Search

Tuesday, July 12, 2011

XC Banyumeneng 29 Juni 2011

XC Banyumeneng 29 Juni 2011

Demi ‘mengobati’ kekecewaan Ranz karena ga bisa ikut XC ke Gunung Maling, Sukoharjo pada tanggal 19 Juni (pas aku ke Solo, dimana Ranz menjemputku ke Semarang satu hari sebelumnya, dan mengantarku ke Palur pada tanggal tersebut) dan DH ke Kemuning, Karanganyar pada tanggal 26 Juni (karena menemani beberapa teman gowes Solo – Jogja), aku menawari Ranz untuk ikut XC ke Banyumeneng pada tanggal 29 Juni 2011 lalu. Dan dia pun dengan suka cita menyambut tawaranku. :)

Hari Selasa 28 Juni siang aku menjemput Ranz di depan Lawang Sewu sekitar pukul 13.00, pas terik-teriknya sinar mentari. Jika biasanya Ranz datang ke Semarang membawa Pockie, kali ini dia’mengajak’ Bernard, her mountain bike, karena akan ngikutin XC. Aku mengajaknya mampir di sebuah rumah makan di Jalan Suyudono untuk makan mie ayam + bakso dan ngobrol sejenak. Kemudian kita ke kos Elvi untuk mengambil handle yang akan dipasangkan ke Bernard.

Namun ternyata kita ditraktir makan siang (lagi) sama Elvi. Our second lunch that afternoon. Setelah itu baru aku dan Ranz ke kos Elvi. Dengan alasan sudah menjelang shalat ashar, Ranz meminta menunggu saat shalat ashar, baru akan membawa Bernard ke bengkel. Sayangnya aku berjanji untuk mengantar my dearest Mom to go somewhere, sehingga aku pulang ke rumah dan tidak menemani Ranz ke bengkel.

Bernard dengan Tugumuda sebagai background

Sekitar pukul 18.45 aku dan Ranz ketemuan di depan musium Mandala Bhakti, Tugumuda: night ride! Kebetulan grup Komselis malam itu juga merencanakan untuk night ride sekaligus rapat untuk event funbike Komselis yang diselenggarakan pada tanggal 3 Juli. Setelah sempat mengajak Ranz muter ke Jalan Pemuda, jalan Gajahmada, Kampung Kali, Jalan Ki Mangun Sarkoro, UNDIP, kita pun nyamperin teman-teman Komselis yang berkumpul di halaman TELKOM karena gerimis. Bahkan gerimis pun sempat menderas.

Selesai ngikut rapat Komselis sekitar pukul 22.15. kita berdua pun pulang, gowes bareng sampai Tugumuda. Aku terus ke arah Barat, Ranz belok ke Jalan Dr. Soetomo, untuk menuju kos Elvi.

29 Juni 2011

Aku, Ranz dan Tami janjian bertemu di depan RS Dr. Kariadi pada pukul 05.15. tiga perempuan yang tinggalnya paling Barat (sekitar 10 kilometer dari meeting point) harus berangkat meninggalkan rumah saat sang leader, Agung Tridja masih enak-enak berbaring di tempat tidur! Kita bertiga lewat Pasar Kambing pojok jalan Mrican untuk menjemput Pak Guru Anton. Kita berempat sampai di SPBU Kedungmundu sekitar pukul 05.50. Di sana kita  bertemu dengan Arief (ex RL) dan seseorang lagi yang melewati kita waktu naik tanjakan Kedungmundu. Ga nyangka ternyata dia pun akan ikut XC ke Banyumeneng. Kita berenam masih menunggu kedatangan Asrul dan Putu. Setelah mereka berdua datang, Arief masih harus mengganti ban sepeda Putu agar ‘siap’ untuk dipakai pada trek offroad.

Usai mengganti ban sepeda Putu, kita berdelapan langsung gowes menuju sebuah mini market yang terletak di Meteseh. Di sana telah menunggu sembilan laki-laki, diantaranya Agung Tridja, Sigit Pandu dan the second Agung alias Tusing KK. Aku belum mengenal yang lain. :) Setelah menghitung jumlah peserta yang mencapai angka tujuh belas, berfoto sejenak, kita langsung berangkat menuju puncak Banyumeneng.

full team, sebelum berangkat

Don’t ask me to explain the detail of the route. Aku hanya bisa ngikut sang penunjuk jalan di depan. :) Pengalaman pribadiku sendiri, jika dibandingkan dengan dua kali XC ke tempat yang sama sebelum ini, ini adalah yang terburuk dikarenakan kondisi Orange yang semakin mengenaskan. LOL. Jika yang pertama (kita masih lewat Gedung Segitiga Biru dan turun di jalan berbatuan besar yang sempit), aku berani menaiki Orange, yang kedua turun melewati ‘hutan bambu’, masih ada beberapa track yang aku masih berani menaiki Orange, yang kali ketiga kemarin, dikarenakan kondisi sepatu yang terasa licin, dan pedal pun jadi licin pula, seingatku di sepanjang track ‘hutan bambu’ aku TTB melulu. LOL. Terpaksa Ranz yang ingin menikmati track downhill di sini tidak bisa full karena dia merasa bertanggungjawab atas keberadaanku. :-P Kalau aku TTB, dia pun langsung ngikut TTB di belakangku. :)
Ranz dan aku

