Search

Friday, December 21, 2012

Insiden 18 Desember 2012



Selasa pagi itu seperti biasa aku terbangun setelah alarm berbunyi pukul 04.30; meski aku tak bisa mengatakan bahwa malam itu aku tidur nyenyak hingga baru terbangun setelah alarm berbunyi. Berulang kali aku terbangun, tanpa tahu penyebabnya, dan tak bisa langsung tertidur kembali. Sehingga ketika alarm berbunyi pukul 04.30, mataku langsung melek lebar.

Keluar dari tempat tidur, aku langsung ke dapur, memulai kegiatan pagi sebelum melakukan kegiatan setiap hari. Aku menyalakan kompor sisi kiri dari kompor merk ri***i untuk memanasi ayam yang diungkep, kemudian ketika akan menyalakan kompor sisi kiri kanan dari kompor merk ki***n, kompor tidak menyala. Sama sekali tidak kudengar aliran gas dari tabung menjalar di selang menuju kompor. Bisa kupastikan bahwa kenop on/off di tabung dimatikan adikku semalam sebelumnya karena sesuatu hal. Maka kunyalakan kenop di tabung itu, kompor kunyalakan, langsung menyala. Dari tabung keluar suara sssssss dan bau khas tabung yang biasa keluar ketika gas di tabung hampir habis.

Sekitar sebulan yang lalu, peristiwa tabung mengeluarkan sssssss dan bau khas seperti ini juga terjadi. Adik bungsuku mematikan kenop, dan aku menyalakan kenop keesokan harinya untuk memakai kompor. Semua berjalan seperti biasa, sampai gas di tabung habis sehingga kompor tak lagi menyala. Saat beli gas tiba. Begitu saja. Peristiwa biasa di rumah tangga.

Berharap peristiwa yang sama seperti sebulan yang lalu bakal terjadi (everything ran well), aku tidak berpikiran apa-apa Selasa 18 Desember 2012 pagi itu. Namun aku tetap waspada. Kurang lebih 5 menit kemudian, aku sedang mencuci beberapa peralatan dapur di 'sink', berjarak kurang lebih 1,25 meter dari tabung, tiba-tiba tabung menyala! Api menyala di tabung dengan ganas! Melihat nyala api yang begitu besar di tabung, aku sadar aku tidak bisa menangani insiden ini sendirian, maka aku langsung berteriak, "Tolong ... tolong ..." Suami adik bungsuku -- mas Ari -- yang sedang di teras rumah, langsung berlari ke belakang, ke dapur untuk melihat apa yang terjadi.

Begitu melihat tabung terbakar, dia langsung mengambil air seember dari kamar mandi untuk diguyurkan ke tabung, aku juga melakukan hal yang sama. Namun bukannya api mengecil, dia malah semakin membara! Angie datang, ikut mengambil air dari kamar mandi untuk diguyurkan ke tabung. Melihat api yang tidak keder dengan air, Angie berinisiatif mengambil handukku -- yang kebetulan memang besar dan tebal -- membasahinya dengan air di kamar mandi, dan memohon ke mas Ari, "Sudah, tidak usah diguyur dengan air lagi, api tidak mau mengecil. Tabung dikerudungi dengan handuk ini saja!"

Mas Ari langsung melempar handuk ke atas tabung. Untung dia melemparnya pas, sehingga hampir seluruh tabung terselubungi handuk, meski di sisi kiri kanan yang tidak terselubungi apir masih saja menyambar-nyambar, juga di bagian bawah. Namun harus diakui, inilah langkah yang paling tepat untuk melokalisir api.

