyaman -- dan terus berpikir penyebabnya adalah dia kentut di depan Mr. Big, Carrie pun curhat kepada salah satu sahabatnya, Miranda.

 

Carrie: "is it normal to be in the same bed with your boyfriend for 3 nights in a row and have no sex?"

Miranda: "it depends on what normal for you is."

Carrie: "oh God, I hope I know what normal is."

 


 

Tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, Carrie pun melakukan sedikit interview kepada beberapa orang, sekaligus untuk bahan menulis di kolomnya, Sex and the City. Ada 4 orang yang jawabannya ditampilkan dalam film.

 

HOW OFTEN IS NORMAL?

 

Man 1: "I have to masturbate 3 times a day to make myself feel normal. Other people have 3 coffee break, I have 3 jerk break."

Woman 1: "30-year old women in NY normally have sex 3 - 5 times a week? I want to know who that woman is."

Man 2: "My wife and I haven't had sex since our baby was born. The baby is going to Yale next Fall."

Woman 2: "One time a day, but twice on a very special day."

 

Sementara itu, ketika bertanya kepada Samantha, Carrie mendapatkan jawaban, "normal is half way from between what you want and what you get."

 

 

Itu di New York ya gaes. Dan film dibuat di awal 2000. apakah sekarang sudah jauh berbeda, atau kah tetap sama? Bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Tentu kita mengenal istilah "malam Jumat = malam sunnah Rasul" yang berarti saatnya "enak-enak" untuk pasangan suami istri. Tapi ada yang bilang, "Malam Jumat itu sunnah, sedangkan di malam-malam lain itu wajib." Meski juga ada yang ngeles bilang, "Ah, saya sih ga terlalu terpaku pada malam Jumat, bisa saja saya melakukannya di hari-hari lain."

 

Namun mengacu ke jawaban lelaki kedua di film, "My wife and I haven't had sex since our baby was born." kayaknya ini juga terjadi di banyak pasangan lain, dengan apa pun alasan yang mereka miliki. Lha wong di NY Amerika yang konon orang-orangnya sangat terbuka tentang sexuality, mosok di Indonesia yang mungkin sebagian komunitasnya masih tabu berbicara tentang seks ga ada yang mengalami no more sex after the baby was born?

 

Andai itu terjadi, apakah kedua belah pihak benar-benar tidak having sex during their whole life? There must be a very strong trigger for this ya.

 

PT56 16.46 30.10.2022

 

Friday, October 28, 2022

P M S dan Dolan

 


kutengarai ada yang berbeda pada diriku ketika PMS akhir-akhir ini, ketimbang saat aku berada dalam masa PMS sekian tahun yang lalu. dulu hawanya aku pengen ngamuk ke orang-orang yang ada di sekitar -- lebih baik lagi jika ada orang yang 'salah di saat yang tepat' (check my post here) -- aku bisa mendadak ngamuk seperti singa betina, meski aku tidak mengenal orang itu secara pribadi, lol.

beberapa bulan terakhir ini, aku justru lebih merasa sebagai orang yang paling nelangsa sedunia. (you may laugh at me for this.) bulan Agustus lalu terutama, perasaan ini kuat banget. waktu Angie pamit ke aku mau dolan somewhere bersama teman-temannya, I felt like there was a strong pang in my heart: kok Angie memilih pergi dengan teman-temannya? dan bukan denganku? 

for sure, kemudian aku introspeksi diri, ya aku sering pergi bersama Ranz, sepedaan here and there, dimana tentu aku tidak mengajak Angie, orang dia jelas ga akan mampu ngikutin. nevertheless, the strong pang still punched me and I could not complain. 

akhir Agustus 2022, mendadak Angie mengajakku dolan ke area Ambarawa - Salatiga. 

Angie: "Ma, do you know area Banyubiru?"

aku sudah rasanya patah hati waktu itu, she would go having fun with her besties again. 

Aku: "Iyalah. who are you going with?" tanyaku tak sabar.

Angie: "You."