Tami dan aku

Tami yang baru kali ini ngikut XC menunjukkan keperkasaan seorang gadis mungil, mampu menaiki sepedanya sepanjang tanjakan sampai puncak Banyumeneng! (Don’t ever underestimate a cute girl.) Maka jika aku dan Ranz masih nyempetin diri foto-foto di ‘pertengahan’ tanjakan Banyumeneng, Tami sudah sampai di puncak. (Ranz sih TTB karena nemenin aku. Hihihi ...)

Asrul mengangkat Orange, menyebrangi sungai

Untuk mengakhiri track XC kali ini, Agung memilih jalur lewat sungai, seperti XC-ku ke Banyumeneng yang pertama. Bedanya, yang pertama dulu karena dilakukan pada musim hujan, jalan menuju sungai berlumpur hingga setengah betis orang dewasa. Dan tentu saja sungainya pun jauh lebih lebar dibandingkan tanggal 29 Juni kemarin.  


Catatan yang bisa kujadikan patokan jika ingin ngikut XC lagi: pertama, aku harus ganti sneakers yang tepat yang tidak mudah licin dikarenakan menginjak daun-daunan yang memang bisa membuat licin. Kedua, harus ganti pedal dengan pedal yang sesuai. Ketiga, harus mengganti ban untuk offroad. (No matter what, I will always love Orange.) Tidak perlu upgrade dengkul, yang penting upgrade nyali kali ya? LOL. Ah yeah, tak lupa my eyesight is getting worse too.
 
'sungai' yang sama di bulan Februari 2009 yang lebih lebar

Pulangnya, jika kaum laki-laki bisa berhenti gowes di kawasan Meteseh dan sekitarnya (kecuali Asrul dan Putu kali), tiga perempuan masih harus gowes menempuh kurang lebih 10 kilometer lagi. Aku dan Ranz berpisah dengan Tami di lapangan Kalisari. Ranz ngikut aku ke rumah, Pusponjolo, untuk mandi, ganti baju, terus ke tempat cuci sepeda. Seusai cuci sepeda, mampir ke salon, (hohoho ...) Ranz potong rambut sedangkan aku creambath. Setelah itu kita gowes ke Martabak *f* di kawasan Pleburan untuk makan (pagi dan siang sekaligus). Waktu kita makan disana, Orange dan Bernard kehujanan!

menu 'sarapan+makan siang' ku dan Ranz

Menjelang maghrib, aku mengantar Ranz ke kos Elvi. Dia menunggu travel yang menjemputnya sekitar pukul 22.30 untuk pulang ke Solo.

NOTE: aku senang telah bisa menunjukkan trek Banyumeneng pada Ranz. :) next time Wonolopo ya say? LOL. Thank you for being my savior this time. (Posisi Mas Nasir kegeser dah! LOL.)

KJ 21.02 030711

Reuni Perak Alste 1986

geber Reuni perak alste '86

Wah, tak terasa usia telah mencapai angka dua puluh lima tahun lebih dibanding waktu aku lulus SMA di tahun 1986. Itu sebab reuni tahun ini diberi nama ‘reuni perak’ yang bermakna reuni yang diadakan setelah duapuluh lima tahun berlalu.

Sebenarnya ‘embrio’ reuni ini bermula dari sebuah reuni kecil yang diadakan pada tahun 2009, reuni yang terselenggara berkat komunikasi yang terjalin kembali setelah facebook menggaung. Jika dua tahun lalu reuni diselenggarakan beberapa hari seusai Lebaran – dengan harapan banyak yang pulang kampung karena event Lebaran – tahun ini diselenggarakan pada waktu libur kenaikan kelas dengan prediksi banyak teman yang punya waktu luang untuk mengajak anak-anak mereka pulang kampung. Tentu saja hal ini berlaku bagi mereka yang melanglang buana, meninggalkan Semarang. Selain memang setelah diadakan polling di antara mereka yang tertarik untuk datang reuni. Ada tiga pilihan: (a) libur kenaikan kelas (b) libur Lebaran (c) libur akhir tahun.

Honestly, semula aku tidak terlalu bersemangat untuk datang karena satu-satunya ex classmate yang tetap tinggal di Semarang tidak berniat untuk datang. Dua teman lain lagi tinggal di luar kota dan aku tak kuasa mencapai mereka. (Duh!) Itu sebab aku tidak confirm undangan yang telah beredar di efbe selama sekian minggu. (Sorry ya friends? LOL.)

Bahkan semula ada dua rencana lain yang bakal kupilih lakukan tinimbang hadir di reuni: (1) menghadiri kopdar milis yang rencananya diselenggarakan tanggal 25 Juni di Jakarta (2) berwisata ke Karimun Jawa.