Aku yang merasa sangat bersalah -- karena aku lah yang menyalakan kenop tabung yang telah mengeluarkan bau dan bunyi ssssss sehari sebelumnya -- mengambil handuk lain lagi -- kali ini milik Angie yang lumayan lebar namun tidak setebal handukku -- untuk kukerudungkan di atas handukku, sambil meraba-raba tabung untuk mencari letak kenop on/ff untuk kumatikan. Mungkin karena aku panik, aku tak menemukan kenop itu. Setelah sekian menit mencoba mencari kenop tak juga ketemu, aku menyerah. Aku tutupkan handuk milik Angie di atas handukku, aku masih sempat menarik tabung itu untuk menjauh dari tabung yang satunya lagi, dan memadamkan kenop kompor ki***n.

Mas Ari yang panik melihatku masih di dalam, berteriak-teriak menyuruhku keluar. Teriakan 'tolong ... tolong'nya keras sehingga tetangga-tetangga pun berdatangan. Ada tetangga yang memukul-mukul tiang listrik, untuk memberitahu seluruh warga sekitar bahwa ada bahaya. Ada yang menelpon pemadam kebakaran untuk segera datang. Ada yang mendorong mobil keluar dari garasi, juga empat buah sepeda dan tiga buah sepeda motor.

Sementara itu aku yang tiba-tiba merasa lapar sempat mengambil segenggam kacang bawang untuk kumakan. :-D

Ketika aku keluar, aku dapati tetangga-tetangga sudah ramai berdiri di depan rumah. My mom yang sejak tangannya patah karena terpeleset jatuh beberapa minggu lalu, sudah diselamatkan di rumah tetangga, di atas kursi rodanya. Keponakanku yang berumur satu setengah tahun anteng digendong tetangga, sementara adik bungsuku, Riska, nyokap si bayi, tergeletak (hampir) pingsan.

Aku berpikir dari pada tidak ngapa-ngapain -- usaha memadamkan api gagal -- aku memilih mulai menyelamatkan dokumen-dokumen penting dan baju-baju, dibantu Angie. Lila, adikku juga kulihat melakukan hal yang sama. Beberapa saat kemudian setelah pemadam kebakaran datang, aku baru tahu dari ceritanya kalau Lila dibantu seorang tetangga berusaha memadamkan api yang ternyata setelah kutinggal setelah kuselubungi dua buah handuk mulai mengecil sendiri. Mungkin karena gas di dalam tabung mulai habis. Waktu petugas pemadam kebakaran datang, api sudah kecil. Salah satu dari mereka yang mencabut selang dari tabung, kemudian memberitahu bahwa api sudah padam.

Thank god.

Rasa lega pun melingkupi hati kami, tentu juga para tetangga sehingga api tidak menyambar kemana-mana. Aku menggendong keponakanku sementara Angie membawa barang-barang yang tadi kukeluarkan dari rumah kembali ke rumah, Riska, sudah siuman dan bisa berjalan kembali ke rumah. Lila mendorong kursi roda my mom ke rumah.

Waktu memangku si kecil itulah, aku merasakan kedua kakiku (dari pertengahan betis ke bawah) panas dan perih. Api memang tidak menjilat tubuhku, namun intensitas panasnya yang tinggi tentu mengenai kakiku. (Ini terjadi ketika aku berdiri sangat dekat dengan tabung berusaha mencari kenop on/off untuk mematikannya. Bagian atas tabung telah terselubungi handuk, namun api tetap menyambar keluar di bagian bawah sehingga kakiku yang langsung terkena intensitas panasnya, bukan bagian atas tubuhku.)

Aku menganggapnya biasa saja, hanya butuh waktu panas itu akan menurun sendiri, rasa perih akan hilang sendiri. But Angie didn't agree with me. Dia memaksaku untuk ke klinik dekat rumah. Sayang, klinik tutup.

Waktu aku masuk ke bagian belakang rumah dimana air dimana-mana (aliran dari selang air petugas pemadam kebakaran), kakiku yang terasa panas langsung terasa lebih enakan. Atas saran anak tetangga yang lulusan Akademi Farmasi, aku merendam kakiku di air setelah itu. Memang terasa lebih enak, namun kalau kaki kukeluarkan, maka dia akan terasa panas lagi. Angie tetap memaksaku ke rumah sakit. Finally, I gave in.

