Search

Tuesday, April 16, 2019

Pemilu 2019

Pemilu mulai terasa sangat exciting lima tahun lalu, 2014, tatkala Pak Jokowi dicalonkan oleh PDIP, meski dia baru sekitar setahun lebih menjadi gubernur DKI Jakarta. Dia yang kuyakini adalah orang baik yang berasal dari kalangan rakyat jelata adalah harapan besar bagi masa depan Indonesia, bahwa telah tiba saat pemerintahan Indonesia dipegang oleh orang yang tidak terhubung dengan masa lalu, baca ORBA. Aku sangat berharap bahwa jika Pak Jokowi memenangkan pilpres (5 tahun lalu), berarti akan ada harapan tumbuhnya rangkaian pemerintahan yang terlepas dari masa lalu.
suasana GBK di kampanye terakhir Pak Jokowi 13 April 2019
foto diambil dari sini

Itu sebab banyak hoax muncul untuk mencegah orang asli Solo ini untuk melaju ke posisi nomor satu Indonesia. Satu yang masih kuingat sekarang adalah terbitnya OBOR RAKYAT yang isinya penuh dengan hoax menjelek-jelekkan Pak Jokowi dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Aku kesal sekali pada OR ini waktu itu. Untunglah, hoax-hoax yang berkeliaran di tengah masyarakat tidak benar-benar berhasil menggerus kepercayaan mereka yang menginginkan pemerintahan yang bersih, Pak Jokowi menang, meski tipis.


Kupikir setelah itu, jalan mulus ke pemerintahan yang terlepas dari Orba akan terbentang luas di depan. In fact I was wrong. :( hoax-hoax jahat terus berkeliaran, orang-orang dari masa lalu ternyata terus berusaha untuk menumbangkan Pak Jokowi; jika mereka gagal menumbangkan Pak Jokowi di tengah pemerintahannya, mereka tidak ingin Pak Jokowi dipilih untuk yang kedua kalinya. Meski meyakini pilpres yang kedua ini lebih 'ringan' ketimbang yang pertama 5 tahun lalu, ternyata tetap saja tidak mudah bagi Pak Jokowi untuk melaju dengan mulus.

5 tahun lalu, awalnya aku tidak begitu tertarik untuk ikut-ikutan menulis status berbau politik di medsos. Aku akhirnya terusik untuk ikutan menunjukkan dukungan kepada Pak Jokowi karena seseorang di friendlist (yang di tahun 2010 dulu kita sempat akrab) mulai menulis status menujukkan dukungannya pada capres satunya. Aku pun masih ikutan menyebar hal-hal buruk tentang capres satunya itu, dan bukannya fokus ke Pak Jokowi. :D

Seseorang di friendlist itu sekarang sudah bukan kawanku lagi, entah aku yang meremove dia atau dia yang meremove aku. :D

Tahun ini, kupikir, seharusnya kans Pak Jokowi terpilih (lagi) jauh lebih besar ketimbang lima tahun lalu, karena sebagian besar masyarakat Indonesia sudah merasakan bahwa beliau benar-benar bekerja sesuai dengan nama kabinetnya KERJA KERJA KERJA. Namun, ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Orang-orang yang rejekinya terampas gegara Pak Jokowi memangkas pungli yang tak jelas, orang-orang dari pemerintahan masa lalu yang takut akan diseret KPK, orang-orang yang telah mengeluarkan dana banyak untuk berkuasa di negeri ini, dll bersatu padu untuk menjegal langkah pak Jokowi.

foto dicomot dari sini

5 tahun lalu, kawan-kawan facebook-ku masih merupakan gabungan pendukung dan anti Pak Jokowi. Mereka anti entah karena merasa rejekinya menjadi seret di masa pemerintahan Pak Jokowi, entah karena termakan hoax-hoax sampah, entah hanya gegara tidak suka pada Pak Jokowi tanpa alasan jelas. Jika mereka berkoar-koar tentang ketidaksukaan mereka pada pribadi Pak Jokowi (maupun pemerintahannya), mudahlah bagiku untuk meremove mereka, aku sudah mencapai usia dimana aku merasa enggan untuk membaca status-status yang menghabiskan energiku. Jika mereka diam saja, nah, sulit bagiku untuk mendeteksi. Namun, jika mereka diam saja, sebenarnya bukan masalah bagiku kan ya. :)

Pemilu tinggal satu hari lagi. Besok 17 April 2019 adalah ONE BIG DAY FOR INDONESIAN PEOPLE WHO LIVE IN INDONESIA.

