Search

Wednesday, December 31, 2008

CNR 4

Ternyata
Hujan tak senantiasa
Menghalangi kita bersepeda
Bersama
Menyusuri jalan-jalan kota

I still wished you would join us, buddy
Next time?

Crb 20.55 311208

Hujan bulan Desember

Will it always screw our plan
To bike around the city
Or cross country?

I will always miss you then

Crb 20.50 311208

Monday, December 29, 2008

Bunga Cinta

telah tumbuh sekuntum bunga di taman hati
kusirami setiap hari
agar senantiasa indah berseri
dan mekar harum mewangi

tak inginkah kau menengoknya sekali-sekali
agar kau mengerti
taman hatiku itu berhias bunga cinta lagi
semenjak engkau menatap mataku dengan penuh arti

11.56 070406

Dalam diam

 


Dalam diam
Kucinta engkau
Sepenuh rasa
Dan asa
Walau kau tak pernah
Menyadarinya

Dalam diammu kurasakan
Ada rindu untukku kau simpan
Ada cinta kau pancarkan
Ada harapan kau pendam
Untuk bersamaku di saat kemudian

(Menunggu itu indah)

PT56 15.38 291208

Sado masochist 2

Ada kenikmatan tak terperi
Tatkala kurindukan engkau setengah mati

SPB 09.20 281108

Sunday, December 28, 2008

Cousin ...


 

Since a cousin 'found' me online around one and a half years ago, via my blog at http://afeministblog.blogspot.com , and I found his message a year after that, , more cousin have found me.


Wow, this internet is really awesome.


Well, for those who know the history of my family will understand why this thing is awesome. My parents move to Semarang--from their hometown in Gorontalo, North Sulawesi--five days after their wedding day. They have never left Semarang ever since. It is understandable, then, if all of their children were born in Semarang. All of us grew up in Semarang, and now only my elder brother lives in Cirebon. The others stay in Semarang.


When I was in elementary school, there was a cousing studying in Gontor Islamic boarding school, Ponorogo. He always visited Semarang during Ramadhan break, including celebrating Idul Fitri together with my family. That's why I know him well. Not really well, but of course much better than the other cousins, that I met only when my family visited Gorontalo in 1977. I call him Kak Ramiez.
Someone named A. Fatih Syuhud made my blog more popular by featuring my blog at
http://fatihsyuhud.com/2007/09/07/blogger-indonesia-of-the-week-40-nana-podungge/

 
I must thank him, I suppose, since I 'suspect' that page has made my page rank of that blog of mine increased. And that made some cousins find me online. They asked Kak Ramiez, and kak Ramiez said, "Yup, that's Nana Podungge from Semarang, our cousin born and living in Semarang. Her mother is our auntie."


Internet is indeed the most wonderful invention so far.

C-Net 16.01 281208

CNR 3

CNR kali ini
terpaksa di tengah jalan terhenti
tatkala rinai hujan membasahi bumi
semakin lama semakin deras
hembus angin pun semakin kencang
orang pun berhenti lalu lalang

di bawah tenda kafe ini
kita duduk berdampingan
saling menikmati kebersamaan
sembari menonton film di videotron
yang memamerkan ketaklaziman
di negeri kita tercinta

PT56 13.33 281208

Saturday, December 27, 2008

Hujan malam Sabtu

Waktu sepedaan semalam
Hujan deras tiba-tiba mengguyur kota Semarang
Terpaksa berteduh di warung pinggir jalan
Menunggu hujan mereda
Sembari menikmati mendoan lezat
Beserta segelas teh hangat

Ada cowok ganteng duduk di sampingku
Sendirian
Kedinginan
Melirikku, mengundang
Godaan iman
Tapi suwer...
Aku tetap setia padamu
Hanya kepadamu pikiranku tertuju

(Inspired by ekohm's poem.
Terkadang nggombal itu nikmat dan perlu. Wakakaka...)

Hujan malam Sabtu

Waktu sepedaan semalam
Hujan deras tiba-tiba mengguyur kota Semarang
Terpaksa berteduh di warung pinggir jalan
Menunggu hujan mereda
Sembari menikmati mendoan lezat
Beserta segelas teh hangat

Ada cowok ganteng duduk di sampingku
Sendirian
Kedinginan
Melirikku, mengundang
Godaan iman
Tapi suwer...
Aku tetap setia padamu
Hanya kepadamu pikiranku tertuju

(Inspired by ekohm's poem.
Terkadang nggombal itu nikmat dan perlu. Wakakaka...)