Dengan diantar Angie dan mas Ari, aku ke UGD RS TR. This is the very first experience in my life. Fiiiiuuuuhhhh ...Di dalam mobil, Angie menyediakan satu ember yang diisi air setengahnya sehingga aku masih bisa merendam kakiku. Keluar dari air, kakiku memang langsung terasa panas dan perih sekali. Sesampai di UGD,  aku langsung ditangani oleh empat orang perawat, seorang perawat mengukur tekanan darah, yang lain mencatat 'riwayat sakit', misal, apakah aku pernah sakit tertentu, apakah aku alergi obat tertentu, dll. Kemudian mereka membaluri kakiku dengan salep obat luka bakar, dan kemudian membalut kakiku dengan perban. Dokter datang, dan bertanya apa yang kurasakan, sambil meminta dua hari lagi datang untuk kontrol, untuk melepas perban. I felt better afterwards meski kakiku masih terasa perih dan panas. Oh ya, aku juga disuntik oleh seorang perawat. :)

Pulang dari RS, aku terserang kantuk yang amat sangat. Apa di suntikan itu ada obat tidurnya ya? :) Aku langsung masuk kamar tidur untuk berusaha mengistirahatkan tubuh dan mata, meski setiap kali aku memejamkan mata, yang terbayang adalah tabung yang tiba-tiba terbakar dengan api yang berkobar-kobar. Rasanya aku bakal parno nih untuk menyalakan kompor. How to avoid this paranoid? Ya tentu dengan masuk ke dapur, dan menyalakan kompor, dan melihat bahwa everything will be ok this time.

Thanks a million to my beloved Angie for your brilliant idea! (Dia baca dari mana ya untuk 'menjinakkan' api menggunakan handuk basah?)
Thanks a million to mas Ari.
Thanks a million to my caring neighbors!
I am terribly sorry for this accident. :'( (for this, my angelic Angie said, "It's ok Mama, kebetulan Mama aja yang menyalakan tabung itu, hal ini akan tetap terjadi pada siapa pun yang menyalakan tabung.)

PT28 18.48 191212

kompor nahas


tabung nahas
handuk penyelamat

Tuesday, October 23, 2012

Libur Akhir Pekan : Cavetubing Kalisuci dan Pantai Indrayanti


LIBUR AKHIR PEKAN : CAVETUBING KALISUCI dan DOLAN PANTAI INDRAYANTI

Jarang-jarang aku berlibur berdua saja dengan Angie akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan libur kita yang tidak bersamaan. Terakhir kita berlibur berdua kurang lebih satu tahun yang lalu, ke Jogja. Namun kita tidak kemana-mana. Kita berangkat hari Jumat; Sabtu Angie pergi dengan Ochie, sobatnya ketika SMA, sedangkan aku pergi dengan Ranz. Hari , Minggu-nya baru kita jalan bareng, ke beberapa toko buku. Kemudian pulang ke Semarang. 

Sejak bulan September kemarin aku dan Angie sudah merancang akan dolan ke Jogja untuk kemudian mencoba cavetubing di Goa Pindul. Kita akan berangkat pada hari Jumat 5 Oktober (sepulang aku bekerja). Hari Sabtu 6 Oktober kita akan bersama mencari lokasi Goa Pindul di Gunung Kidul, dengan naik motor (pinjaman). Hari Minggu 7 Oktober kita akan jalan-jalan ke Malioboro, kemudian pulang ke Semarang sorenya. 

