Search

Thursday, November 24, 2022

UNSEEN CREATURES 2

 

this is not my dwelling place, just a random house

Merunut ke tulisan saya sebelum ini "unseen creatures", saya termasuk orang yang percaya bahwa di tiap tempat tinggal -- bahkan juga di gedung-gedung perkantoran, not to mention gedung-gedung sekolah -- ada yang 'menunggu'. Asal 'mereka' tidak mengganggu, saya kira kita tidak perlu merasa keberatan. Biarlah kita dan 'mereka' hidup berdampingan, di dimensi yang berbeda, tanpa perlu saling kepo satu sama lain, lol.

 

Ketika kami sekeluarga -- ayah, ibu, kakak, saya dan adik -- pindah ke rumah yang kami tinggali di kawasan Pusponjolo di tahun 1981, beberapa tetangga suka menggoda saya (yang masih inosen dan super imut, lol) dengan mengatakan bahwa di rumah kami ada 'penunggunya'. Mungkin rumah ini sempat 'vacant' sekian lama sebelum berjodoh dengan keluarga kami. Ya maklum saja jika rumah kosong disukai oleh makhluk astral. Waktu digodain tetangga seperti itu, jawaban saya, khas anak-anak lulusan madrasah ibtidaiyah, lol, "rumah kami dipakai untuk shalat dan membaca alquran, tentu 'mereka' kepanasan, hingga tidak kerasan, dan akhirnya pergi."

 

"Ya kalau mereka pergi? Kalau mereka malah naksir kamu bagaimana?" tanya seseorang lagi, kian usil, lol.

 

Namun, sejak kami pindah hingga saya tumbuh dewasa, saya tidak pernah melihat hal-hal (atau 'makhluk') yang aneh-aneh. Ayah saya meninggal di tahun 1989, seingat saya tidak ada hal-hal 'luar biasa' yang terjadi di rumah.

 

Ibu meninggal di tahun 2018. waktu Ranz datang takziah, (bersama kawan-kawan sepedaan lain) dia bilang, "I see your mom sitting in the living room," tempat dimana jenazah beliau kami baringkan. Keesokan hari, setelah jenazah ibu dimakamkan, kawan-kawan masih menemani saya. Ranz mengatakan hal yang sama, dia masih melihat sosok ibu saya duduk di ruang tamu, memandang keluar, dimana masih banyak tamu yang berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa.

 

Tahun 2021 adik ragil saya bilang dia mulai merasa terganggu dengan suara-suara yang mencurigakan di malam hari. Kadang tirai bergerak sendiri padahal tidak ada angin. Saya yang percaya bahwa memang sebenarnya di rumah saya ada penunggunya -- namun sekian puluh tahun kami tinggal, mereka tidak pernah mengganggu -- tetap tidak merasa terganggu. Akan tetapi, adik saya merasa ketakutan. Kebetulan dia punya kenalan 'orang pintar' yang katanya bisa mengusir makhluk tak kasat mata itu.

 

Okay. Akhirnya 'pengusiran' itu terlaksana di satu hari, di tahun 2021 itu.

 

Sekitar 2 minggu kemudian, si orang pintar bilang ke adik saya bahwa dia melihat saya diikuti oleh roh nenek moyang, yang terus menempel ke saya. Dia bertanya apakah saya ingin agar saya terbebas dari roh nenek moyang itu.

 

Saya gusar tentu saja. So far, saya merasa hidup saya baik-baik saja. Kalau pun memang ada roh nenek moyang yang menempel ke saya, saya juga tidak merasa terganggu. Karena gusar, saya pun meminta Ranz datang ke Semarang. (Ingat, tahun 2021 itu covid varian delta masih merajalela dengan ganas.)

 

Waktu saya bercerita kepada Ranz, ternyata begini komentarnya, "Kamu tuh ya ga pernah percaya pada apa yang aku katakan, kalau orang lain yang bilang baru percaya," lol.

 

Lanjutnya lagi, "Sudah beberapa kali aku bilang ke kamu sejak pertama kali aku melihatmu aku sudah melihat kamu dilingkupi satu aura yang tidak bisa kugambarkan what it is like padamu. Jika orang pintar itu bilang aura yang melingkupimu dan menempei padamu itu roh nenek moyangmu, ya mungkin saja. Dan jika selama ini roh nenek moyangmu itu menempel padamu toh dia tidak melakukan kerusakan padamu? Bahkan kamu pun tidak tahu siapa tahu 'aura' itu justru telah menyelamatkanmu dari hal-hal yang seharusnya mungkin telah terjadi?"