Friday, December 26, 2008

Eating out

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menikmati liburan bersama yang tersayang. Windowshopping dan eating out misalnya.
Sudah bertahun-tahun kita berdua--Angie dan aku--tak menginjakkan kaki di food court CL Simpanglima Semarang. Kalaupun sempat ke CL, kita makan di tempat lain, e.g fastfood restaurant yang menunjukkan kita berdua masih terjajah secara kultural oleh negara pengimpor restauran tersebut.
Nah, sebelum masuk food court yang terletak di lantai 2, aku berbisik ke Angie, "Will that woman offering ice cream be here?"
Angie mengangguk-angguk geli.
Baru saja kita berdua duduk di kursi yang kita pilih, datanglah perempuan yang kita maksud.
"Mau pesan esnya mbak?" sambil menyodorkan menu.
Berhubung kita berdua sedang menjaga kesehatan tenggorokan, aku langsung menolaknya.
"Maaf mbak. Kita sedang tidak minum dingin, maunya minum yang hangat."
Surprisingly, orang itu langsung pergi dengan takzim, tanpa ngeyel.
Dulu, beberapa tahun yang lalu, dia selalu ngeyel dan merengek-rengek kalau kita tidak pesan.
"Aha, in fact she is still here! But she looks slimmer and tidier now. Not to mention more well-behaved." kataku pada Angie.
To make our stomach full, we ordered rice and its friends, shrimp fried rice 4 Angie, hainan chicken rice 4 me.
During our meal, Angie told me the place she is going to do her social care, a drop in center special 4 people who suffer from mental disorder.
"interesting topic 4 my blog, honey! Can I join u?" I asked.
I know the answer is NO. :-(
From eating late brunch, we browsed stores, floors, etc.
Before going home, 2 hours later, I was already hungry again! LOL.

PT 56 15.35 261208

Windowshopping

Dari satu toko ke toko yang lain
Dari satu section ke section yang lain
Dari satu lantai ke lantai yang lain
Dari satu department store ke department store yang lain
...
"bentar lagi kaki Angie gempor nih Ma!"

Lah, yang ngajakin siape Neng?
LOL

CL 15.05 261208

U-T-A-N-G


 

Libur akhir tahun telah tiba. Aku ingat rencana-rencana yang kubuat di pertengahan bulan Nopember 2008 tatkala aku merasa begitu jenuh dengan rutinitas; kejenuhan yang membuatku merasa begitu blue. Rencana yang akhirnya membuatku merasa memiliki hutang yang harus kubayar setelah libur datang:

  1. menulis artikel untuk blog, terutama to expose my being feminist, and social observer (gelar yang diberikan oleh Abangku tatkala membaca tulisanku yang berkaitan dengan bedah buku PUTRI CINA beberapa bulan lalu, juga tatkala aku diundang menjadi salah satu narasumber di acara Hari Kartini 21 April 2008 di sebuah stasiun televisi swasta Semarang)

  2. kembali ke Paradise Club, untuk ber-erobik dan fitness. Erobik sama baiknya dengan bersepeda maupun berenang (all doctors say swimming is the best exercise though). Sedangkan fitness baik untuk membentuk massa otot yang bagus untuk mengurangi kemungkinan terkena osteoporosis di masa tua.

  3. ngikut cross country karena mumpung libur, jadi aku ga harus terbebani mencuci pakaian kotor yang menumpuk selama satu minggu

  4. menyelesaikan membaca novel MISSING MOM oleh Joyce Carol Oates yang telah mulai kubaca beberapa minggu yang lalu. (I am a slow reader, due to both my hectic teaching schedule and too absorbed when reading LOL) Selain itu, MARYAMAH KARPOV pun telah menungguku untuk membacanya. Tiga buah buku yang kubeli di ANNIVERSARY SALE satu hari sebelum Natal menambah panjang daftar buku yang ingin kubaca dalam waktu dekat ini.

  5. eating out with Angie to listen to her more (she always talks a lot when we eat out because the atmosphere is usually relaxing, not in a hurry.) Based on our experience together so far, Angie sering tiba-tiba bercerita hal-hal yang mungkin tak terceritakan tatkala di rumah, mungkin karena keterbatasan waktu yang kita miliki to spend together.

