Search

Tuesday, August 23, 2022

PMS

 ini tulisan lama, kucopas dari note di facebook 😄 betapa dulu saat PMS, aku bisa lebih galak ketimbang singa betina. wakakakakaka .... kuunggah di facebook tanggal 23 Agustus 2009


Ada seorang kenalan bilang hobinya bertandang ke hutan, merenung, apa jadinya bumi ini bila hutan terkikis habis.

 

Aku bilang aku ga tahu apakah masih ada hutan di daerah Semarang sini. Waktu nulis, aku inget beberapa teman b2w yang suka cross country di daerah Jatibarang, hutannya keren, arealnya cool habis untuk cross country. Tapi, memang aku belum pernah ngikut adventure kesana.

Eh, si kenalan komentar, 'makanya dong non kalo ngeluyur jangan ke mall melulu.'

 

Dasar lagi pms, ngomellah aku dituduh begitu. Atas dasar apa dia nuduh gitu? Aku ga pernah nyebut 'shopping' maupun 'windowshopping' sebagai salah satu hobiku?!?!?!

 

Kejadian lain. Seorang kenalan, yang ngaku terkena sihir foto cantikku, tiba2 kirim sms, 'kamu seharian kemana aja? Kok ga sms aku?'

Kujawab dengan pedas, 'emang kamu apaku? Aku apamu? Kenapa aku harus sms kamu?'

 

Kejadian lain. Seorang penggemar terheran-heran mendengar aku cerita aku marah di kelas. Tentu di pikirannya orang semempesona aku, tak layak marah-marah. Emang enak disamain an angel?!?! Maka kubilang, 'aku marah tentu ada alasannya. Murid-muridku yang ngomong bahasa Inggris ngeces kayak kereta api itu ga bisa bedain mana NOUN, mana VERB, mana ADJECTIVE, mana ADVERB. Aku marah lebih karena aku kecewa, bukan karena marah beneran ke mereka. They know I love them.'

 

Dia komentar, 'ya udah, abis ini jangan marah-marah lagi ya di kelas?'

HAH! Enak aja ngatur orang. Aku akan marah kalau ada yang membuatku marah, emang aku patung?

 

Ssshhhh...

I am just a human being, you know.

 

PT56 230809



B A H A G I A

 


 

"Bahagia mungkin sejenis candu untuk bertahan hidup." VKD

 

Kebetulan sebelum membaca tulisan Vika tentang 'bahagia' ini saya habis berbincang dengan salah seorang kesayangan. Ternyata di matanya hidup saya ini begitu mudah hingga membuatnya iri. Satu pernyataan yang tentu membuat saya bertanya kepadanya apa saja yang saya miliki yang membuatnya iri.

 

"beban kerjamu (yang tidak terlalu membebani)."

"Kamu bisa sepedaan kemana-mana."

"Kamu masih bisa ngopi."

"Too many to mention."

 

Well. Bukankah hidup ini wang sinawang ya. Apa yang dia 'keluhkan' bisa jadi adalah satu hal yang membuat saya iri padanya. Meskipun begitu, hal-hal yang dia katakan di atas membuat saya harus kian menyadari bahwa saya harus selalu merasa 'grateful' dengan apa yang saya miliki saat ini.

 

Merenungkan hal ini membuat saya teringat pada topik pembicaraan saya dengannya beberapa hari yang lalu. Banyak orang yang berubah (atau berkembang?) menjadi kian bijaksana bersamaan dengan usia mereka yang menua. Mereka nampak lebih tenang menghadapi hidup, ketimbang, let's say, saat mereka berusia 10 tahun lebih muda. Namun, tak sedikit juga orang yang sama sekali tidak berubah cara berpikirnya. Mereka tetap nampak semeledak-meledak 10 tahun, atau bahkan 30 tahun yang lalu. They really stay the same. Hanya usia (fisik) mereka saja yang menua, namun jiwanya tetap sama. Jika saat muda mereka nampak beringas, di usia tua mereka sama sekali tidak berubah.