Aku sudah googling cavetubing di Goa Pindul ini, terutama untuk arah dari Jogja ke Wonosari kemudian ke Goa Pindul. Merupakan suatu kebetulan ketika tiba-tiba group ‘Jogjaku’ di facebook menawarkan ‘one day adventour with Jogjaku’ yang berupa cavetubing di Kalisuci dan berkunjung ke Pantai Indrayanti – yang konon merupakan salah satu pantai terindah di deretan Pantai Selatan di daerah Gunung Kidul dengan biaya Rp. 150.000,00 per orang dengan rincian pp dari bunderan UGM naik bus AC, snack, makan siang, dan cavetubing di Kalisuci. (Masuk kawasan Pantai Indrayanti nampaknya gratis ya?) Akhirnya aku dan Angie memutuskan untuk gabung dengan ‘one day adventour with Jogjaku’ ini, instead of going to Gunung Kidul by ourselves. :)
 
Sabtu 6 Oktober 2012

Aku dan Angie berangkat dari Semarang sekitar pukul 08.00 naik bus Joglosemar. Ketika akan meninggalkan Semarang (di daerah Semarang atas) sampai Bawen perjalanan agar tersendat karena padatnya jalan, kita sampai di pool Joglosemar di Jalan Magelang Jogja sekitar pukul 11.30. Sampai di pool Joglosemar Jogja aku berniat untuk beli tiket kembali ke Semarang hari Minggu yang pukul 21.00. Namun ternyata semua tiket telah habis terjual. Aku tidak berani ‘gambling’ membeli tiket keberangkatan yang jam 20.00 karena panitia ‘one day adventour with Jogjaku’ meminta para peserta yang dari luar kota untuk memesan tiket kepulangan yang di atas jam 21.00. Sempat bingung bagaimana kita akan pulang ke Semarang, akhirnya kuputuskan kita akan pulang hari Senin pagi, dengan naik bus apa aja yang kita temukan (LOL) di Jombor. Dengan resiko: aku bakal sampe sekolah terlambat. Apa boleh buat? :(
 
Dari pool Joglosemar, aku dan Angie naik bus mini yang menuju Condong Catur. Kita berhenti di perempatan  Mirota Kampus, di Jalan C Simanjuntak. Sebelum melanjutkan perjalanan ke jalan Malioboro, kita mampir makan siang dulu di ‘warung ijo’ tempat aku dulu kadang beli makan ketika aku masih kuliah dan tinggal di Jalan C. Simanjuntak no. 63. (Berada di kawasan UGM, aku selalu merasa bahwa aku masih lah seorang mahasiswa. J) Seusai makan, kita melanjutkan perjalanan dengan naik bus kota nomor 4.

Aku dan Angie turun di depan Malioboro mall. Aku menawari Angie apakah dia ingin jalan-jalan di Malioboro mall, namun Angie lebih memilih jalan di sepanjang trotoar kaki lima Malioboro, sambil menikmati aneka merchandise yang dijual disana; mulai dari kaos, baju batik, tas, sandal jepit, kalung, gelang, gantungan kunci, celana pendek, kacamata dll. 

suasana di jalan Malioboro

di Malioboro

Lumayan lama juga – berjam-jam – aku mengikuti Angie yang nampak sangat antusias mencari pernak-pernik gelang yang harganya jauh lebih miring dibanding di toko-toko Semarang. Aku sendiri membeli kaos bertuliskan ‘malioboro’ berwarna oranye, couple untukku dan Ranz. Untuk kembali ke daerah UGM – untuk kemudian ke rumah Detta yang terletak di Jalan Kaliurang km 8 – aku ingat dari Jalan Malioboro kita bisa berjalan ke arah Barat – aku tidak tahu nama jalannya – dimana ada bus jalur 5 yang lewat menuju UGM. Atau kita berjalan ke arah Timur – aku juga lupa nama jalannya LOL – dimana ada bus jalur 2 yang menuju UGM. (FYI bagi mereka yang tidak mengenal sistem transportasi umum di Jogja, hampir semua bus kota (bus KOPATA/ASPADA/PUSKOPKAR/DAMRI/KOBUTRI) menuju UGM, jadi lumayan mudah untuk menuju UGM dengan menggunakan angkot. Namun semenjak ada bus TRANS JOGJA, aku belum tahu apakah semua bus TRANS JOGJA juga menuju UGM?) 