  6. merapikan kamar (LOL)

  7. berkunjung ke Cirebon: both to visit my elder brother and for refreshing. Both Angie and I need it.

  8. menikmati kesempatan tidur siang yang mumpung kumiliki, memulihkan kondisi tubuh yang sering terasa remuk redam tatkala hari Sabtu datang (kalau ga pas libur kerja)

  9. mengurus surat pindah dari Bulustalan ke Pusponjolo, sekaligus membuat KTP baru buatku sendiri juga buat Angie yang telah menginjak usia 17 tahun bulan April lalu. Plus surat KK baru.

  10. last but not least menulis email panjang untuk Abang tersayang

Yang mana yang telah kulakukan setelah libur memasuki hari keempat?

Nomor satu: aku telah menulis dua artikel, yang terinspirasi oleh dua buah tulisan di koran lokal, yang langsung membuatku mencak-mencak karena dikotomi feminis klasik (kuhiperbola sebagai ‘obsolete feminist’ di artikel yang kutulis LOL) bagi perempuan yang tetap keukeuh memilih untuk bekerja di luar rumah, dan feminis modern bagi perempuan yang memilih kembali ke rumah, meninggalkan karir tinggi di kantor yang telah dirintis sekian lama. (FYI, dalam beberapa bulan terakhir, baru hari minggu lalu aku sempat membaca koran yang telah puluhan tahun menjadi langganan Podungge family di Semarang, karena kesibukan mengajar from 7am to 7pm. Aku hampir ‘buta’ apa yang terjadi di sekitarku gara-gara tertimbun kesibukan bekerja. Aku sengaja tidak membaca koran lokal ini, karena kalau aku merasa ‘gatal’ setelah membaca sebuah artikel, namun aku tidak punya waktu luang untuk menulis to expose my annoyance, rasa ini akan mengendap lama di benakku, and this is absolutely not healthy for my psyche.)

Puaskah aku dengan menulis HANYA dua buah artikel? Of course not. Sampai sekarang aku masih ingin menulis tentang Irshad Manji, the Muslim feminist lesbian, menulis lebih jauh lagi tentang film INTO THE WILD. Dan masih banyak lagi.

Nomor dua, I have done that!

Ketiga, hari minggu lalu bareng lima b2wer Semarang lain, menaklukkan ‘the mad mud’ to reach Maron beach. Well, aku sadar sih, bahwa my cute orange bike—pertanda cinta my b2w friends to me—bukan standar untuk XC-ria jadi aku sebaiknya jangan tergoda untuk melakukan XC yang ekstrim.

Keempat, in the process. MISSING MOM belum selesai kubaca.

Kelima, Angie and I had lunch out after we went to the ANNIVERSARY SALE. Two days before we did it too. And Angie told me a shocking thing about her schoolmates. Angie asked me to promise her not to write it for blogs. (Yang penasaran boleh nulis PM ke aku. LOL.)

Keenam, B-E-L-U-M.

Ketujuh, Angie and I plan to go to Cirebon next December 31, 2008 till January 4, 2009.

Kedelapan, I did it some hours ago. Asik geboy. LOL. I took a nap from 12.30-15.30. Enak gila. Hahahaha ... I went swimming this morning. Going home, I washed a big pile of clothes for almost two and a half hours. Bahkan minum cappuccino pun tidak mempan membuat mataku melek. Aku nikmati saja tidur siangku.

Kesembilan, in the process.

Kesepuluh, I will write it soon after this.

I wish I had 48 hours in one day during the two-week break from school, so that I could do more, especially referring to numbers one and four.

Jadi ingat sms yang my Guardian Angel kirim tanggal 18 November, “My Humming Bird mau break? Ya udah, sabar. The time will come, jangan dirasa, jadi lama. When it comes, it will be sweet, believe me.

PT56 20.02 251208

Monday, December 22, 2008

Maron: Bercinta dalam lumpur

Setelah mengikuti ‘kampanye bersepeda’, beberapa anggota b2w—Triyono, Ndaru, Agung, Eka, Yoni, Drajat, Hidayat, Kholik, Nasir dan aku sendiri—melanjutkan nggowes ke Pantai Maron yang terletak tidak jauh dari bandar udara Ahmad Yani Semarang. Mengingat hari-hari terakhir ini hujan turun setiap hari di Semarang, yang nota bene matahari jarang bersinar, aku sudah memperkirakan medan off-road setelah lepas dari kawasan bandara akan menjadi sangat berlumpur, mungkin ada kubangan air di sana sini, sehingga menjadi sangat menantang bagi mereka yang melewatinya.