Singkat kata, mungkin yang punya kuasa berkehendak aku hadir di reuni perak. (Ugh!) maka dua rencana lain di atas gagal. Maka hadirlah aku di Jalan Pemuda nomor 149 pada hari Minggu 26 Juni 2011. :)

Setelah datang, mendaftar di tempat pendaftaran, mendapatkan nomor untuk door prize dan kaos alumni (huuaaa ... warnanya hitam! I love it!) aku menyempatkan diri beramah-tamah dengan teman-teman yang telah hadir. (swear, memoriku begitu buruk sehingga aku harus membaca nama yang tertera di name tag masing-masing untuk menyapa balik. LOL.) Aku sih gampang saja mengingatkan mereka kembali, dengan ‘hanya’ menyebutkan identitas, “Nana – jurusan Bahasa.” HANYA ADA SATU NANA DI JURUSAN BAHASA ANGKATANKU. Hihihihi ...

Acara pertama adalah jalan sehat, menyusuri rute waktu berolahraga pada zaman SMA dulu. Zaman Angie, rute ini disebut ‘MIB’ (baca รจ em ai bi) alias ‘muter Imam Bonjol’. Aku yang sengaja datang dengan mengendarai Snow White, mengikuti jalan sehat ini dengan naik Snow White. LOL. Disorakin teman-teman cuek aja lagi. Hohoho ... Namun mereka ternyata tak kuasa menahan panas sinar mentari (padahal baru sekitar pukul delapan loh), mereka tidak menyelesaikan etape dengan ‘jujur’. Mereka kembali masuk ke gedung SMA 3 lewat pintu belakang, tidak muter sampai Tugumuda, dan masuk jalan Pemuda kembali. (Zaman aku duduk di bangku SMA dulu, pintu belakang ini dibuat ‘mati’, tak bisa dipakai untuk masuk.) Aku yang naik Snow White malah kembali ke gedung sekolah paling belakang, karena aku asik mengitari Jalan Pemuda bolak balik yang kebetulan pada hari Minggu pagi diberlakukan CFD (Car Free Day). Waktu balik lagi ke sekolah, teman-teman malah sudah asyik menikmati sajian sarapan: soto ayam dengan segala ubo rampenya. Lezat poll! :) Ada juga sajian jajan pasar, (wah, dalam tiga kesempatan yang berbeda, dalam waktu yang tidak terlalu lama, aku menemukan jajan pasar) semacam tiwul, jongko, cethot, dan lain-lain. (aku lupa namanya. Hahaha ...)
jajanan pasar a la Semarang

Usai sarapan, kita mengadakan upacara pembukaan reuni perak. Upacara dipimpin langsung oleh Bapak Soetiman, Bapak kepala sekolah zaman kita bersekolah pada tahun ajaran 1983/1984, 1984/1985, 1985/1986. Beliau mengaku baru menginjak usia yang kedelapanpuluh dua tahun ini, dengan semangat yang masih sama dengan duapuluh lima tahun lalu ketika mencoba mendisiplinkan barisan. Kita pun sempat merinding merasakan kharisma yang tetap beliau miliki. (aku masih ingat, profile SMA 3 Semarang sempat masuk ke sebuah majalah remaja ibukota pada waktu itu, dengan judul, “Diselipin disiplin” di bawah pimpinan Bapak Soetiman.)
Upacara Bapak Soetiman sebagai inspektur upacara

Tiga hal yang beliau pesankan kepada kita, tiga hal yang konon beliau dapatkan dari almarhum ayahanda beliau. “Janganlah kita serakah bondo, serakah ilmu, serakah kuoso.”

 Serakah bondo                                                                                            
Uang memang kita butuhkan dalam hidup ini, namun jangan sampai kita menyiksa hidup ini dengan semata-mata mengejar uang. Jika kita memiliki uang, maka syukurilah dengan mendermakannya kepada mereka yang membutuhkan. Jangan merasa bahwa seluruh uang yang datang kepada kita itu melulu hanya milik kita.

Serakah ilmu
Selalulah usahakan untuk mendermakan ilmu yang kita miliki kepada orang lain, demi kemaslahatan bersama. Jangan pernah berhenti mengajarkan ilmu apa pun yang kita miliki, apalagi demi kemajuan bangsa dan negara.

Serakah kuoso
Janganlah kita sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan, apalagi sampai menginjak dan menyikut kiri kanan. Karena kekuasaan tak mungkin langgeng selamanya. Hidup dengan memikirkan kebersamaan akan lebih bermakna ketimbang memikirkan mencapai kekuasaan untuk diri sendiri.

Pada prinsipnya Bapak Soetiman ingin mengingatkan kita semua bahwa apa pun yang terjadi setelah duapuluh lima tahun berlalu, janganlah sampai komunikasi dan silaturahmi terputus hanya dikarenakan tiga hal tersebut; perbedaan dalam hal ‘bondo, ilmu, kuoso’. Karena biar bagaimana pun kita semua adalah sama.