O em jiii ... aku tak jadi merasa yang paling nelangsa di seluruh dunia. ketika aku cerita hal ini ke Angie, dia memandangku dengan sorot mata tidak percaya, sambil bilang, "Oh Mama, itu PMS! Mama PMS!"

ini beberapa foto kami berdua saat dolan ke area Banyubiru tanggal 4 September 2022. Ternyata Angie tuh 'cuma' pengen bikin vlog pendek di jalan lingkar Ambarawa. sudah, itu tok, lol. Maka ketika dia bertanya padaku aku ingin kemana lagi, aku bilang, "Telomoyo Yang." 

voila ... jadilah kami ke Gumuk Reco - Sepakung, Banyubiru. Saat disana, ada orang yang memprovokasi kami untuk lanjut ke puncak Telomoyo, tapi aku bilang ke Angie ga usah saja. Lha trek ke Gumuk Reco saja sudah bikin tratapan je. wkwkwkwkwkwk ...




















foto-foto berikut ini di Bukit Cinta - Banyubiru.











Thursday, October 27, 2022

Interpretasi

 aku copas dari 'note' facebook tanggal 27 Oktober 2009 :)



Karena kesal, maka aku menulis ini.

Barusan disapa seseorang -- a bloke, I don't really know him -- yang memang berada di contact list-ku.

Dia bertanya kok aku nampak lebih muda dibanding minggu-minggu yang lalu.

Aku jawab, "efek kamera kali ..."

Dia bilang, "Mungkin karena yang nulis komentar itu..."

Aku ga paham, so aku nanya, "Komentar yang mana?"

Dia jawab, "Yang tulisan tentang laki-laki itu..."

I still didn't get it, so it was understandable toh kalo aku minta dia ngejelasin?

Trus dia bilang, "Aku pernah baca sekilas tulisan tentang laki-laki di FB-mu."

Ahhh ... aku langsung ingat puisi Oka Rusmini yang berjudul "Fatamorgana 1". Aku heran, apa hubungan isi puisi itu dengan aku yang nampak lebih muda. So, juga understandable kan kalo aku nanya lagi, "apa hubungannya?"

And then he said something like I needed a guy, or things like that. So aku bilang ke dia, "Kamu mending baca tulisan itu lagi deh yang lebih 'thorough' agar mengerti apa yang dimaksud puisi itu."

Dia ngeles, "Loh, yang nulis kamu kok Non, kok malah aku yang ngejelasin?"

Dengan masih berusaha sabar, aku bilang, "Lah, tadi kan kamu yang bilang aku keliatan lebih muda, trus kamu hubungkan dengan tulisan yang kupost di FB. Kamu dong yang ngejelasin?"

Dia tetep ngeyel mengatakan aku yang harus ngejelasin.

In short, aku bilang bahwa puisi "Fatamorgana 1" itu lebih cenderung ke interpretasi I DON'T NEED A MAN, jika laki-laki itu "... tidak pandai memintal pasir bla bla bla ..." (You can check my post entitled FATAMORGANA 1.

"Oh gitu ya?" komentarnya pendek.

"Nampaknya kita ga bakal pernah bisa nyambung kalo ngobrol. Bye now." kataku.

Can you see the point? Can anybody help me who needs to read the poem more thoroughly? to interpret it, and see the relationship with my looking younger???

LL 19.39 271009

Thursday, October 20, 2022

Garis Tangan

 


 

Apakah kamu percaya bahwa garis-garis di telapak tangan kita ini memberi pertanda akan hal-hal yang akan terjadi di masa depan kita?

 

Sekian puluh tahun yang lalu, saya dan saudara kandung suka nonton film serial silat dari Hong Kong. Saat saya pulang dari Jogja (saat itu saya sedang kuliah di Bulaksumur) kami akan menyewa video serial silat ini dan menontonnya ramai-ramai. Mulai dari Kwee Cheng, Thio Bu Kie, dll, dua serial ini yang sampai sekarang saya masih ingat, tapi yang lain masih ada. Salah satu kisah -- entah film seri apa, saya lupa -- menceritakan tentang seorang perempuan yang diramalkan akan meninggal di usia yang masih relatif muda, berdasarkan ramalan garis-garis di telapak tangannya.