Perjalananku terakhir ke Pantai Maron yakni tanggal 23 Nopember. Meskipun sudah memasuki musim hujan, seingatku pada hari Sabtu 22 Nopember, seharian tidak turun hujan, dan matahari lumayan bersinar. Itu sebabnya meskipun jalannya licin di sana sini, masih ‘enak’ dilewati.

Namun perjalanan ke Maron tanggal 21 Desember ini meninggalkan kesan yang jauh lebih mendalam karena beberapa hal, selain karena seorang Agung Tridja ikut kali ini. (Dasar narsis, sebelum pulang dia sempat berbisik kepadaku, “Pokoknya event apa pun akan sangat berkesan kalo aku ikut!” LOL.)
Pertama berbelok ke areal off-road, teman-teman yang berada di belakangku (aku berada di depan karena aku sudah berpengalaman ke Maron beberapa kali) bersorak gembira, “Akhirnya kita sampai juga ke areal yang kita rindui!” 

Baru beberapa meter berjalan, kita bertemu dengan banyak orang yang sedang berjalan berlawanan arah dengan kita. “Jalanan buruk mbak, ga bakal nyampe ke pantai! Mending berbalik saja!”

Aku tersenyum sambil menjawab, “Terima kasih.”

Kadang aku berkata, “Oh? Di sana jauh lebih buruk ya kondisinya?”

Ketika bertemu dengan seseorang yang dengan terang-terangan memprovokasi aku untuk kembali, sekaligus menunjukkan pesimisnya bahwa aku akan patah semangat di tengah jalan, aku bilang, “Ya gimana ya? Tuh teman-teman di belakang saya malah suka dengan kondisi jalan yang seperti ini!”

Klakep. LOL

Sesampai di separuh perjalanan, dimana ada sebuah jembatan yang menghubungkan jalan menuju ke sebuah perumahan, jalanan semakin memburuk. Tanpa kuketahui sebagian dari kita ada yang mengambil jalur kiri, termasuk mas Nasir, my savior dalam perjalanan XC ke Kedungjati.

Aku sempat hampir patah semangat tatkala kaki kiriku terperosok ke lumpur, seluruh sepatu kiriku terbenam. Eka yang berada di belakangku tak henti-hentinya menyemangatiku, “Ayo mbak Nana, angkat kakinya, lanjutkan perjalanan. Kayuh terus pedalnya, jangan lupa stel girnya agar kayuhan ringan.” Ketika melihatku lebih memilih menuntun sepeda (aku mulai kehilangan kepercayaan diri bahwa aku mampu menaikinya), Eka pun menawarkan sepedanya kunaiki, “Mbak Nana naik sepedaku aja. Ini bannya mencengkeram!” Dan ternyata benar. Enak sekali nggowes di jalanan berlumpur seperti itu menaiki sepeda hasil rakitan Eka sendiri ini.

Beberapa saat kemudian aku baru menyadari beberapa dari kita—Triyono, Nasir, Hidayat, dan Drajat—memilih jalur kiri, yang konon katanya kondisinya tidak ‘semengerikan’ jalur kanan. I was a bit unhappy for this karena ‘saingan’ berebut untuk bernarsis ria di depan kamera akan berkurang. LOL. “Kita ga bisa foto bareng nanti di pantai!” rajukku, sambil setengah berteriak, agar mereka mendengar.

“Lha gimana lagi? Jalanan di situ parah banget!” komentar mas Nasir, setengah berteriak pula.

Beberapa saat kemudian ...

Setelah melihat air laut yang membiru dari kejauhan, menandakan bahwa ‘etape’ pertama kita akan berakhir, uh ... leganya hatiku. LOL.

“Jalanan becek berlumpur dan licin yang berat dilalui ini setara dengan lima tanjakan!” kata Agung hiperbola. LOL. 

Wah, aku lebih memilih jalanan becek berlumpur ini Gung, dibandingkan lima tanjakan yang setinggi Gombel. LOL. Aku pun lega Darmawan tidak jadi ikut karena istrinya ga berani ‘menanggung resiko’. Poor her kalau harus berjuang melawan jalanan seperti ini.