 

Saat itu saya menyitir apa yang kadang saya baca di status teman medsos, Devita. Dev percaya hidup kita di masa kini adalah hidup yang kesekian. (Aha … jadi ingat, dulu seorang kawan facebook bilang, generasi kehidupan ini adalah generasi (Nabi) Adam yang ketujuh.)  Apa yang kita alami sekarang ini merupakan refleksi dari kehidupan kita di masa lampau. Mereka yang sejak lahir berada dalam keluarga yang berkecukupan ini merupakan buah 'karma' (?) hidup mereka di kehidupan yang lalu. Demikian juga sebaliknya, mereka yang sejak lahir nampak berada dalam kondisi yang terus menerus menyedihkan adalah 'karma' kehidupan mereka di masa lalu.

 

Lalu bagaimana agar di satu masa nanti kita terlahir kembali dengan kehidupan yang nyaman? Be good to others. Hanya begini simpelnya.

 

"Bahagialah mereka yang sadar mengapa mereka terlahir karena kebanyakan dari kita dilahirkan dalam kondisi lupa. Lupa apa manfaat kita dilahirkan." Kata Dev.

 

Saya membacanya sebagai mereka yang sadar mengapa mereka dilahirkan memiliki jiwa yang dewasa. Kalau pun toh di awal-awal hidup, mereka lupa. Sekian (puluh) tahun kemudian, mereka akan dengan mudah belajar dan menjadi pribadi yang dewasa dan tenang. Sebaliknya orang-orang yang tidak pernah mau mengambil pelajaran dari kehidupan mereka sendiri, maupun kehidupan orang lain. Hanya fisik mereka saja yang menua, sisi psikologis mereka stays the same.

 

Merunut pernyataan Vika, yang saya kutip di atas: menulis puisi buat orang kesayangan adalah salah satu candu bagi saya. Selain sepedaan dan berenang tentunya.

 

N.B.:

Kamu ga bisa nulis puisi buatku gapapa sayang. Kan kamu telah jadi inspirasi buatku. #eaaaaa 

 

PT56 11.30 23 Agustus 2022

Tuesday, August 16, 2022

B U C I N 2

 



Sebagai seorang bucin -- saat jatuh cinta -- aku suka membaca status-status orang yang sedang jatuh cinta. Entah itu rayuan gombal, entah itu percakapan lucu antar dua orang yang sedang jatuh cinta, entah itu puisi cinta. Pokoknya status-status yang membuat orang yang membacanya turut berbahagia karena merasakan bahwa 'love is in the air'.

 

Itu sebab, meski statusku pada Lee Majors adalah 'tetap naksir walau mustahil' status-status yang kuunggah di facebook untuk menemani foto-foto Lee yang kuunggah, pasti status-status pujaan, agar yang membaca pun turut merasakan bahwa orang yang sedang jatuh cinta itu berbahagia. "meski mustahil". Lol.

 

Mariiii #recehkantemlen sebelum aku dibungkam oleh dimas Zuck lagi. Hohoho …

 

------------------------------

 

Tulisan tentang 'bucin' di atas ter-trigger oleh tulisan lama di blog tentang hal yang sama. Tulisan lama itu terinspirasi kisah seorang kawan facebook yang sedang jatuh cinta waktu itu, dan cintanya bersambut, setelah katanya dia menjomblo puluhan tahun lamanya. Lol. (check this link.)

 

Aku masih ingat, setiap hari waktu itu aku menunggu postingan kawan itu menulis tentang kekasihnya yang indah (namun bedebah, karena telah membuatnya gundah disebabkan rindu dendam yang tak tersalurkan, lol) aku rasanya ikutan sedang jatuh cinta, wkwkwkwkwk … ikutan deg-degan, ikutan excited pokoknya.

 

Sayangnya, kisah cinta kawan facebook itu kandas di tengah jalan. Dia pun berhenti menulis status-status bucin. Dan … aku pun merasa kehilangan.

 

So? Sebagai ganti, aku pun menulis status #retjeh dan #gombalretjeh … hahahaha … aku berharap mereka yang membaca ikutan bergembira seperti saat aku membaca status-status bucin kawan yang satu itu.

 

Special thanks to my other half who has inspired me to write love poems again. #uhuk 


Semarang 11.11 pm 16/08/2022

 

Mantan o Mantan

 

Setelah membaca status jeng Milana tentang patah hatinya, plus komen dimas Sam Alfian, kebetulan kok aku buka-buka tulisan lama di blog. Aku membaca tulisan yang kuberi judul "coretan buat para (mantan) kekasih". (Judul ini terinspirasi kumpulan cerpen Agus Noor yang berjudul "Cerita Buat Para Kekasih".)