Seusai upacara, acara selanjutnya SENAM KESEGARAN JASMANI zaman lapanpuluhan. Wah! LOL. Sayangnya pihak panitia tidak menyediakan satu pun orang yang masih ingat gerakan-gerakan SKJ yang dulu kita praktekkan seminggu sekali, dimana kita harus datang ke sekolah lebih awal dibanding hari-hari lain, demi melaksanakan SKJ. Walhasil, SKJ kita kali ini gerakannya ngawur poll, meski tetap mengikuti musik SKJ yang sama. Hohoho ...

Usai SKJ, acara berikutnya: class meeting. Ada sebagian yang main basket, sebagian lain lagi donor darah, yang lain lagi asyik reuni di masing-masing kelas, mengitari gedung sekolah yang tak lagi seperti dulu, kecuali pendopo utama, ruang guru, dan beberapa ruang kelas yang terletak jadi satu gedung dengan ruang guru: masih berupa peninggalan zaman kolonial Belanda. Gedung-gedung lain telah mengalami perombakan total.

Setelah usai donor darah, keluar ruangan UKS, aku bingung, tak lihat penampakan teman-teman lain. Pada kemana yak mereka? (NOTE: di jurusanku Bahasa, hanya aku yang datang, maka aku pun lontang-lantung sendirian. Xixixixi ... Sebab utama yang membuatku sempat ragu untuk datang.) Karena haus, aku balik lagi ke pendopo utama, mencari minum. Pingin teh hangat yang tadi sempat kuminum buru-buru sebelum upacara. Namun ternyata habis. L perutku masih sangat kenyang, maka tak berniat untuk kembali mencicipi jajan pasar yang masih sangat banyak tersedia, meski otak sih maunya makan lagi. Hohoho ...

Pada waktu itu, aku dapatkan pesan dari Angie, “Ma, ditungguin tante nih. Katanya mau pulang gasik?” Ups ... Adik bungsuku mendapatkan undangan kondangan, yang membuatnya terpaksa ninggalin si baby untuk beberapa jam. Adik yang satu lagi sedang berasyik-masyuk di Karimun Jawa. Di rumah ‘hanya’ ada Angie, her granny, dan the baby. Her granny khawatir kalau the baby bangun, ga ada susu, (aku dengan keukeuh juga menyarankan jangan memperkenalkan the baby ke susu formula dulu, toh the baby’s mom – adik bungsuku – is a housewife, akan sangat jarang meninggalkan baby-nya.) My mom – dengan keterbatasan fisik dikarenakan rematik dan mungkin osteoporosis – hanya bisa menggendong the baby sambil duduk-duduk, tanpa bisa jalan-jalan. Padahal the baby ini rada manja, ga mau hanya digendong sambil duduk-duduk, kecuali kalau dia sedang minum susu.

Aku ga bisa mengikuti rangkaian acara sampai usai!

Setelah nyempatin diri jalan ke area gedung yang paling belakang, akhirnya aku menemui ternyata orang-orang pada berkumpul di tempat ini karena tersedia beberapa jenis makanan khas Semarang – tahu gimbal dan mie kopyok, plus es dawet dan es kelapa muda. Melihat beberapa teman yang mengajak anaknya, waduh, nyesel dah kenapa Angie ga mau kuajak yak? Daripada nyokapnya lontang lantung sendirian? Xixixixi ...

Karena perutku masih terasa full, aku ga ambil makan, hanya memilih minum es dawet.

Aku memutuskan untuk pulang setelah minum es dawet karena bayangin my Mom bakal khawatir merawat the baby sendirian. Angie belum berani ikut menggendong the baby. And you know, ‘kelakuan’ Angie sama dengan anak-anak lain yang (ternyata) ga begitu suka punya adik, usil melulu kepada si baby. Meski dia telah berusia 20 tahun ketika adik (sepupu)nya lahir. Hihihihi ...

Maka, aku pun sneaked quietly from the crowd. PULANG! (Padahal acara utama reuni beramah tamah dengan guru-guru ‘lama’ kita dulu belum juga dimulai. Walikelas jurusan Bahasa datang ga ya? Nyariin ‘anak-anak’nya ga ya? LOL.)

PT56 15.15 260611

The Amazing Four-Day Bikepacking Trip (4)

Kucopy-paste dari sini

Day 4, 22 Juni 2011

Sehari sebelumnya, Ranz sempat melontarkan ide untuk gowes ke Kaliurang. Namun belum yakin jadi atau tidak. Seusai mandi, ketika Ranz bertanya, “Hari ini kita kemana?” ternyata aku ga punya ide juga. (Dan Ranz menyesaliku yang dulu kurang dolan ketika kuliah hingga ga tahu arah, selain kos – UGM – Malioboro. LOL.) Akhirnya dari pada bingung, aku pun menyambut ide Ranz, “Naik ke Kaliurang?”