suasana Jalan Bhayangkara, saat kita menunggu bus kota

salah satu 'vandalisme' di Jalan Bhayangkara

Ketika aku perlu ke ATM dimana aku dan Angie harus berjalan menuju arah Barat, maka aku minta Angie memilih apakah kita terus jalan ke arah Barat untuk kemudian balik ke UGM dengan menunggu bus jalur 5, atau Angie masih pengen jalan-jalan lagi di Malioboro. Angie sebenarnya bisa ‘membaca’ bahwa nyokapnya sudah capek. J Maka meski dia masih kepengen balik lagi ke Malioboro, dia oke-oke saja kita jalan terus ke Barat (kalo tidak salah nama jalannya Jalan Bhayangkara). Sesampai di Jalan Bhayangkara, kita menunggu lumayan lama namun tak ada penampakan bus jalur 5 yang zaman aku kuliah (tahun 2005 terutama) merupakan bus yang kutunggi di tiap hari Kamis pagi, sebelum jam 6, untuk menuju Jombor, karena aku harus balik ke Semarang untuk mengajar. Meski aku telah meyakinkan Angie bahwa meski bus jalur 5 jumlahnya tidak sebanyak bus jalur 2 (misalnya), namun ada, dan lewat jalan Bhayangkara, Angie mulai resah dan tidak yakin apakah ingatanku tentang bus jalur 5 ini masih bisa diandalkan. LOL. Atau mungkin telah terjadi perubahan rute bus kota di Jogja dan bus jalur 5 tak lagi lewat Jalan Bhayangkara. Tiba-tiba ada bus datang, bus TRANS. Tanpa pikir panjang, aku melambaikan tangan, lupa bahwa untuk naik bus TRANS, aku harus ke halte khusus, maka lambaian tanganku pun diabaikan. LOL. 

Walhasil, akhirnya aku dan Angie jalan balik ke arah Malioboro. Angie masih menyempatkan diri berburu gelang persahabatan, (owalah ternyataaaa ... ) baru kemudian kita berjalan ke arah Timur, menuju jalan Suryotomo, naik bus jalur 2 untuk menuju UGM. Kita turun di perempatan Jalan Kaliurang km 4,5 di pinggir Selokan Mataram, untuk kemudian naik colt yang menuju Kaliurang. Kita berdua sampai di rumah Detta kurang lebih menjelang maghrib. 

Ngobrol dengan Detta – sobat lama yang pernah mengajar di sebuah kursus Bahasa Inggris yang sama denganku pada tahun 1999 – 2003 – sampai sekitar pukul 22.00 (sementara Angie sudah molor duluan). 

Minggu 7 Oktober 2012

Aku dan Angie sampai di bunderan UGM – meeting point dengan kru ‘Jogjaku’ dan para partisipan ‘one day adventour with Jogjaku’ – tepat pada jam yang ditentukan, 06.30. setelah registrasi ulang, menunjukkan bukti transfer, menunggu peserta yang lain datang, kita dipersilakan naik bus sekitar pukul 07.10. Namun, bus meninggalkan bunderan UGM sekitar pukul 07.30. sampai di kawasan Kalisuci sekitar pukul 09.20. 