 

Film itu pun kemudian mengisahkan bagaimana keluarga menjaga si gadis dari segala mara bahaya yang memungkinkan dia mati. Hingga satu kali si gadis jatuh ke jurang, namun dia tidak langsung jatuh ke dasar jurang, tubuhnya nyangkut di tanaman yang tumbuh di tebing. Dengan tergopoh-gopoh orang-orang menyelamatkannya. Syukurlah ternyata si gadis 'hanya' pingsan. Setelah dicek garis tangan yang menunjukkan umurnya, diketahui bahwa saat terjatuh itu, ada goresan baru di telapak tangannya! Hingga ramalan dia meninggal di usia yang masih muda pun gugur.

 

Saya menonton ini mungkin lebih dari 30 tahun yang lalu. Namun sampai sekarang saya masih ingat. Saya menginterpretasikannya seperti kata-kata para ulama: "nasibmu tidak akan berubah jika kamu tidak mengusahakan yang terbaik"; jangan hanya diam saja dengan the so-called nasibmu; do something and you'll see the result.

 

*******

 

Waktu masih tinggal di kos saat kuliah S1, saya dan teman-teman kos pernah mengutak-atik palmistry ini. Yang saya ingat sekarang, ada kawan yang mencoba membaca garis 'jodoh' di telapak tangan saya; katanya, "kamu akan pacaran 4 kali Na sebelum menikah." (shhttt, saya sudah lupa hal ini puluhan tahun dan baru beberapa minggu yang lalu saya teringat hal ini karena sesuatu hal.) waktu itu saya manggut-manggut saja, lol.

 

Sekarang kalau saya ingat-ingat lagi, lah padahal bapaknya anak saya -- yang biasa saya sebut my ex di blog -- itu pacar 'serius' pertama saya je. Yang lain hanya sekedar naksir-naksir anak remaja doang. Hahahahah …

 

Sekian minggu yang lalu, di salah satu grup facebook alumni saya membaca komen seseemas, "eh, ada ga sih ramalan di garis tangan berapa istri yang kita punya?" statusnya apa saya sudah lupa, tapi komen itu menarik perhatian saya, hingga saya pun googling, "garis tangan jodoh". Lol.

 

Nah, sebelum membaca hasil googling ini, mendadak saya ingat obrolan iseng saat ngekos dulu itu, (saya bakal pacaran 4 kali sebelum 'akhirnya' menikah) tapi garis tangan yang di sebelah mana saya tidak ingat, hahahah.  Menurut para pakar, garis-garis kecil yang terletak di pinggir/luar telapak tangan, di bawah jari kelingking, itu adalah garis jodoh. (dan begitu saja, saya jadi ingat duluuuu itu, kata teman kos itu adalah garis berapa kali pacaran sebelum menikah, lol). Seingat saya, sejak dulu garis 'jodoh' di telapak tangan saya itu ada 4. nah, jika dulu teman kos menginterpretasikannya sebagai pacaran 4 kali sebelum menikah, apakah ini berarti saya bakal menikah 4 kali dalam hidup saya?

 

Malamnya, saya ngobrol dengan Angie. Saya bercerita tentang hal ini. Sebagai anak lulusan Fakultas Psikologi, dia tahu juga tentang hal ini. Karena baru kali itu dia melihat garis 'jodoh' di tangan saya, dia sempat kaget, dan bilang, "ini garis tangan yang menunjukkan Mama menikah di usia 20an, kemudian garis ini di usia 30an. Ini masih ada satu garis lagi, harusnya Mama menikah di usia 40an."

 

(FYI, saya sudah menikah dua kali, dengan orang yang sama, Angie's dad, di usia 23 tahun dan usia 35 tahun.)

 

Saya bilang dengan nada bercanda, "loh Sayang, Mama sekarang usia 50an. Berarti garis jodoh ini bisa dibaca bahwa Mama (akan) menikah lagi di usia 50an?"