Kita turun dari lantai dua sekitar pukul 9. Sang nyonya rumah dan kedua anaknya sedang molor, LOL, maka kita berdua pun hanya pamitan kepada si Teteh, sang PRT. Teteh menawari kita sarapan. Entah mengapa baru pagi itu aku nyadar kalau Ranz butuh waktu lamaaaa untuk makan. Hihihihi ... Kemarin sore waktu kita makan di rumah makan Pak To, dia ga menghabiskan makan yang dia ambil sendiri porsinya, kupikir karena dia ga suka rasa masakan di situ. Padahal aku suka banget dengan ayam bakar bumbu baladonya! Always my favorite! Tapi mungkin aku yang terlalu terburu-buru ngajak dia pergi kali ya? Hihihihi ...

Kita meninggalkan rumah Detta sekitar pukul 09.30. (Aku hanya butuh waktu 5 menit untuk makan, sedangkan Ranz butuh waktu 30 menit! Hohohoho ...)

FYI, Ranz mengira trek tanjakan ke Kaliurang akan seperti tanjakan – alias jalan menanjak – yang landai seperti dari arah UGM sampai ke rumah Detta di jalan Kaliurang kilometer 8 sampai pol. Maka dia mengemukakan ide ke Kaliurang. Aku sendiri tahu pada kilometer tertentu, tanjakan bukan lagi merupakan jalan menanjak landai, namun mencuram.
Snow White pertama kali kuajak nanjak Kaliurang

trek masih berupa menanjak landai
Lima kilometer pertama kita lalui. Aku mampir ke sebuah mini market untuk membeli air mineral. Hanya sebentar kita berhenti, membeli air mineral, meminum beberapa teguk, kemudian kita langsung melanjutkan perjalanan.
Sesampai di kilometer 17, kita berhenti, beristirahat. Ranz berkomentar, “Wah,  tanjakannya mulai curam! Ga nyangka, euy!” mulai dari sinilah, perjalanan terpaksa banyak tersendat karena tanjakan curam dan mentari yang bersinar terik!
Ranz ngapain tuh kok malah turun? lol

tanjakannya mana yak? lol
dari titik ini, tanjakan mulai curam
Kita berhenti lagi di kilometer 19,7 karena kebetulan ada plang penunjuk.  Air  mineral pun cepat habis. Setelah foto-foto di lokasi itu, kita nggowes pelan namun pasti, yang jelas juga ngos-ngosan, tapi tetap tanpa TTB alias tuntun bike. LOL.

Dalam melanjutkan perjalanan, kita tak menemukan mini market tempat kita bisa ngadem sejenak dan membeli air mineral lagi. Untunglah masih ada warung-warung yang berjualan air mineral dan lain-lain. Aku sempat mampir untuk membeli sebotol air mineral dan coklat. Katanya coklat sangat bagus untuk mengalirkan tenaga.

Istirahat yang agak lama – sekitar 15 menit – ketika Ranz menemukan sebuah masjid. Waktu menunjukkan pukul 12.30. Ranz pun shalat Dzuhur.

Ketika ada spot-spot menarik untuk foto kita pakai untuk sekaligus beristirahat. Hihihi ...

peta titik kumpul pengungsi

Pockie mejeng!
Menjelang sampai di pintu gerbang taman rekreasi Kaliurang, dimana ada patung elang jawa, aku lihat segerombol laki-laki muda yang beristirahat disamping sepeda motor mereka masing-masing. Tanjakan di sini sangat curam. (Hah, mereka naik motor! Kita berdua naik sepeda! LOL.) beberapa dari mereka pun berseru-seru waktu melihat aku mengayuh pedal Snow White melewati tempat mereka beristirahat, “Ayo mbak, kayuh terus ... kayuh terus ...!”
horeeee ... nyampeeee :D
Melewati patung elang jawa, ternyata jalanan menurun hingga tempat parkir taman rekreasi Kaliurang. Wedew, terbayang ternyata entar pulangnya ga lepas dari tanjakan lagi! Hohoho ... Namun kepuasan bahwa kita telah sampai di tujuan, naik sepeda, tanpa TTB sangatlah besar! And you can imagine, orang-orang yang berada di kawasan situ pun terheran-heran melihat kedatangan kita berdua yang naik sepeda. (Perlu diadakan jumpa pers kali ya? Hihihi ...) kita sampai di pelataran parkir tersebut sekitar pukul 13.40.
dengan latar belakang yang masih nampak gundul
di kawasan Kaliurang
Keprihatinan melanda ketika memperhatikan hutan yang gundul di sebelah kananku (don’t ask me arah mata angin, aku ga tahu, LOL.), tentu bekas diterjang awan panas dan lahar. Sedangkan hutan yang terletak di sebelah kiri masih terlihat hijau, yang tentu tidak diamuk oleh awan panas. Awan panas bergerak ke arah kemana angin berhembus bukan?