 

Well, that makes sense. Masih ada beberapa hal lagi yang dikatakan oleh Ranz tentang hal ini. Tapi, ga usah lah saya tulis disini. :)

 

Life is indeed mysterious. Dan kemisteriusannya justru membuat hidup kian berwarna. Bukankah begitu?

 

PT56 11.08 24/11/2022

 

Wednesday, November 23, 2022

UNSEEN CREATURES

 

Melani, aku, Merry reunian hari Sabtu 19 November di kafe Serambi

"unseen creatures"

 

Saat makan siang bareng Mel dan Mer hari Sabtu lalu, kami pun membahas tentang satu hal ini: kemampuan melihat hal-hal yang 'tak terlihat' oleh mata orang awam.

 

Mel bercerita tentang seorang keponakannya yang memiliki kemampuan 'melihat'. Si keponakan ini, perempuan, (lupa umurnya berapa sekarang) selalu membiarkan kamarnya berantakan. Nasihat dari keluarga agar kamarnya dirapikan, mental melulu. :) satu kali, saat Mel datang berkunjung, si keponakan sedang tidak ada di rumah, jiwa 'kebersihan dan kerapihan'nya muncul, lol, dia pun merapikan kamar si bocah.

 

Saat si keponakan pulang, masuk kamar, dia berteriak kaget, sambil ngomel-ngomel. Usut punya usut, ternyata satu alasan kuat mengapa dia membiarkan kamarnya berantakan adalah jika ada 'space' yang bersih/tidak ada barang, maka makhluk kasat mata penunggu rumah akan menempatinya. Apparently, meski dia bisa 'melihat' dia tidak mau membina hubungan baik mungkin, sehingga dia ogah melihat makhluk itu.

 

Mer: "Mbak Na, do you believe in such a thing?"

 

Well, aku percaya bahwa di luar kehidupan kita ini, ada kehidupan lain di dimensi yang berbeda. Aku memang tidak bisa 'melihat', namun Ranz bisa melihat 'mereka'. Waktu kuliah S2 di Udinus, Semarang, dia ngekos, yang dia tinggali hanya saat weekend. (dia ambil program kuliah weekend.) Jika sudah lumayan lama dia tidak sempat ke Semarang (tentu setelah kuliah teori selesai), saat datang ke kos, satu hal yang dia katakan, "duh, harus 'berkenalan' lagi dengan makhluk yang menempati kamar kosku."

 

FYI, aku sering banget dulu itu ke kosnya, kadang menginap juga disana, namun, sama sekali aku tidak merasa apa-apa, juga tidak melihat apa-apa. (thank god, lol.)

 


 

Saat aku dan Ranz makan siang di RM 'Oen' yang gedungnya merupakan gedung kuno, dia memilih kursi yang akan membuatnya memandang ke luar/jalan, tidak mau yang menghadap ke dalam, karena tidak mau melihat 'mereka'. :) demikian juga ketika kami makan di tempat lain (biasanya café/resto yang terletak di Kota Lama), dia akan memilih tempat duduk yang dekat pintu masuk/keluar.

 

Tapi, saat kami plus kawan-kawan dolan ke Goa Londa, Tana Toraja, dimana di dalamnya banyak berserakan tulang belulang manusia yang dikuburkan disana, dia baik-baik saja. Alasannya: goa itu telah menjadi destinasi wisata selama sekian lama, jadi 'mungkin' para penunggunya sudah biasa melihat banyak turis yang datang, jadi 'mereka' tidak mengganggu.

 

Dan masih banyak kisah lain lagi sih.

 

PT56 11.07 23/11/2022

 

Wednesday, November 16, 2022

Great Love

 

Cuplikan kisah dari episode "Anchors Away" Sex and the City, episode 1 season 5.

 

Charlotte yang baru saja berpisah dengan suami pertamanya, Trey, kembali gundah memikirkan statusnya. Ketika membaca sebuah majalah dan menemukan pernyataan "people only have two great loves in their life" dia langsung menghubungkannya dengan posisinya. Dia berharap dia masih memiliki kemungkinan untuk menemukan Mr. Right yang kedua.