 

Angie memandang wajah saya dengan sorot mata yang tidak bisa saya terjemahkan, lol, she was like asking me, "What? Do you still wanna get married again?" lol. But she didn't say it.

 

Kemudian saya minta izin melihat garis jodoh di telapak tangannya. Angie sendiri bilang, "Ini menurut ramalan palmistry,  Angie bakal menikah sekali, mungkin sekitar usia 30an."

 

"Honey, do you wanna get married?" I asked her. Saya pernah khawatir dia tidak mau menikah soalnya.

 

"Yes, if I find the right man." jawabnya.

 

"Sama dong Sayang. I don't mind getting married again jika bertemu dengan lelaki yang sesuai yang Mama idamkan." dan Angie manggut-manggut.

 

By the way, banyak web yang membahas tentang hal satu ini. Dari sekian artikel yang sudah saya baca, semua menulis "jangan percaya begitu saja dengan bacaan/ramalan seperti ini." :) Ya … buat having fun saja gpp. Atau buat 'membaca' yang sudah terjadi di kehidupan kita, dan bukan sebaliknya untuk membaca masa depan.

 

PT56 12.31 20 Oktober 2022

 

Wednesday, October 19, 2022

BUCIN (lagi!)

 



"if you love two people at the same time, choose the second. because if you really loved the first one, you wouldn't have fallen for the second."

~ Jhonny Depp ~

 

Di status kas Joshua di grup Kagama Virtual, ada yang menulis komen tentang orang yang dia kenal yang jatuh cinta pada seseorang yang lain yang statusnya (sudah) 'menikah' sementara dia sendiri juga menikah. Yang terjadi di kemudian hari ternyata keduanya bersepakat untuk bercerai dengan pasangan masing-masing dan mereka menikah. Tidak ada lanjutan komen/kisah bagaimana dengan pasangan mereka setelah itu.

 

Saya jadi ingat kisah Dewi Lestari -- sang penulis terkenal dengan serial SUPERNOVA-nya -- sekian tahun lalu. Dia bercerai dari suaminya yang pertama, kemudian menikah dengan suami yang kedua, sementara mantan suaminya yang pertama pun menikah dengan perempuan lain.

 

Saya yakin di masyarakat banyak kejadian seperti ini. Tak ada yang perlu dipaksakan jika berkenaan dengan perasaan dalam hati ini. Jika cinta sudah pergi, apa lagi yang harus dipaksakan?

 


 

 

Namun kita tahu bahwa ternyata tidak semudah membalikkan telapan tangan jika berbicara tentang cinta, relationship, dan cinta yang hilang -- apa pun penyebabnya -- dan jatuh cinta lagi. Jika yang terjadi seperti di kasus seperti Dewi Lestari, kedua belah pihak jatuh cinta pada orang lain, dan keduanya membahas hal ini secara dewasa tanpa emosi yang tidak penting, bisa berakhir dengan baik, dan mungkin bahagia bagi semuanya.

 

Yang sering terjadi hanya salah satu saja yang jatuh cinta pada yang lain, (baca postingan sebelum ini, saya percaya bahwa jatuh cinta itu terjadi secara alami), yang satunya take it for granted bahwa sekali dua orang disatukan dalam tali pernikahan, mereka akan terus bersama. Namun lupa bahwa 'to stay in love needs big effort'. Kadang pihak yang jatuh cinta ini menyerah pada kenyataan bahwa dia harus menerima keadaan bahwa he/she is married. Period. Dalam situasi seperti ini, kebahagiaan pun sirna. (so I thought.) yang ada ya hanya hidup bersama, sembari menunggu ajal.

 

Siapa yang bisa dikatakan bucin dalam kasus di atas?