Aku dan Ranz sempat ditawari orang untuk berkunjung ke kawasan yang sempat dilanda bencana, dimana masih banyak pohon-pohon gundul tumbang. Mereka menawari mengantar kita kesana dengan naik sepeda motor, yang mungkin butuh waktu sekitar 15 menit, dengan biaya Rp. 20.000,00. Waktu aku bertanya bisakah tempat itu kita capai dengan mengendarai sepeda, aku tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Hihihi ...
di dalam kawasan Tlogoputri

mejeng forevah! lol
Akhirnya kuputuskan untuk mengabaikan saja tawaran itu. Meski aku tidak merasa sangat lapar, aku tahu aku harus makan. Karena hawa yang dingin, aku memesan teh panas dan mie ‘nyemek’ panas. Ranz memesan es teh (buset dah, es teh di saat hawa dingin gitu), indomie goreng, dan sate ayam.

aku dan emping :)

tiket bea pemakaian toilet :P

Sekitar pukul 15.00 aku mengajak Ranz memasuki kawasan wisata Tlogo Putri. Masih sangat terlihat sisa-sisa ‘amukan’ Merapi yang meletus akhir Oktober hingga November tahun lalu. Aku tak lagi menemukan trek tempat aku dan Angie sempat ‘hiking’ di kawasan ini pada bulan Januari 2003 lalu. (Sudah lamaaaa!) Itu sebab aku dan Ranz tidak butuh waktu lama untuk berjalan berputar-putar di kawasan Tlogo Putri. Banyak monyet yang bergelantungan dengan jinak, tanpa mengganggu pengunjung.

Keluar dari kawasan TP, aku dan Ranz memutuskan untuk mencari kawasan yang  ditawarkan oleh orang yang kita diminta membayar Rp. 20.000,00 itu, dengan naik sepeda. Kita menggunakan asumsi, “Kalau tempat itu bisa dijangkau dengan naik motor, tentu bisa juga dijangkau dengan naik sepeda!”
And, we found it!

Melihat trek yang cocok untuk XC, Ranz langsung bergairah untuk eksplore! (Dengan resiko: kita akan turun semakin sore sehingga kemungkinan langsung pulang ke kota masing-masing harus ditunda.) “Tidak rugi datang ke Jogja karena menemukan trek ini!” teriaknya dengan gembira. Well, dia harus ‘melewatkan’ kesempatan XC ke Gunung Maling pada hari Minggu 19 Juni karena dia merasa perlu menjemputku ke Semarang.
sisa-sisa keganasan wedus gembel

pertama kali dolan berdua Ranz, aku sampe bingung dipoto mulu! lol

Snow White dolaaan ... 
Rasanya ingin terus eksplore ke tempat yang lebih masuk lagi dari tempat dimana kita temukan beberapa ‘turis lokal’ yang juga sampai di situ dengan naik (ojek) sepeda motor yang sedang asik berfoto-foto juga. Mereka pun tersenyum-senyum melihat dua perempuan mencapai tempat itu naik sepeda. Akan tetapi karena kita lihat kabut sudah mulai turun, dan daerah itu mulai sepi – semua turis sudah dibawa kembali oleh para pengojek – akhirnya aku dan Ranz pun meninggalkan lokasi. Tidak berani eksplore lebih jauh lagi.
ketoke aku durung siap dipoto ki :P


Ranz izeng! 

Kawasan Kaliadem yang (masih) gundul
gundul :(

Snow White mejeng :D
Tak jauh dari lokasi itu, kita menemukan masjid hingga kita mampir: Ranz shalat ashar.

Perjalanan pulang ke jalan Kaliurang kilometer 8 sangatlah menyenangkan! Turunnnnn terussss tanpa perlu mengayuh pedal! Waaahhhh ... if only bisa selalu tanpa mengerem! Hihihi ...

Kita sampai di rumah Detta pukul 17.15. Jika untuk berangkat kita butuh waktu kurang lebih empat jam, pulangnya kita hanya butuh waktu sekitar 45 menit! YAY!

Seperti biasa, aku langsung mandi. Ranz sempat mengemukakan idenya untuk ke kawasan UGM, dia ingin mencicipi burung puyuh, namun ternyata malam itu listrik mati! Wedew, malas deh kalau gelap-gelap gitu keluar rumah. Akhirnya aku hanya ngobrol dengan Detta di kamar tidur untuk tamu itu, sedangkan Ranz dengan khidmat mendengarkan. LOL.

Entah jam berapa listrik menyala kembali. Detta minta ijin untuk menemani anak-anaknya latihan main organ. Sedangkan aku dan Ranz makan malam di ruang makan di lantai bawah. Kali ini aku dan Ranz makan sambil ngobrol sekitar satu jam!

Sekitar pukul 21.30 aku dan Ranz naik kembali ke kamar kita menginap. Dan ternyata, aku mengantuk! Hingga ketika Detta datang dan bertanya ke Ranz, “Besok acaranya mau kemana?” aku sudah molor. (tapi aku masih ‘sadar’ untuk mendengar pertanyaan ini. Hihihi ...) Ranz menjawab, “Besok pagi rencana kita pulang.” Yang disahut Detta dengan nada heran, “Lho? Mau pulang besok?”

Ahhh , wish I could have stayed longer. Aku berniat gowes ke Parangtritis namun belum kesampaian.