Barusan aku membaca seseorang di friendlist yang ngeshare tulisan seseorang yang mengaku netral, yang katanya menulis untuk para  SWING VOTERS, namun jika dibaca dengan teliti dengan mudah terbaca tulisan ini menyerang capres 01, tahun ini nomor ini dipegang Pak Jokowi. In fact, this easily drained my energy and emotion. :( Rasanya ingin mengumpat TA*K. :(

Take a deep deep breath Nana.

LG 12.00 16April2019

Thursday, April 11, 2019

SERANGAN FAJAR


Yang dimaksud 'serangan fajar' ga selalu dilakukan di waktu fajar lho :D



Ini terjadi dua hari yang lalu, 09  April 2019, di rumah, sore hari. Seorang tetangga datang ke rumah sambil membawa 'bingkisan' untuk merayu agar orang-orang rumah mau memberikan suaranya pada seorang caleg yang tinggal di daerah kita tinggal. Ini ada 'perkembangan'. 5 tahun lalu tetangga yang sama datang HANYA membawa sebuah kalender bergambarkan partai politik yang dia usung, sambil mencoba merayu kita memilih parpol tersebut. Mungkin karena masih ingat dia saya tolak waktu mengkampanyekan parpol yang dia agung-agungkan, kali ini dia HANYA mengkampanyekan seorang caleg, berjenis kelamin perempuan, sama dengan dia dan anggota keluarga saya.


Kali ini yang menemuinya adik saya, bukan saya, karena kebetulan saya sedang berada di kantor. Waktu adik saya menolaknya, tetangga saya nampak tetap ingin meninggalkan bingkisan yang dia bawa, sembari bilang, "Siapa tahu nanti mbak akan berubah pikiran." :D Namun, adik saya tetap memaksanya untuk membawa kembali bingkisan tersebut.


Tak lama kemudian datang seorang tetangga lain. Waktu tahu tetangga yang membawa bingkisan ini datang ke rumah, dia nampak biasa saja, malah bilang, "Oh, ibu N*** ya, iya, saya juga kenal. Dia kadang mengisi pengajian ibu-ibu juga." waktu tahu adik saya menolak bingkisan itu, dia bertanya, "Loh, kok ditolak kenapa?" Adik saya menjawab, "Kalau pun saya akan memilih voting si ibu N*** itu, saya tetap menolak bingkisan tersebut. Itu dosa."


"Memangnya sudah punya pilihan lain to mbak?" tanyanya lagi.


Adik saya tidak mau menjawab.
(FYI, tahun lalu, waktu pilgub, tetangga ini datang ke rumah, setelah nyoblos, sambil bertanya apakah kita sudah punya pilihan, waktu tahu kita belum berangkat ke TPS. Setelah itu bilang, "Jangan lupa, pilih pak Sudirman Said ya." kekekekekeke …)


Tapi, mendadak, out of the blue, keponakan saya yang baru akan berusia 5 tahun bulan Juli nanti keluar dari dalam rumah sambil membawa bendera kecil bergambar Pak Jokowi. NAH LO. LOL. (dari mana dia tahu di teras sedang terjadi 'kampanya politik'? Wakakakaka …) (Note: bendera kecil ini saya dapatkan waktu menghadiri satu acara di Kota Lama, beberapa bulan lalu.) Tetangga saya nampak kaget melihat balita kita itu, dan kemudian berkata, "Oh … ternyata pendukung 01 to."


Sebenarnya adik saya tidak ingin melanjutkan 'obrolan', namun ternyata tetangga saya itu membuka 'front baru' dengan mengatakan, "Apa ga cape to mbak sudah dibohongi selama 4,5 tahun ini?" :D

Adik saya, "bla bla bla bla bla …"

Tetangga, "tapi pak Jokowi itu keturunan PKI lho mbak."

Adik saya, "bla bla bla bla bla …"

Ga lama kemudian, suami tetangga ya itu nyusul, ikutan nyemplung di 'obrolan' tersebut. Namun, ternyata dia gerah, ga tahan lama-lama mendengarkan adik saya yang berusaha 'meluruskan' hal-hal yang dibengkokkan tetangga saya itu, dan kemudian kembali ke rumahnya, meninggalkan istrinya. Lol. Well, tetangga saya itu pasti tidak tahu yang dia dengar itu hoax, sementara yang dikatakan adik saya (misal, capres 02 menggebrak podium, dan berkata kasar) malah dia bilang, 'hoax itu mbak!" lol.


Kisah lanjutannya, dikira-kira sendiri saya ya gaes. Lol.

IB 11.23 11-April-2019