 

Kasus lain yang terjadi, seseorang (biasanya sih laki-laki)  merasa bosan dengan kondisi rumah tangganya hingga mulai 'main-main' di luar, apalagi jika si laki-laki ini punya penghasilan yang jumlahnya fantastis. Dia merasa gapapa dong sebagian uang dia pakai untuk jajan di luar. Mungkin dia masih mencintai istrinya -- dengan alasan apa pun -- namun hasrat bermain di luar tak terbendung. Saya ulangi sekali lagi: hasrat bermain di luar, bukan karena jatuh cinta. Meski mungkin di kasus-kasus lain ya 'bermain di luar' ini diawali dengan terpesona sesaat (atau jatuh cinta juga kali ya?), namun karena merasa dia punya kuasa dengan uangnya, dia lanjutkan terpesona sesaat ini.

 

Ini terjadi pada satu kawan dekat saya. Karena peraturan agama tidak membolehkan sang suami untuk poligami, ya dia pun 'mentok' hanya hidup bersama dengan perempuan-perempuan lain. Kawan saya tahu (akhirnya!) namun sadar bahwa kedua anaknya telah biasa dengan kondisi 'kelebihan uang', dia membiarkan suaminya melakukan apa yang dia lakukan di luar. Dia gunakan surat nikahnya untuk menuntut sang suami terus membiayai semua kebutuhan rumah tangga -- termasuk traveling keluar negeri setiap tahun, membelikannya mobil baru tiap tahun untuk mengganti mobil yang lama dll -- namun dia enggan untuk berhubungan intim di tempat tidur dengan suaminya.

 

Siapa yang bucin dalam kasus ini?

 

Kasus-kasus yang saya tulis di atas masih mending sih ya, ketimbang ada kejadian karena sang suami/istri jatuh cinta pada pihak lain, dan ingin menikahi cinta barunya, namun pasangannya tidak membiarkannya, kemudian terjadi pembunuhan demi bisa menikahi yang baru. :(

 

Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Saya merasa my ex menyayangi saya justru setelah dia akhirnya 'menyerah' membiarkan saya pergi darinya, setelah sebelumnya ngeyel bahwa kami berjodoh hingga akhir nanti.

 

PT56 15.05 19 Oktober 2022

 

Monday, October 17, 2022

B U C I N 3

 


 

Once upon a time

 

X: "Do you plan to fall in love in the near future?"

Y: "Pitikih? Yang namanya fall in love alias jatuh cinta itu ya ga terencana lah. Seperti orang yang jatuh, gedebug, mendadak jatuh. Mosok jatuh kok direncanakan?"

 

Demikianlah, saya termasuk mereka yang setuju bahwa yang namanya jatuh cinta itu terjadi secara alami. Kita tidak bisa merencanakan untuk jatuh cinta pada seseorang. Entah jatuh cinta ini terjadi setelah pandangan pertama, atau pandangan (mata) yang ke sekian, atau mungkin terjadi setelah terjadi satu komunikasi yang intens antar kedua belah pihak. Perasaan hati yang bergejolak saat ngobrol, dan menyadari sedikit demi sedikit betapa si dia itu seperti separuh kepingan hidupmu yang selama ini tersesat di satu dunia nan entah. Hingga di satu pagi saat terbangun, kita menyadari betapa kita telah jatuh cinta.

 

(Kita? Gue aja kali ya? Hahahah … #garing)

 

Setelah jatuh cinta, lalu apa?

 

Nah, yang berikutnya ini tak lagi terjadi secara natural. Entah kedua belah pihak (jika kebetulan cinta ini terjadi secara resiprokal) akan mulai menjalin hubungan, entah keduanya menyadari bahwa ada halangan tertentu -- misal beda kepercayaan -- hingga terpaksa mematahkan hatinya sendiri. Atau sadar ada halangan namun keduanya pantang mundur. Nah disini, hal ini terjadi secara sadar.

 

B U C I N

 

Saya selalu berpikir bahwa saya ini helplessly romantic. Hoho … Ketika remaja -- sekitar 35 tahun yang lalu -- saya suka menyanyikan lagu Air Supply, "I can wait forever" ketika saya sedang 'merawat' cinta platonis saya pada idola saya, Lee Majors. Rasanya waktu itu benar-benar ingin berkata kepada seluruh dunia bahwa I can wait for him forever. Lol.