Day 5, 23 Juni 2011

Aku bangun sekitar pukul empat pagi. Aku langsung packing, dan mandi. Jam enam aku dan Ranz meninggalkan rumah Detta, dimana seperti sehari sebelumnya, sang nyonya rumah + tuan rumah masih tidur bersama dua anaknya. Kita berdua hanya pamitan kepada Teteh.
Pockie mejeng dulu sebelum balik ke Solo
Ranz mengantarku sampai pool bus Joglosemar di jalan Magelang. Aku dapat tiket bus yang berangkat jam 8. Katanya bus yang jadualnya berangkat jam enam baru saja meninggalkan tempat. Ya sudah, it is ok. Sekitar pukul 06.40 Ranz meninggalkanku untuk menuju stasiun Tugu. Dia akan pulang ke Solo naik kereta.

Pukul delapan ketika bus yang kunaiki meninggalkan pelataran parkir pool, Ranz mengabari dia sudah sampai rumah. Perjalananku pulang pun lancar. Sampai di rumah sekitar pukul 11.45.

NOTE:
Millions thanks for Ranz who has helped me make one dream of mine come true: bikepacking! Seseorang yang pernah menawariku ide ini di akhir tahun 2009 lalu membuatku bermimpi-mimpi untuk bikepacking! Dan akhirnya kesampaian, meski ‘hanya’ dari Solo ke Jogja. Next time lebih jauh ya? 

Special note for Ranz (again): I love to see the happiness brighten your face during our journey!

The Amazing Four-Day Bikepacking Trip (3)

Kucopy-paste dari sini

Day 3, 21 Juni 2011

Seperti sehari sebelumnya, aku terbangun sekitar pukul 04.30 dikarenakan adzan Subuh dari masjid terdekat yang sangat keras. Maka aku pun buru-buru packing, mandi, dan mempersiapkan diri untuk perjalanan berikutnya: gowes Solo – Jogja.
mejeng di pusat beli oleh-oleh dekat rumah Ranz sebelum berangkat

beli jajanan buat bekal di jalan
mulai gowes

trek yang kita lewati
Kita meninggalkan rumah Ranz sekitar pukul 06.15. Sempat mampir beli jajan di sebuah tempat yang disebut Ranz sebagai ‘hik’. Penjual ‘hik’ menerima titipan segala jenis makanan – mulai dari jajan pasar seperti senthiling, kueku, risoles, onde-onde, sampai jenis roti-roti – untuk dijual kembali. Si penjual menempatkan makanannya di sebuah kotak yang lumayan lebar untuk menampung segala jenis makanan.

Kita gowes dengan ‘fun’ alias tidak buru-buru. Menikmati liburan tanpa diburu apa pun juga memang sangat nikmat. Ranz sendiri yang memiliki niat untuk menaiki Snow White dengan barang bawaanku yang berkilo-kilogram beratnya di bagian boncengan agar aku tidak berat ketika gowes pedal. Hihihihi ... tentu saja aku naik Pockie.

Kita sempat mampir ke sebuah toko kelontong untuk membeli air mineral dan Ranz bertanya arah ke daerah Pakis.

Sang penjual bertanya, “Mau kemana mbak?” yang dijawab oleh Ranz, “Mau ke Jogja Pak.”

“Naik sepeda?” tanyanya lagi, tak percaya.

“Iya Pak,” jawabku.

“Oh, mau ngecilin badan ya?” tuduhnya.

Waks! Kalo aku mungkin saja iya. Lha Ranz kan sudah kecil badannya? Sebelah mananya lagi yang bisa dikecilin? Xixixixixi ...
mejeng di pematang sawah yang kita lewati :D

Pockie dengan tas plastik bergantungan :D


Kita melewati daerah dimana sebelah kiri dan kanan ada sawah membentang luas. Setelah itu kita sempat mampir lagi ke sebuah mini market untuk membeli masker. Selain untuk melindungi pernapasan, masker juga berfungsi untuk melindungi wajah dari sinar matahari yang lumayan terik. Bagiku sendiri, fungsi kedua ini yang lebih penting. Hihihi ...

Hanya sekali kita mampir ke sebuah SPBU, untuk nunut buang air kecil. Aku pakai kesempatan itu untuk ngemil jajanan yang dibeli tadi pagi dan minum.
di perbatasan masuk Klaten


aku motret Ranz, eh, dia motret aku :P

Meski kita gowes santai, aku merasa begitu cepat sampai di daerah Prambanan, sekitar pukul 10.40. dengan sengaja aku mengajak Ranz mampir ke rumah makan tempat aku juga makan siang bulan Mei lalu waktu field trip dengan anak-anak. Rumah makan ini terletak di pinggir jalan raya. Sangat luas, dan hanya kita berdua yang mampir makan. Ranz bilang, “Seperti kita telah melakukan reservasi ya? Hingga hanya kita berdua yang makan di sini.” Hihihi ... mungkin karena waktu yang tidak jelas menunjukkan saat makan pagi atau makan siang. Aku sendiri menyebutnya brunch.
lewat pabrik gula Gondang

our yummy brunch 

no comment yak? :D

RM Jatayu tempat kita having brunch
Kita makan dan beristirahat sekitar 45 menit. Tujuan berikutnya: candi Prambanan! Ingin berfoto ria dengan candi Prambanan bersama dengan sepeda! Namun, ternyata kita ditolak membawa masuk sepeda. Sepeda harus diparkir di tempat parkir. Yah ... ga jadi lah kita masuk. Lagi pula toh baru bulan Mei kemarin aku masuk ke candi Prambanan.
Snow White dan Pockie saling menjajaki diri, dalam bikepacking pertama, xixixixi