 

Carrie yang juga dalam status single, terperangah kaget mendengar celoteh Charlotte itu, "Only two? For me, Big and Aidan? Then I am DONE." lol. Sementara Samantha yang merasa tertipu oleh Richard, lelaki yang mengaku jatuh cinta dan bertekuk lutut padanya namun ternyata tega 'eat another woman's pussy' bilang, "I am done with great love. I am back to great f*ck!" lol.

 

****************

 

Sebagai seorang penggemar serial Sex and the City, saya baru ngeh bahwa ternyata serial itu bukan melulu bercerita tentang empat sahabat dan hubungan mereka dengan laki-laki, namun lebih ke bagaimana seseorang -- mungkin lebih tepat lagi perempuan -- yang hidup di kota metropolitan New York mencari cinta (sejati)nya. Hal ini baru saya ketahui ketika membaca penjelasan mengapa karakter Big alias John Preston -- yang di film layar lebar SATC jilid 2 akhirnya menikah dengan Carrie sang tokoh utama, setelah berpacaran on/off selama 10 tahun -- dimatikan, di episode 1 sequelnya, "And Just Like That." John harus mati sehingga 'roh' serial ini terus berjalan: Carrie Bradshaw mencari cinta. Hanya, jika di SATC kisahnya lebih ke 4 perempuan lajang berusia 30an mencari cinta, di ATJL, kisahnya tentang perempuan berusia 50an mencari cinta.

 

Merunut ke tulisan mbak RRM di facebook tentang 'asmara di usia senja', memang jatuh cinta itu tidak melulu milik yang muda-muda saja. Yang sudah berusia dewasa -- let's say di atas 40an -- hingga mungkin usia 'senja' (saat ini, aku membacanya sebagai usia di atas 65an). Masing-masing akan memiliki kisah dan lika-liku yang tentu menarik jika diceritakan. Eh, bahkan jatuh cinta tidak melulu terjadi pada mereka yang single loh; yang sedang terikat perkawinan pun bisa saja jatuh cinta, dengan berbagai excuse yang mereka punya.

 

Carrie and Louis

 

Di akhir episode "Anchors Away" Carrie bertanya kepada Louis from Louisiana (a sailor yang kapalnya sedang merapat di NY bersama rombongannya dan session ini dikenal sebagai 'Fleet Week', dimana para sailors ini mengadakan dancing party dan mengundang single girls in NY): "How many great loves do you think people may have?"

 

Louis, "One, if you are lucky."

 

Mengacu ke pernyataan Charlotte bahwa great love adalah "love that changes you, that shakes you to your core, after which you are never the same"; saya berpikir bukankah setiap kita jatuh cinta, kita tak lagi orang yang sama? Jatuh cinta, membina hubungan, entah berjalan dengan baik selamanya (till death do us apart) atau yang (terpaksa) putus karena sesuatu hal, kita tak lagi orang yang sama? Karena pengalaman apa pun akan membuat kita semakin 'kaya' dimana kita akan bisa mengambil pelajaran.

 

Do we?

 

PT56 13.52 16.11.2022

 

Tuesday, November 15, 2022

Happiness

 the following writings were copied from my old blog.

 

 https://i.etsystatic.com/10127509/r/il/4ca69b/1474731091/il_fullxfull.1474731091_ornc.jpg

Happiness ...

 

I just read an article by Rima Fauzì I downloaded from www.superkoran.info it's about which is the most important to gain happiness:

 

* love

* sex

* money

 

People have their own choice, that's for sure. However if the background is in Indonesia--not to mention in my hometown, Semarang--people would not likely pick up 'sex' as the most important priority. However if Samantha Jones from Sex and the City made a pick, you all can guess, she would absolutely pick 'sex' without any reservation. ;-)

 

Do you think which comes first, love or sex? Will you fall in love with someone who successfully give you heavenly cums? Or do you believe on the way around, love will make your sex incredible?

 

Love and money, which comes first? Will you easily fall for someone who showers you with expensive gifts? Or will you just make use of someone rich who is head over heels in love with you, so you will just enjoy his/her money without bothering yourself whether you love him/her or not.

 

Money and sex, which will you pick?