 

Apakah saya terlahir sebagai bucin? Apakah bucin ini terjadi disebabkan oleh cara pengasuhan orangtua? Entahlah saya tidak menyadarinya.

 

Seperti yang dikatakan oleh kas Joshua di grup KAGAMA VIRTUAL, "seperti raga yang butuh makan, jiwa kita juga butuh asupan. Dan asupan jiwa itu adalah cinta." nampaknya bagi saya, asupan jiwa itu adalah memiliki rasa cinta dan hasrat pada seseorang yang membangkitkan rasa romantis saya.

 

Saya menikmati kesadaran bahwa saya sedang jatuh cinta, hingga ada kesempatan untuk menyalurkan kebutuhan saya untuk romantis. Kalau sudah sampai ke kesadaran seperti ini, saya tak lagi peduli apakah saya ini bucin secara nature atau secara nurture, lol.

 

PT56 16.33 17 Oktober 2022

 

Saturday, October 15, 2022

WHO HURTS YOU?

 


Who hurts you? 

My own expectation

 

Ketika public figure L melaporkan suaminya dengan tuduhan KDRT, banyak orang -- entah fans entah haters entah yang lain -- berharap bahwa R sang suami akan dipenjara. Mereka tentu memiliki alasan sendiri-sendiri. Entah karena mereka prihatin dengan hidup L, entah mereka membenci R dengan alasan (mungkin) sirik laki-laki kok Cuma modal kon**l doang, atau dengan alasan-alasan lain.

 

Maka, ketika mak jegagik L menarik laporan atas tuduhan KDRT itu, mereka merasa kena prank. (well, meski mungkin saja benar pasangan yang sedang mendapat perhatian netizen paling tinggi ini ngeprank). Mereka lupa, bahwa yang membuat mereka kesal, atau sakit hati itu adalah harapan mereka sendiri. Alasannya pun variatif: mereka tidak terima jika R sang laki-laki modal kon**l ini bisa melenggang dan terus hidup nyaman meski menjadi benalu bagi istrinya; (padahal konon kata L sendiri, dia tidak keberatan, demi entah hanya dia dan Tuhan yang tahu.) ada yang mungkin tulus khawatir jika L menjadi korban KDRT lagi, karena pelaku KDRT itu kambuhan. Sekali mereka melakukannya, susah bagi mereka untuk menghentikan itu. Sementara pasangan mereka mungkin memiliki sejuta maaf buat mereka.

 

Untuk yang tipe seperti ini, keluarlah sumpah serapah dari mulut mereka -- atau dari jari jemari mereka -- untuk L, "uwong kok ora isa dieman" "perempuan kok gobl**" sampai yang mendoakan, "mungkin L baru nyadar setelah dia nyaris mati."

 

Di facebook, saya punya kenalan yang tak jemu-jemunya menulis status menguatkan orang-orang yang sedang berada pada titik 0, hingga merasa ga mampu bangkit lagi. Apakah dia memang terlahir dan tumbuh kuat tanpa tempaan hidup? Tentu saja tidak, dia baru berani meninggalkan pernikahan yang toksik setelah 24 tahun! Dia baru punya nyali untuk bercerai setelah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (entah secara fisik, entah verbal, entah finansial, dlsb) dalam kurun waktu yang cukup lama.

 

What's the point? tiap-tiap orang memiliki masa untuk sadar sendiri-sendiri, tidak bisa kita membandingkan satu orang dengan orang lain. Ingat dong lagunya Abah Lala yang menjadi kian populer setelah dinyanyikan Farrel Prayoga: "Aja dibanding-bandingke". 

 

Kembali ke inti topik tulisan saya ini: harapan kita lah yang menyakiti kita. Harapan melihat L bisa langsung bangkit dan melepaskan R -- mungkin juga sekaligus mengalami kerugian finansial karena pembatalan kontrak-kontrak iklan, dlsb -- itu membuat orang-orang tak henti-hentinya ngomel dan mengajak orang-orang lain untuk ngomel berjamaah.