'rest area' yang disediakan di sebuah pom bensin di daerah Wonosari

Ketika masih di dalam bus, panitia telah mengumumkan bahwa partisipan ‘one day adventour with Jogjaku’ yang berjumlah 90 orang dibagi menjadi lima kelompok. Kebetulan aku dan Angie termasuk kelompok satu sehingga ketika sampai di Sekretariat cavetubing Kalisuci, aku dan Angie bisa langsung mempersiapkan diri untuk segera mengikuti cavetubing. Horreeee ... :) Di Sekretariat kita bisa menitipkan barang-barang yang kita bawa, misal baju ganti, alat mandi dan lain-lain.
Setelah berfoto-foto bersama partisipan kelompok satu yang lain – untuk dokumentasi – dan juga berdoa, kita mulai diajak oleh seorang guide menuju lokasi. Seperti yang kutulis di postingan sebelum ini, aku tidak berani membawa kamera digital (yang kupinjam dari Ranz) maupun hape karena ga mau menanggung terciprat air waktu cavetubing. ‘Trek’ menuju Kalisuci cukup menantang, serupa trek di dalam hutan (waktu trekking), jalanan terus menurun. Untunglah sejak awal panitia sudah ‘wanti-wanti’ untuk mengenakan sepatu kets atau pun sandal gunung agar tidak salah kostum karena trek yang bakal bikin repot jika seseorang mengenakan high heels, misalnya. LOL. 

Terbiasa bepergian bersama Ranz – yang merangkap sebagai fotografer pribadi LOL – kali ini aku harus gigit jari karena ga ada yang motret. Hihihihi ... Hanya mengandalkan fotografer yang disediakan oleh pihak panitia, wahhh ... ga cukup lahh. LOL. But it’s ok deh. Yang penting aku sudah pernah ngerasain cavetubing, yang sebenarnya terasa kurang menantang bagiku. Kalau rafting tentu lebih menantang ya? :)

menjelang 'terjun' ke sungai untuk 'naik' ban

salah satu sudut sebelum masuk ke dalam goa

Angie memotret dirinya sendiri :-D

aku pangling diriku sendiri, :-P

menjelang selesai, sudah lepas dari ban

tebing yang harus didaki untuk kembali ke peradaban :-D
 
Cavetubing di Kalisuci yang konon panjangnya kurang lebih 500 meter seharusnya lebih ‘fulfilling’ ketimbang cavetubing di Goa Pindul yang hanya 350 meter, namun aku tetap merasa itu sangatlah pendek. Hanya sebentar aku menikmati terapung-apung dalam ban (tube). Jika tidak ada arus, aku kesulitan menggerakkan ban untuk maju, paling Cuma muter-muter di tempat. LOL. Maka untuk ini, para ‘guide’ dibutuhkan untuk mendorong ban dan ‘penumpang’ di dalamnya.
Kelompok satu yang terdiri dari kurang lebih 20 orang segera mempersiapkan diri di halaman sebuah rumah yang digunakan sebagai Sekretariat. Kita mengenakan life vest (pelampung) dan helm. Pelampung diperlukan agar kita tetap mengambang di air, jika sampai kita terlepas dari ban (tube). Helm diperlukan jika dalam perjalanan mengarungi sungai kepala terantuk batu-batu yang ada di sisi kiri dan kanan. Bagi mereka yang tetap ingin membawa kamera dan hape ketika cavetubing, panitia menawarkan plastik bening untuk membungkusnya. 

Kita membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai di lokasi. Disana sudah ada dua orang yang menunggu untuk mendampingi kita cavetubing. Ban dilempar ke sungai satu-satu, kita pun naik ban itu satu per satu. Setelah semua naik ban, oleh guide, kita ditata untuk membentuk barisan. Aku berada di depan, yang lain berbaris di belakang; kaki dikaitkan ke ban yang ada di depannya. Setelah rapi, kita baru didorong untuk memulai ‘petualangan’. :)
 
Salah satu guide, selain berfungsi sebagai ‘pendorong’ ban, dia juga bercerita tentang apakah itu cavetubing, sedikit berkisah tentang Kalisuci yang ‘dinaungi’ oleh goa sehingga memungkinkan bagi orang untuk bercavetubing-ria. Cavetubing termasuk salah satu jenis wisata yang menantang adrenalin yang baru di Indonesia, Gunung Kidul khususnya. Konon di seluruh dunia, hanya ada tiga lokasi yang menawarkan cavetubing; selain Gunung Kidul, orang-orang bisa melakukannya di Mexico dan New Zealand. 