 

Bagiku, bokapnya Angie adalah (mantan) kekasih pertamaku. So, jika di grup 'kates' (kepanjangan dari 'kagama tapi stress', lol) aku mengaku ga pernah pacaran waktu di Jogja, itu aku jujur loh. Lol. Lha aku sama bokapnya Angie pacaran di Semarang. Wkwkwkwkwk … mantan-mantan yang lain (oh, betapa mereka cukup hebat kuanggap sebagai mantan, lol) datang dalam hidupku setelah bokapnya Angie.

 

Jika di statusnya jeng Milana dan (komen) dimas Sam bercerita bagaimana mereka 'bertingkah' setelah putus cinta, dan ternyata Jogja masih mampu membawa mereka ke masa lalu yang menyedihkan itu, tulisanku di blog menyiratkan bahwa aku tak memiliki perasaan yang mengharu-biru itu. Tulisanku itu menunjukkan bahwa aku baik-baik saja, tak ada (mantan) yang meninggalkan kesan buruk. Instead, aku bisa mengenang mereka dengan hati gembira. Hahahahah … mungkin benar yang kutulis di akhir postingan itu: Until now I haven't found my true love yet. Atau mungkin justru semuanya my true love, wkwkwkwk … I am happy when they all are happy, although without me. At least, I (once) loved them, and I love the poems I wrote because they inspired me to write them. Hahahahah …

 

Btw, sekarang aku heran, bagaimana waktu itu aku menentukan 6 orang itu yang kutulis? Lol. Kalau bokapnya Angie kan jelaaas. No matter what, we were once married.

 

Today, I had enough fun by reading my own (old) posts. My own sense of humor is not bad lah. Hahahahah …

 

Semarang 16 Agustus 2022

 

For my other half, if you read this, you will always be my first other half. Isn't that very special?  💖💕

 

this is not my ex; he will be my old, present, as well as future 💓


Monday, August 15, 2022

Mursitarini

 


 

Rini -- for short -- adalah teman sebangku/semeja saat aku duduk di bangku kelas 3 SMP.

 

Honestly, aku tidak ingat apa yang membuat kami berdua duduk berdampingan di tahun ketiga kami bersekolah di SMP N 1 Semarang. It was long time ago. yang aku ingat aku sering memberinya contekan saat ada test dari guru. Yang paling epic adalah saat test pelajaran akuntansi, membuat buku besar, laporan transaksi jual beli. I loved this lesson sementara Rini menyerah, lol. Waktu itu Rini duduk di kursi di belakangku persis, setelah aku selesai mengerjakan 'buku besar' aku membuka kertas folioku dengan lebar, sehingga Rini dengan leluasa mencontek. I really had fun doing that.

 

Saat test pelajaran yang lain, aku berani  melemparkan kertas kecil berisi jawaban, misal English, Math, dll.

 

Setelah lulus SMP, aku melanjutkan sekolah ke SMA N 3, sedangkan Rini ke SMA N 6. meski kami beda sekolah, we kept in touch. Kebetulan adiknya Rini sekolah di sekolah yang sama denganku, so aku mudah saja menitip surat untuk Rini lewat adiknya.

 

Hah? Kirim surat? Iyalah, ini masih di dekade 1980an kok. :) hanya once in a blue moon saja aku dolan ke rumahnya. Seingatku, dia ga pernah dolan ke rumahku.

 

Tahun 1986 kami lulus SMA. Aku melanjutkan kuliah di Jogja, Rini di Solo, ambil D3. setelah lulus kuliah, dia juga dapat kerjaan di Solo, tahun 1989.

 

Tahun 1990, aku menikah, punya anak setahun kemudian. Kesibukan ini membuatku tidak punya waktu lagi untuk dolan ke rumahnya. Plus waktu itu komunikasi masih susah ya, belum ada hp. Kita benar-benar lost contact.