Baru kali ini aku melihat pantai Maron sepi pengunjung. Warung penjaja makanan dan minuman pun hanya ada dua yang buka.

Perjalanan menantang yang cukup melelahkan ini, meskipun tidak jauh, telah membuat perut kita kelaparan. Apalagi aku yang lupa membawa minum. I was very thirsty!

“Tahu ga mbak, beda antara enak dan lapar itu tipis?” kata mas Ndaru, waktu kita menunggu pesanan makanan kita datang.

“Well, orang bilang lapar adalah lauk yang paling lezat..” jawabku.

Ini adalah kali pertama aku makan di salah satu warung di Pantai Maron. Maklum, untuk melanjutkan ‘etape’ yang kedua—yakni balik lagi ke jalan raya—kita semua tentu butuh asupan makanan dan minuman yang cukup.

“Will you directly post this in your blog tonight?” tanya Agung, sebelum kita melanjutkan perjalanan.

“How about if I write a poem for this?” tanyaku balik.

Agung manggut-manggut sambil bilang, “Bercinta dalam lumpur...”

“Hey ... that’s a superb idea!” komentarku.

(Namun ternyata meskipun telah nongkrong di depan monitor beberapa lama, tak jua muncul kata-kata yang bisa kupakai dalam puisiku, sehingga aku malah menulis ‘laporan perjalanan’ ini dalam bentuk esei.)

Kholik yang ada keperluan telah meninggalkan kita berlima seusai makan. Namun ternyata, dalam perjalanan balik, dia kurang beruntung, ‘letter S’-nya patah. Itu sebab tak lama kemudian kita berlima telah menyusulnya. Segera Eka mengeluarkan peralatan yang dia miliki, setelah kita memilih satu tempat di pinggir, di atas rumput. Aku menonton sambil terkagum-kagum karena yang bisa kulakukan dengan sepeda hanyalah menaikinya. LOL. Agung dengan cekatan melakukan ini itu. Mas Ndaru membantu memberi instruksi ini itu. Demikian juga Eka. Sedangkan Yoni ngadem di bawah rerimbunan, takut warna kulitnya tambah gelap, LOL, karena pada saat itu, sekitar tengah hari, matahari mulai memancarkan sinarnya. 


Cukup makan waktu lama untuk membuat sepeda Kholik bisa dinaiki secukupnya. Sementara itu ternyata dia telah menelpon seseorang untuk menjemputnya yang kemudian datang naik sepeda motor. Sepedanya pun dia taruh di tengah.

Tak lama kemudian, sepeda Yoni yang hampir mengalami peristiwa yang hampir serupa dengan Kholik. Bedanya adalah Yoni segera menyadarinya, sehingga bisa segera pula dibetulkan, di bawah instruksi Eka, sehingga tidak sampai ‘letter S’-nya patah. 

Tatkala menunggui kedua kakak beradik ini, aku sempat meprovokasi sepasang kekasih untuk kembali ke jalan raya saja, karena terlihat keragu-raguan di wajah kedua orang tersebut. Apalagi kulihat si perempuan mengenakan sepatu ‘feminin’ berhak sekitar 3 cm lancip. 

“Sepatumu dilepas saja,” kata si laki-laki. “Lihat saja jalanan seperti ini.” Mungkin terbayang kalau dia terpaksa meminta kekasihnya turun dari motor.
Si perempuan ragu-ragu. 

“Ya, lebih baik sepatunya dilepas saja.” Kataku, ikut campur. LOL. “Sayang kalau kotor, apalagi rusak,” kataku lagi. 

“Tuh kan ...” kata si laki-laki berusaha meyakinkan kekasihnya.

“Atau lebih baik lagi balik aja ke jalan raya. Kondisi jalan di sebelah sana jauh lebih ‘buruk’ dibandingkan kondisi jalan di sini,” provokasiku.

Aku ingat provokasi orang-orang tatkala aku mulai memasuki medan ‘off-road’ gagal total menghentikan gowesanku.

Namun provokasiku berhasil dengan mudah. LOL. Si lelaki pun segera memutar sepeda motornya. Kembali ke jalan raya.