Tekstur atap goa di Kalisuci berbeda dengan tekstur atap goa Akbar di Tuban, yang kukunjungi bulan Agustus 2012 kemarin. Apakah mungkin karena ada air yang mengalir di bawah goa di Kalsuci? Pemerintah Tuban memang menyediakan kolam beserta ikan yang berenang-renang di bawah Goa Akbar Tuban, namun kolam ini adalah kolam buatan, tidak terjadi secara alami seperti yang ada di Kalisuci maupun di Goa Pindul Gunung Kidul. 

Secara pribadi, aku lebih memilih untuk berenang di bawah goa, lebih bebas bergerak, namun sayang aku harus mengikuti prosedur. Selain itu, dengan ‘leyeh-leyeh’ di atas (dalam) ban, aku bisa memandang atap goa. 

Setelah selesai cavetubing, kita ‘dikejutkan’ dengan trek untuk ‘kembali ke peradaban’: tebing yang curam! Kita harus melewatinya satu per satu. Oleh penduduk sekitar, seutas tali tambang disediakan untuk membantu kita melewati tebing nan curam ini. Bagi yang biasa panjat tebing, it is a piece of cake. Bagi mereka yang tidak terbiasa olahraga, waaawww ... Seingatku tak sebuah website pun yang promosi tentang cavetubing pernah menyebutkan sulitnya medan menuju lokasi cavetubing dan medan kembali ke Sekretariat. Cheating, eh? LOL. Tapi, keasyikan bercavetubing memang membayar itu semua. :)

sebagian life vest yang sudah dipakai, dijemur
 
Aku dan rombongan kelompok satu kembali ke Sekretariat sekitar dua jam berikutnya, 11.30. Di sana sudah tersedia hidangan a la Gunung Kidul, yakni ‘tiwul’ dan ‘gatot’, juga mie bakso dan teh panas. Aku dan Angie segera menikmati mie bakso yang masih panas, baru kemudian antri untuk membasuh badan. Mungkin karena cavetubing Kalisuci ini masih terhitung relatif baru, maka Sekretariat baru menyediakan satu buah kamar mandi dan dua toilet. Bisa dibayangkan antrinya bagaimana. 

Sembari menunggu kelompok lain yang sedang cavetubing, kita dipersilakan duduk-duduk di dalam Sekretariat, sekaligus menikmati tiwul dan gatot. 

Setelah semua kelompok usai, rombongan ‘one day adventour with Jogjaku’ meninggalkan lokasi sekitar pukul 14.30. Tujuan berikutnya adalah Pantai Indrayanti. 

Singkat kata, kita sampai di Pantai Indrayanti sekitar pukul 16.20. Pantai Indrayanti terletak di kawasan pantai Sundak Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul. Pantai berpasir putih ini terkenal dengan berbagai macam restoran dan penginapan untuk keluarga. Untuk aktifitas, pengunjung bisa mencoba jetski yang ditawarkan, atau berjalan menyusuri pantai dan memanjat tebing yang bertebaran. Untuk beristirahat, oleh pihak pengelola telah disediakan gazebo di segala penjuru. Pantai Indrayanti memang sangat siap untuk menjadi salah satu tujuan wisata para turis. 

Sayangnya waktu rombongan ‘oneday adventour with Jogjaku’ sampai di lokasi, pantai sedang penuh pengunjung, sehingga menurutku pribadi kurang nyaman untuk berjalan-jalan di sepanjang bibir pantai. Atau mungkin juga karena mood-ku dan Angie yang ‘hanya’ siap untuk bercavetubing sehingga kita tidak begitu antusias mengeksplor pantai. Apalagi kita sudah diminta untuk kembali ke bus pada jam 17.00. Maka aku dan Angie tidak jauh-jauh berjalan selain hanya mencari spot yang sedikit kosong untuk berfoto-fiti. 