 

Baru di tahun 2021 aku dapat kabar tentang Rini, dari seorang kawan SMP juga, yang tinggal tak jauh dari rumah Rini. "Na, Rini kena stroke," kata Untik. Waktu itu aku benar-benar berpikir Rini masih tinggal dan bekerja di Solo. Namun kata Untik Rini ternyata sudah balik ke Semarang sudah lama. (saat riwayat hidup dibacakan menjelang pemakamannya, baru aku tahu Rini pindah balik ke Semarang tahun 1998.)

 

Karena sudah lama tidak kept in touch, aku ragu-ragu ke rumahnya. Apalagi tahun 2021 itu covid masih sangat menakutkan. Jadi, meski aku sering (sengaja) lewat rumah Rini saat sepedaan maupun saat jalan kaki (olahraga), aku hanya lewat, dan tidak ada pikiran untuk mampir.

 


 

 

Tak lama mendengar kabar Rini kena stroke, padahal dia yang bertanggung jawab atas kondisi ibunya di rumah itu, aku mendengar kabar berikutnya, ibunya Rini meninggal. Aku tidak yakin apakah karena covid atau penyakit lain. Sekali lagi, karena waktu itu covid (delta) masih menjadi momok di tengah masyarakat, aku ga berani ke rumahnya. Namun, jika aku punya kesempatan untuk sepedaan maupun jalan kaki, aku masih kadang lewat depan rumah Rini.

 

Beberapa bulan kemudian (aku lupa kapan tepatnya), di satu hari Minggu pagi, selepas belanja di pasar dekat rumah, aku lanjut naik sepeda memutar, lewat depan rumah Rini lagi. Kebetulan saat itu, Rini pas duduk di teras. Mataku belor, tapi syukurlah aku masih bisa mengenali sosok seorang perempuan yang duduk di teras itu dia. Aku pun mampir. Seorang laki-laki yang waktu itu sedang memanasi sepeda motor membukakan pintu pagar. Aku mendengar Rini bertanya, "itu siapa?"

 

Setelah aku masuk ke halaman rumah, dan menyebut namaku, "Nana", Rini langsung mengenaliku dan mempersilakan aku duduk. Kami ngobrol sebentar. Rini bilang dia terkena stroke setelah suntik vaksin (entah yang pertama atau yang kedua ya, lupa.) Meski stroke, kata Rini, dia masih bisa masuk kerja, dia masih bisa berjalan sendiri jika permukaan lantai/tanah datar, tidak berundak-undak. Aku bertanya apakah dia pijat terapi (sepertiku yang menyempatkan pijat terapi saat kakiku cedera) Rini bilang tidak, alasannya "sakit". Well, yang namanya physiotherapy ya jelas sakit ya, tapi kan demi kesehatan. Tapi, ya, I cannot tell her to do it just like that. Sudah puluhan tahun kami tidak saling berkomunikasi. Perubahan cara berpikir antara kami berdua pasti ada lah ya. Meskipun begitu, melihat Rini masih nampak 'baik-baik' saja aku lega. (aku sempat membayangkan dia benar-benar tidak bisa apa-apa saat pertama kali Untik mengabari Rini kena stroke je.)

 

Aku tidak stay lama-lama waktu itu karena (1) aku belum mandi (2) aku baru pulang dari pasar, membawa belanjaan yang harus segera kumasukkan kulkas agar tidak basi, atau sayuran yang kubeli tidak keburu layu. Sebelum pamitan, aku bilang ke Rini aku akan mengunjunginya kembali kapan-kapan. Namun setelah tahu bahwa dia masih berangkat kerja, berarti aku hanya bisa mengunjunginya di hari Minggu, hari yang justru aku ga yakin bisa menyempatkan diri dolan. :(

 

Setelah kunjungan itu, I kept postponing to visit Rini again. Kalau aku ga sedang dolan keluar kota, ya aku sibuk melakukan pekerjaan rumah di hari Minggu.

 

Hingga hari Kamis 11 Agustus siang, Untik mengabariku bahwa Rini meninggal dunia. :( :( :( that news saddened me. Aku langsung merasa berhutang padanya: hutang untuk dolani dia lagi, mengajaknya ngobrol lagi.