 

I cannot decide yet. I don't think it matters though, at least at this moment. :-D

 

PT56 21.29 041008

 

Happiness 2

 

I remember in one episode of Sex and the City where Carrie mentioned three things New Yorkers want to achieve, to be considered happy. They are:

 

# an established job

# a dwelling place

# a plus one (can be a spouse, a boyfriend\girlfriend, or a kid)

 

Let's compare it to what Ayu Utami wrote in Si Parasit Lajang. Indonesian people also have three criteria:

 

# an established job

# being married

# having kids

 

When someone doesn't have one of those three things, he or she will feel not complete, or even worse, will feel miserable.

 

Why should we need other people's recognition, or using others' parameter only to say whether we are happy or not.

 

I'd rather use my own parameter :-D Other people have nothing to do with it.

 

PT56 21.51 041008

 

What is happiness?

 


 HOW DO YOU DEFINE 'HAPPINESS'

 

"I am not searching happiness, dear Nana. I feel contented in this life. That is enough for me."

 

Seorang kawan facebook -- yang kebetulan seorang kawan satu sekolah ketika SMA -- mengatakan hal ini kepada saya, sekitar tahun 2010, pertama kali kami terhubung di facebook, satu media sosial yang konon menjadi jembatan terselenggaranya banyak reunian. Kebetulan memang kawan-kawan satu SMA -- yang saat itu terhubung via facebook -- kemudian merencanakan mengadakan reuni perak, alias setelah 25 tahun kami lulus SMA di tahun 1986.

 

Aan -- nickname kawan saya ini -- tinggal di USA (entah bagaimana kisah hidupnya hingga dia terdampar tinggal di negara Paman Sam), menikah (suaminya orang Indonesia), punya 2 anak. Dia menolak menggunakan diksi 'bahagia' untuk menggambarkan kehidupannya barangkali karena dia ingin 'merendahkan' diri? Atau justru untuk membatasi makna 'bahagia'? Atau memang sebegitu sulit menggapai kondisi bahagia? Bahkan bagi orang yang menikah (alias punya pasangan), punya anak, dan punya established job: 3 hal yang menjadi patokan orang Indonesia untuk merasa bahagia. Bagaimana dengan saya yang hanya memiliki 1 dari 3 hal tersebut ya. Jauh dong ya.

 

(You may check this link to find what I wrote: the comparison between what people covet to be considered happy in America and in Indonesia.)

 

Dan seseorang bilang kepada saya -- sekian bulan lalu, di tahun 2022 ini -- bahwa tidak ada pernikahan yang bahagia. Dan seperti Aan, seseorang ini menikah, punya established job, dan seorang anak. Komentar saya waktu itu, "Are you such a pessimist to see this life?"

 

What is happiness, anyway?

 

PT56 14.22 15 November 2022

HOW SEXY IS YOUR HOMETOWN?

 


In an episode titled "Anchors Away", Carrie Bradshaw mentioned that New York is a very good 'date' for single people. There are lots of theaters, parks, museums, night clubs, movies, not to mention restaurants. And if you are lucky, perhaps you will find a great love when you are dating your hometown. :D

 

Well, perhaps because Carrie is not an introvert person; she does not belong to a homebody type either.

 

 


 

As an introvert person, I cannot imagine I am dating Semarang, my hometown, lol. Semarang, the capital city of Central Java, is not a big city; though it is not a small one either. I sometimes spend time to visit museums, but I don't do it alone. I do it with Angie, my daughter, or with Ranz, my biking mate. Once in a blue moon I watch plays in Taman Budaya Raden Saleh (before pandemic) because my (biking) friend played as one actor. :D watching movies is not my cup of tea to spend spare time.

 

I sometimes go to cafes, sometimes alone, sometimes with Angie when we want to eat out; or with Ranz when she is in town.

 


 

Despite the fact that when I was a teenager, I didn't really enjoy staying at home during weekend or holiday, (I used to like visiting friend's homes or hanging out with them somewhere) recently I stay home most of the time. As a part time teacher, I go to my workplace only when teaching. I do the preparation at home. After finishing doing my household chores, I will sit in front of my laptop, behind my bedroom's window (acting like Carrie does at SATC, lol) and start doing anything what I wanna do.

 

Nevertheless, I think Carrie's idea is not a bad one.  Perhaps I need to go out more often, alone. I need to date my hometown, lol.

 

PT56 10.31 15.11.2022