 

PT56 12.42 15.10.2022

 

Friday, October 14, 2022

POLIANDRI

 

 


Bagi mereka yang pernah berkunjung ke blog saya dan membaca isinya, pasti mereka tahu saya membenci praktik poligami. Alasannya simpel: jika laki-laki memang tak mampu menjaga nafsu mereka, ga usahlah menyembunyikan kelemahan mereka itu di balik ayat-ayat alquran. Mau merayakan libido, ya rayakan saja, ga perlu mengutip ayat alquran. :D

 

Sebagai counter, kadang saya share meme tentang poliandri. Kalau poligami boleh, poliandri harusnya boleh juga dong ya. Biar seimbang. :D it was pure joke, dari saya. Tapi, saya pernah mendengar kisah poliandri ini dari seorang ex siswa. Dia bercerita ART-nya memiliki 2 suami. Awalnya, dia ingin bercerai dengan suaminya karena masalah keuangan. Dia merasa sang suami tidak memberinya cukup uang. Sang suami tidak mau dicerai. Dia malah mengizinkan istrinya mencari laki-laki lain untuk dia nikahi. Dan, benar, sang istri bertemu seorang laki-laki lain yang mau menikahinya, meski sang perempuan masih berstatus istri orang. Jangan tanya bagaimana mereka bisa menikah, tentu dengan cara menikah siri.

 

Bagaimana prakteknya? Entahlah, saya sudah lupa. Maklum, ini terjadi mungkin sekitar 20 tahun yang lalu.

 

Nah, beberapa hari yang lalu, seseemas bertanya pada saya, "Do you really wanna practice polyandry?"

 


 

 

Well, cukup sering saya bercanda tentang poliandri ini, tapi jujur saja saya tidak pernah mencoba membayangkan bagaimana rasanya punya suami dua (atau lebih), bagaimana prakteknya. Meski tentunya enak ya, dapat sumber keuangan dari dua orang, wkwkwkwk.

 

Karena terkejut dengan pertanyaan itu, saya tanya balik, "Why did you ask me such a question?"

 

Jawabnya, "Engga, Cuma pengin nanya saja. Kan kamu pernah menulis status/meme tentang itu."

 

Well, tentu saja hanya untuk candaan, sebagai counter agreement poligami. :)

 

Demikian. Dan terima gaji. #ehhh

 

PT56 14.28 14/10/2022

 

check this link about polyandry practice.

LOVE YOURSELF

 


Trust me, it is easier to say 'love yourself first' than to really apply it.

 

Kehebohan ijazah pak Jokowi dari UGM aseli atau palsu agak berkurang hari ini setelah tersiar kabar tentang seorang public figure berinisial L balik lagi kepada suaminya R setelah sebelumnya L melaporkan R ke polisi atas tuduhan KDRT. Timeline facebook saya pun dihiasi sumpah serapah orang pada pasangan L dan R ini. Herannya, sebagian yang melakukannya mengaku bukan fans L maupun R. wkwkwkwk … Meski ngotot mengaku bukan fans, mereka tetap menggunakan gosip L dan R sebagai konten medsos mereka. Wkwkwkwkwk …

 

Saya setuju pada sebagian pendapat orang di facebook yang mengatakan bahwa pelaku KDRT itu susah sembuh. That behavior is innate in them. Butuh orang yang benar-benar dewasa secara emosi untuk bisa melepaskan diri dari pelaku KDRT. Yang belum bisa? Ya begitulah, akan terus menerus menempel, meski disakiti berulang kali.

 

Ada orang yang mungkin bisa langsung pergi meninggalkan pelaku KDRT setelah sekali merasakan kekerasan itu. Ada yang berpikir, "he/she will change because he/she loves me." berulang kali, hingga akhirnya mereka lelah dan menemukan ketetapan hati bahwa pasangan hidupnya tidak akan berubah. Kesadaran ini bisa datang setelah setahun, dua tahun, hingga mungkin sampai puluhan tahun.