 

Jumat 12 Agustus 2022, aku ke takziah ke rumah Rini, sekitar pukul 08.50. Untik yang ngabari bahwa jenazahnya akan dimakamkan hari Jumat itu, namun tidak dia sebutkan jam berapa. Aku berharap aku akan sempat membaca surah Yasin di samping jenazah Rini. Ternyata setelah sampai sana, pas upacara pemberangkatan jenazah akan dimulai.

 

Tito, anaknya Rini

 

 

Aku pun turut mengantar jenazah Rini sampai ke pemakaman di Salaman Mloyo. Rencana membaca surah Yasin di samping makam Rini kembali gagal. Setelah semua pelayat meninggalkan lokasi, anak Rini berjongkok di samping nisan ibunya, menangis. How heartbreaking! So, finally I left the place. Aku membaca Yasin untuk Rini di rumah.

 

Semoga husnul khatimah dearest Rini. Rest in peace and be happy there. You are no longer in pain 🙏🙏🙏

 

18.09 15/08/2022

 

Austin di seberang makam

Accidentally Sidoarjo!

 


Jumat - 29 Juli 2022

 

Aku on the way ke Solo, seperti biasa naik travel Citi***** pagi ini. Mumpung ada keberangkatan jam 09.00, aku memilih jam itu, agar bisa segera sampai Solo. As usual, Ranz sedang olah tubuh di satu fitness center yang terletak tak jauh dari rumahnya. Kadang, begitu aku datang, dia memintaku untuk nyuting dia melakukan satu exercise. (padahal dia ya bisa melakukannya sendiri, hahahaha …)

 

Tentu saja aku membawa Austin, sepeda lipat kesayangan. Aku dan Ranz berencana untuk dolan ke Waduk Gajahmungkur di hari Sabtu. Namun, saat menemani Ranz di fitness center, dia bilang dia ga jadi menolak ajakan keluarganya untuk ikut kondangan ke Surabaya. Lah bingung lah aku. Mosok baru nyampe Solo, aku langsung balik ke Semarang lagi?

 

The only choice: aku ya ikutan keluarga Ranz ke Sidoarjo.

 


 

Siang itu, as usual, Ranz menemaniku makan siang di RM Tenda ****, seperti biasa aku memesan satu porsi selat Solo. Untuk minuman, aku 'hanya' memilih es teh. Dua kali di RM itu aku pesan es dawet gempol pleret, rasanya kurang nendang di lidahku. Sementara Ranz memilih satu porsi nasi gudeg telur. Oh ya, otw ke RM itu, kami mampir satu RM yang khusus jualan ayam bakar/goreng. Waktu kami lewat, bau ayam bakarnya benar-benar bikin ngiler, lol. So? Ranz membeli satu porsi ayam bakar, tanpa nasi.

 


 

Usai makan siang, aku mengajak Ranz berfoto-foto di Jalan Slamet Riyadi. Hahaha … tumben kan? Iya, soalnya di facebook ada kawan yang menyelenggarakan lomba "fashion on the street" sebagai 'dampak' viralnya "Citayam fashion week". Aku pingin ikutan, dan mumpung aku sedang kumat narsisnya. Wakakakakaka …

 

Sore aku diantar Ranz ke mbak Rina, kakiku butuh diterapi. Ga usah tanya sakitnya kayak apa. Tapi, gimana lagi, aku pengen kakiku sehat je.

 

Malamnya, sekitar pukul 8, aku dan keluarga Ranz meninggalkan rumah, menuju Sidoarjo: 5 orang dewasa dan 2 anak-anak. Menjelang tengah malam, kami sudah sampai di Krian, Sidoarjo, rumah sepupunya Ranz. Aku sudah pernah diajak kesini dua kali oleh Ranz, di tahun 2017. yang pertama, bulan Juli, sebelum kami berdua menyusuri pantura Sidoarjo - Semarang. Yang kedua, bulan Desember, sebelum kami bersepeda ke Probolinggo yang kemudian kami lanjutkan ke Cemara Lawang - Bromo.