Aku berdua Ranz di candi Kalasan

aku mejeng di Candi Kalasan

mejeng mejeng :D
Untuk mengobati kekecewaan, maka kita pun bergegas mencari lokasi candi Kalasan. Kebetulan candi Kalasan terletak tak jauh dari candi Prambanan. Di sini tentu saja kita diizinkan membawa masuk sepeda. Sang penjaga candi pun terheran-heran melihat dua perempuan datang naik sepeda, dengan membawa barang bawaan di boncengan. Hihihi ...

“Dari mana nih mbak? Sudah berapa hari perjalanan?” tanya salah satu dari mereka.

“Oh, kita dari Semarang Pak. Kita berangkat menuju Solo hari Minggu. Menginap dua malam di Solo. Baru tadi pagi kita berangkat ke Jogja.”

Si Bapak pun manggut-manggut sambil tetap terheran-heran. Hihihi ...

Setelah puas jepret-jepret, kita pun pamitan.

Matahari semakin tinggi. Panas pun semakin menjadi. Setelah melalui candi Kalasan, aku pikir inilah masa yang sangat berat. Apalagi setelah kita belok ke ring road. Sinar mentari yang terik mencorong dari arah depan. Perempatan Kentungan yang terletak di jalan Kaliurang kilometer enam pun rasanya jauuuuuuuhhhh sekali. Dari masuk ring road sebelah Timur sampai Kentungan mungkin sekitar 10-15 kilometer yak?
maafkan kenarsisanku yak? lol
Itulah sebabnya setelah melihat perempatan Gejayan, dengan toko buku TM di sebelah kiri, aku seperti melihat oase. Sebentar lagi sampe di Kentungan! Sebentar lagi sampe ke rumah Detta yang berlokasi di Jalan Kaliurang kilometer 8!

Setelah belok ke arah kanan/utara, beberapa meter kemudian, tas panier di boncengan Snow White jatuh! (Pelajaran berharga! Aku harus mencari cara untuk mengikatnya dengan erat agar tidak terjatuh lagi di kemudian hari.) Ranz yang mungkin juga telah kelelahan diterpa sinar matahari (dia ga pake topi maupun helm) nan terik tidak merasa! Untunglah, ada orang yang baik hati berteriak, “Mbak, barangnya ada yang jatuh!” kita pun kembali. Tas panier ku itu untung juga telah dipinggirkan oleh seorang pedagang yang jualan di pinggir jalan itu.

Kita sampai di rumah Detta sekitar pukul 13.30. tak ada speedo meter tak ada GPS, ga tahu deh berapa puluh kilometer yang kita tempuh hari itu dari rumah Ranz di Solo ke rumah Detta di Jogja. Detta yang telah mengharapkan kedatanganku langsung membuka pintu begitu mendengar ada suara di balik pintu pagar. Rupanya dia mengikuti update FB-ku, terutama foto waktu aku masuk ke pintu gerbang kotamadya Klaten dan foto ‘my brunch’. Ngobrol sekitar setengah jam di ruang tamu, Detta kemudian mempersilakan kita naik. Kamar tidur untuk tamu terletak di lantai 2.

Mandi! Adalah hal pertama yang ingin kulakukan.
ya ampyuunnn ... lesung pipitku manis yak? hahahaha

di kawasan kampus UGM

Di Balaiirung UGM
Usai mandi, aku dan Ranz beristirahat. Sekitar pukul 16.15 kita keluar. Tujuan utama: kampus UGM untuk berfoto-foto di dalamnya. Namun karena kita keluar terlalu sore, kita hanya sempat berfoto-foto di daerah Gedung Pusat dan Gedung Lengkung tempat administrasi Program Pasca Sarjana dipusatkan.
di Balairung UGM 2

di Balairung UGM <3 td="">

di Gedung Lengkung (Pasca Sarjana UGM)

:)
Makan sore di rumah makan tempat aku dulu sering makan, waktu ngekos di daerah jalan Kaliurang kilometer 4,8.
Usai makan dan shalat maghrib, kita lanjut gowes ke Malioboro, mampir ke benteng Vredeburg. Untung sepeda boleh dibawa masuk sehingga bisa sekaligus dipakai untuk bergaya-gaya. Hihihi ... Ah ya, kebetulan ada acara di dalamnya sehingga banyak pengunjung.
di benteng Vredeburg

ujung Maliboro di malam hari

guess what Ranz wrote above me :)



Dari benteng Vredeburg, kita berfoto-foto di ujung jalan Malioboro. Kemudian berlanjut ke alun-alun kidul. Pulang sampai rumah Detta sekitar pukul 22.15. Acara selanjutnya, bersih-bersih wajah, sikat gigi, dan tidur!