Setelah Yoni dan Eka berhasil membetulkan gir sepedanya, kita bertiga segera menyusul Agung dan mas Ndaru yang terheran-heran ada apa kok kita tertinggal lumayan jauh. 

Sesampai di jalan raya, kita berlima sepakat mencari tempat cuci sepeda motor, agar sepeda kita bisa segera dibersihkan. Kita menemukan tempat itu di sebuah gang Anjasmoro, setelah bertanya kepada seorang tukang parkir di Jalan Anjasmoro Raya. Kebetulan yang memiliki usaha sedang ‘nganggur’ alias tidak ada pasien, sehingga sepeda-sepeda kita pun segera ditangani. Semula si Bapak pemilik usaha akan menolak, karena belum pernah mendapatkan ‘sepeda’ sebagai pasien. Namun, ternyata mas Ndaru’s authoritarian voice (baru tahu aku ternyata dia memiliki kemampuan para politisi ini LOL) membuat si Bapak menerimanya without any reservation. LOL. Untung di depan tempat cuci sepeda motor ini ada sebuah warung kecil tempat kita bisa nongkrong, minum dan makan snack, sambil ngobrol.Untuk ‘lebih melengkapi’ kesan perjalanan kali ini, ban sepeda mas Ndaru bocor!!!

Menunggu proses cuci sepeda lima biji ini ternyata lumayan lama. Agung sempat pamer tubuh (bagian atas doang!!!) karena ga tahan panas. Angin sepoi-sepoi yang kadang berhembus membuat mata pun mengantuk. 

“Ingat ga waktu kecil dulu kita paling malas kalau disuruh tidur siang? Kalau ga tidur siang, nanti dislentik telinganya!” kata mas Ndaru.

Aku langsung ketawa ngakak karena ingat masa kecil dulu. Seingatku aku ga pernah membangkang kalau disuruh tidur siang. Tapi kakakku pernah punya ‘kasus’ dengan bokap gara-gara ga mau pakai sandal. Kita diharuskan memakai sandal, meskipun berada di dalam rumah, demi menjaga kebersihan kaki dan kesehatan tubuh. Kakakku paling malas memakai sandal hingga satu hari bokap marah-marah waktu pulang dari kantor. Melihat kakakku tersayang dimarahi, aku pun menangis keras-keras. Bokap pun heran; orang yang dimarahin kakaknya, ini kenapa si adik yang nangis? LOL. Nyokap yang mencup-cup aku pun bilang, “Yang dimarahin bukan Nana kok. Udah cup diem.” Aku tetap saja menangis, sehingga bokap pun akhirnya berhenti marah. LOL.

“Betapa enaknya tidur siang itu. Nyesel deh kenapa waktu kecil dulu aku suka mbeling kalau disuruh tidur siang. Maunya main melulu. Sekarang? Tidur siang di kantor jelas diomel-omelin bos. Bisa tidur siang adalah sebuah anugrah ...” Kata mas Ndaru lagi lebih lanjut. LOL.

Ban bocor sepeda mas Ndaru ditangani sendiri karena kebetulan dia membawa persediaan untuk menambal ban bocor, dan Eka membawa pompa kecil yang dari jauh nampak seperti vibrator. Wakakakaka ... (Suwer, aku ngelihatnya HANYA di salah satu serial “Sex and the City”, belum ngeliat yang asli. LOL.) Ajaibnya, yang melakukan penambalan adalah Yoni. (Yon, kamu bisa buka usaha tambal ban! LOL.)
“In this off-road trip, Eka is your savior...” kata Agung, sebelum kita meninggalkan tempat.
“Yup, you are absolutely right!” jawabku.

Aku bersyukur tempat tinggalku tidak jauh dari Anjasmoro. Yoni dan Eka lumayan masih harus menggowes sepedanya dalam waktu beberapa lama. Agung dan mas Ndaru yang perjuangannya paling ‘poll’, karena tinggal di ujung Semarang bagian Tenggara. 

*****

Malamnya mas Nasir datang ke rumah untuk mengambil kaos jersey b2w Semarang yang masih ada lima biji di tempatku. Teman-teman kerjanya tertarik untuk membelinya. “Hikmah city tour,” kata mas Budi Seli.

Dari perbincangan sejenak aku tahu bahwa keempat orang yang mengambil jalur kiri gagal mencapai laut karena suatu ‘rintangan’. Demi kemaslahatan bersama, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali.

PT56 23.45 211208