 

Sabtu - 30 Juli 2022

 

Aku dan Ranz sama-sama tidak membawa sepeda ke Sidoarjo, jadi kami tidak ada agenda dolan kemana-mana. Tapi, sehari sebelumnya aku bilang ke Ranz pengen ke Tanggulangin, dan … ternyata Ranz beneran mengajakku kesana! Yippeee …

 

Jam delapan pagi, kami ke lantai 1, sarapan. (tuan rumah menyediakan satu kamar di lantai 2 untuk kami berdua). Kami sudah mandi. Jadi setelah sarapan, kami siap pergi. Semula Ranz mengajak naik taksi online. Namun, kemudian sepupu Ranz menawari kami untuk naik sepeda motor. Waaw … aku jelas langsung mauuu.

 


 

 

Akhir Desember 2017 saat aku ngikut keluarga besar Ranz ke Sidoarjo (sebelum aku dan Ranz bersepeda ke Probolinggo lanjut ke Gunung Bromo), mereka juga dolan ke Tanggulangin, aku jelas ikut. Waktu itu aku beli 2 tas, satu untukku sendiri, yang satu untuk Angie. Untukku aku memilih tas punggung yang mungil, untuk Angie tas cangklong. Ga lama kemudian, tasku sudah rusak, lol, tas punya Angie masih baik-baik saja. Hahahah …

 

Kenapa aku pengen ke Tanggulangin? Ya jelas beli tas lah. Entah sejak kapan aku tak lagi punya tas yang bisa kupakai untuk tampil centil. Hohoho … Tiap mau kondangan, aku pinjem tas milik Angie atau tas milik adikku. I am somewhat tomboy, tapi kadang aku juga pingin tampil centil. Wkwkwkwkwk …

 



 Perjalanan ke Tanggulangin lancar. Kami Cuma mampir di satu gerai, dan aku langsung dapat 1 tas yang kupilih untuk kubawa pulang. Dari sana, kami mampir ke satu warung makan yang menu andalannya adalah rujak cingur. Setelah itu baru kami pulang. (Andai tidak ditunggu rujak cingurnya, aku bisa mengajak Ranz dolan-dolan dulu ya? Hahahaha …)

 



 Sorenya, kami meninggalkan Krian menuju Surabaya sekitar pukul lima sore. Ternyata Sidoarjo - Surabaya lumayan jauh juga ya? Kami butuh waktu lebih dari 1 jam menuju hotel tempat wedding party diselenggarakan, padahal ya kami lewat jalan tol. Kirain Sidoarjo - Surabaya tuh seperti Semarang - Demak, ternyata (kayaknya) lebih jauh. Hahahaha …

 

Pukul sepuluh malam, kami meninggalkan venue, kembali ke Krian - Sidoarjo.

 

Minggu - 31 Juli 2022

 

Honestly, I expected we would leave Sidoarjo, back to Solo no later than 1 pm today. Agar malamnya aku bisa langsung balik ke Semarang. I promised Angie to be back to Semarang on Sunday evening je.

 

Aku diberitahu Ranz pagi itu kami akan ke Tanggulangin lagi. Katanya sepupunya ada yang pengen kesana, setelah melihat tas yang kubeli sehari sebelumnya. Tapi kemudian Deven -- keponakan Ranz -- bilang mau diajak berenang. Waduh.

 

Sekitar pukul 10.00 kami menuju Tanggulangin. Sepupu Ranz yang katanya pengen lihat-lihat tas malah ga jadi ikut. Agenda kami justru mengantar anak-anak yang ingin berenang. Ya wis lah. Pablebuat?

 

 

Sesampai di kolam renang -- menjelang pukul 11.00 -- aku ditawari apakah akan berenang. Jelas aku menolaknya, meski air biru di kolam renang nampak melambaikan tangan ke aku untuk kujamah, lol, pablebuat? Jam segitu je, kulitku pasti langsung berubah menjadi gelap dengan cepat, lol.

 

Jam 14.00 kami masih berada di Sidoarjo, ngantri beli bebek Sinjay. Bisa dibayangkan pasti pulang ke Solo malam kan ya.

 

Sekitar pukul 18.00 kami mulai meninggalkan Krian, otw ke Solo. Kami sampai di Laweyan sekitar pukul 21.00.

 

Senin pagi 1 Agustus 2022 aku pulang ke Semarang, naik travel pukul 07.00. resiko dicueki Angie harus ku terima. Hahahah … but it didn't take long kok. She cannot be angry with me for long.

 

PT 56 12.52 15/08/2022