Angie dan senja

ga kalah narsis sama Angie :-D

salah satu karang di Pantai Indrayanti

Aku sebenarnya orang yang suka sekali ke pantai. Aku senang duduk memandang laut lepas, biru langit dan air laut berjam-jam. Namun karena mood-ku sore itu tidak siap untuk menikmati pemandangan pantai, ya begitulah. Kita tidak lama-lama main pasir. Karena tidak membawa baju ganti (lagi), kita tidak main air. Menjelang pukul 17.00 kita sudah balik ke bus. 

Para partisipan lain – juga bersama kru Jogjaku – kembali ke bus setengah jam kemudian. Bus mulai meningalkan lokasi sekitar pukul 17.50. Dalam perjalanan balik ke Jogja kita diajak mampir ke pusat oleh-oleh yang berjualan makanan khas Gunung Kidul, seperti tiwul, gatot, juga ada belalang bakar/goreng. Sebagian dari kita membeli oleh-oleh untuk keluarga tercinta di rumah. 

Rombongan sampai di Bunderan UGM pukul 20.30. Aku dan Angie balik ke rumah Detta naik taksi dan menginap semalam lagi. Senin pagi kita ninggalin Jombor menuju Semarang sekitar pukul 05.15.

Next time aku ingin cavetubing di Goa Pindul, sekaligus mencoba menjelajah Goa Glatik (caving) dan river tubing di Sungai Oyo. Kapan yaaa? :)
GL7 09.47 181012

P.S.:
Foto-foto yang 'burem' diambil menggunakan kamera milik Angie. Check her post here yah? Foto-foto yang lain diambil menggunakan kamera prosumer milik Ranz. :)
Foto-foto yang lain bisa dilihat di postingan sebelum ini. :)

Thursday, October 11, 2012

Sebagian foto dari "One Day Adventure with Jogjaku" 7 Oktober 2012


grup 1 menjelang berangkat cavetubing

di tengah perjalanan cavetubing
trek kembali ke peradaban setelah cavetubing :-D
one of our unsung heroes during cavetubing :-D
sebagian rombongan peserta one day adventure with Jogjaku di pantai Indrayanti
Tanggal 7-8 Oktober 2012 kemarin aku dan Angie dolan ke Jogja dalam rangka D-O-L-A-N! hihihihi ... Selain itu juga karena kita berdua ingin mencoba cavetubing, kebetulan grup Jogjaku di FB mengadakan 'one day adventure with Jogjaku' dengan bercavetubing-ria dan dolan ke pantai Indrayanti pada tanggal 8 Oktober 2012. Kali ini, aku tidak membawa sepedaku serta. Pablebuat?

Beberapa foto kuculik dari grup Jogjaku, beberapa yang lain dijepret olehku maupun Angie dengan menggunakan kamera pinjaman milik Ranz. :) Saat cavetubing aku tidak berani membawa kameranya maupun hape, maka ya untuk foto-foto selama cavetubing, aku menculik dari FB. :-D 

Untuk 'laporan' secara detil -- plus aku sekalian curhat LOL -- menyusul yaaa? 

habis belanja di Malioboro :)

Malioboro

do you call this 'mural'?

graffiti?

dalam bus menjelang berangkat ke Gunung Kidul

Angie dalam bus menjelang berangkat ke Gunung Kidul

ruang tunggu di pombensin yang berhotspot dan ada tv nya di daerah Wonosari

menuju sekretariat cavetubing Kalisuci

sekretariat cavetubing Kalisuci

daerah sekeliling sekretariat

daerah sekeliling sekretariat

jalan setapak menuju Kalisuci


Pantai Indrayanti yang penuh pengunjung

Angie mejeng :)

senja di Pantai Indrayanti

narcist is my middle name :-D

Angie bermain pasir

Angie and her GG

senja di Pantai Indrayanti

Angie dan senja

no comment yak? :)

we both are in red :)

karang di Pantai Indrayanti
Angie sebelah kanan mengenakan celana pendek biru :)

bukit di lapangan parkir