 


 

 

Kultur patriarki jelas tidak bisa dipisahkan dari hal ini. Perempuan selalu diposisikan pada peran feminine, pemaaf, karena konon begitulah nature perempuan. Jika tidak, masyarakat serta merta akan menghakiminya. Ketika sang laki-laki meminta maaf, entah dengan sepenuh hati entah pura-pura, orang-orang terdekat akan memaksa si perempuan untuk menerimanya. Entah demi nama baik keluarga, entah demi reputasi jabatan, atau mungkin dalam kasus L dan R demi income.

 

Meski saya belum pernah tahu siapa itu L (apalagi R) sebelum kasus KDRT-nya mencuat, honestly saya berharap dia baik-baik saja. Tuduhan masyarakat bahwa kasus KDRT hanya untuk ngeprank, semoga tidak seperti itu. Tentu ada banyak alasan mengapa L memilih untuk menarik tuduhan KDRT yang dilakukan oleh suaminya.

 

PT56 11.09 14 Oktober 2022

 

Tuesday, October 04, 2022

HAK PEREMPUAN UNTUK BERBAHAGIA

 


Sekian abad perempuan telah dikungkung dalam kultur patriarki; bahkan hanya untuk sekedar mengukur kadar kebahagiaan seorang perempuan pun ditentukan oleh laki-laki. 

 

'Kesadaran' datang dari (sebagian) kaum perempuan di pertengahan abad ke19 di benua Eropa dan Amerika untuk merumuskan hak-hak perempuan. Perjuangan untuk menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan tentu saja berjalan alot dan butuh waktu lama karena yang memusuhi para feminist awal itu bukan hanya berasal dari kaum laki-laki saja yang tidak terima digugat oleh kaum perempuan, namun juga berasal dari sesama perempuan.

 

Hingga memasuki abad ke-21, masih banyak orang yang rela berjibaku untuk menentukan standar kebahagiaan seorang perempuan. Tidak hanya laki-laki yang merasa berhak untuk menentukan point-point penting apa yang harus dimiliki oleh seorang perempuan untuk mengklaim kebahagiaan, namun juga sekelompok perempuan merasa berhak menghakimi perempuan lain. Padahal tiap-tiap orang memiliki standar yang berbeda, bisa jadi juga tiap-tiap orang memegang prinsip kehidupan yang lain dari orang-orang di sekitarnya.

 

Biarkan masing-masing orang menentukan jalan hidupnya sendiri-sendiri untuk meraih kebahagiaan.

 

  1. Be single and happy. Bekerja untuk mencukupi hidupnya sendiri.
  2. Be in a relationship with someone and decide not to get married.
  3. Be married and a full housewife.
  4. Be married and work outside home, menggunakan uangnya untuk kepentingan sendiri, atau ikut membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga, tergantung kesepakatan bersama suami.
  5. Be married and work from home, mungkin membuka bisnis di rumah, membuka toko kelontong, menawarkan catering, membuka warung makan di rumah, dll
  6. Be married and be the only breadwinner; hal ini bisa melalui kesepakatan bersama -- bahwa sang suami akan menjadi 'househusband' -- atau mungkin karena satu dan lain hal sang suami kehilangan pekerjaan dan tak mendapatkan pekerjaan baru dalam kurun waktu yang cukup lama
  7. Be married in a polygamous marriage, entah sebagai istri pertama yang merelakan suaminya beristri lagi, atau menjadi istri kesekian dari seorang laki-laki, dengan alasan agar masuk surga, atau karena butuh security dalam keuangan atau yang lain.
  8. Be married and stay with the husband who cheats on her illegally, entah demi financial security atau yang lain.
  9. You may formulate your own happiness.

 

Perempuan yang berada di posisi 7 dan 8 pasti memiliki alasan mereka sendiri untuk tetap bersikukuh dalam pernikahan yang mungkin bagi orang lain 'engga banget'. Mereka menciptakan takaran kebahagiaan berdasarkan apa yang mereka yakini. And who are we to judge?