Search

Wednesday, December 21, 2022

Sang Bucin yang Selingkuh

 


Ini kisah seorang kawan saya, bukan saya ya gaes. Ini mengacu ke tulisan yang saya beri judul "sinetron".

 

Kawan saya, panggil saja D, bercerita dia dan suaminya (panggil saja L) berpacaran cukup lama, sekitar 10 tahun. D kuliah di Jogja, pacarnya (yang kemudian menjadi suaminya) kuliah di Bandung. D, yang mengaku tipe perempuan yang tidak bisa punya pacar yang tinggal jauh, pernah bilang ke L untuk putus saja. Toh kalau berjodoh, mereka akan bersatu kembali. L tidak setuju untuk putus. Bahkan ketika D bilang, "aku ga bisa ga punya pacar," L bilang, "kamu boleh punya pacar lain, just for fun, di kota dimana kamu tinggal. Asal kamu menjaga komitmen kita untuk nanti bersatu."

 

Sepuluh tahun kemudian, D dan L menikah. Lima tahun pertama mereka hidup hanya berdua karena D tak juga kunjung hamil. Namun mereka tetap romantis. D yang bukan tipe orang 'morning riser' sering kali saat bangun pukul tujuh pagi sudah mendapati rumah yang bersih dan di meja makan ada makanan untuk sarapan. Sang suami yang kadang harus berangkat ke rumah sakit pukul enam pagi biasa bangun pagi-pagi sekali, membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk istri tercinta.

 

Setelah bangun pagi dan sarapan -- yang dimasak sang suami -- D melakukan household chores yang lain, termasuk menyiapkan makan malam. Jam kerja D -- dari jam 5 sore hingga jam 9 malam -- membuat D tidak bisa menemani sang suami makan malam bersama.

 

"Lah, punya suami dokter yang notabene penghasilannya mencukupi, buat apa D bekerja?" ya, L paham bahwa sang istri pun butuh mengktualisasi diri: bekerja sesuai passion dan skill-nya. Dan tentu saja axioma "duit istri ya milik istri saja, sedangkan duit suami juga menjadi milik istri" berlaku di pasangan D dan L ini.

 

Lima tahun kemudian D hamil dan punya anak pertama. D merasa hidupnya penuh berkah: memiliki suami yang cinta, penuh perhatian, dan akhirnya dia dan suaminya dikaruniai seorang anak laki-laki. Tiga tahun kemudian, anak kedua mereka, perempuan, kian melengkapi kehidupan keluarga kecil ini.

 

Tak lama setelah anak kedua lahir, L pun menyelesaikan studi sub spesialisnya. Dengan diperolehnya gelar sub spesialis ini, keuangan keluarga pun meningkat pesat. D pun kian sibuk merawat kedua buah hatinya, hingga tak perlu lagi bekerja. Semua kebutuhan keuangan jelas menjadi tanggung jawab sang suami.

 

Sang suami kian sibuk di pekerjaannya; demi karirnya kadang dia harus ikut international conference di negara manca, selain juga di kota-kota metropolitan dalam negeri. Nah, di saat inilah, konon L mulai tergoda tantangan kawan-kawannya: 'jajan'; menjajal PSK (yang konon) nomor satu di kota X. Sekali berhasil, dia pun mengulang lagi. Demikian terus menerus, hingga D pun tahu.

 

Di tulisan "sinetron" ada yang menulis komen, "sebaiknya jangan 'jajan', poligami saja lebih baik." D dan L memeluk agama yang tidak membolehkan poligami. Jadi, jelas L tidak poligami. Dan, di banyak kasus, biasanya, jika "hanya jajan" (dengan tanda petik), ini tidak akan berlangsung lama, mungkin hanya fisik yang terlibat disini, tanpa ada emosi dan hati yang ikut bermain. Poligami lain kali. Poligami adalah kisah ketidaksetiaan seorang laki-laki seumur hidupnya, dengan 'memanfaatkan' ayat-ayat di kitab suci untuk menyembunyikan ketidakmampuannya menjaga libido.

 

Di tulisan yang sama ada yang menulis komen, "yang penting kan suaminya pulang". Mungkin ada benarnya, tapi ini tidak berarti D akan pasrah saja. ada betulnya yang penting suaminya pulang, tapi dengan ketidaksetiaannya di luar rumah, D pun mematok peraturan: "kamu jangan pernah menyentuhku lagi! Aku ga mau ketularan jika kamu terkena penyakit!" D menggunakan surat nikahnya untuk terus menerus merasa berhak menerima uang untuk kebutuhan sehari-hari anak-anaknya, sekaligus dirinya sendiri.

 

"Anak-anakku sudah terbiasa hidup 'enak' mbak, aku ga mungkin memilih pisah dari suamiku jika itu berarti anak-anak akan hidup tanpa 'gelimang' uang. Aku memilih jalan ini (terus hidup dalam pernikahan yang tidak jelas) demi anak-anak, meski banyak orang yang mencibir, "ah dia mah cinta duitnya suaminya, ga mau hidup susah!" tapi apa mereka tahu apa yang sebenarnya aku rasakan?" kata D satu kali, saat curhat kepada saya. "Toh aku punya surat nikah yang bisa terus aku pakai untuk senjata," lanjutnya.

 

Demikianlah hidup ini. Selalu wang sinawang.

 

Ditulis dengan seizin yang mengalami sendiri.

 

PT56 11.33 21/12/22

 

"Sinetron"

 Satu tulisan yang aku unggah di facebook empat tahun lalu.

foto cuma nunut narsis 😜

Seberapa persen kah kemungkinan seorang laki2 yang (konon) memuja istrinya sedemikian rupa "jajan"?

 

Ini curhat seorang kawan perempuan, yang turut mematahhatikanku karena "image" lelaki setia yang memuja istrinya luluh lantak tak berkeping.

 

Tentu banyak kisah lelaki yang mendua, bahkan mungkin meniga dst. Namun kisah "sinetron" dalam drama kehidupan seorang kawan baik kita tak pelak akan seperti menampar kita juga. Apalagi jika kita sempat berpikir bahwa sang lelaki adalah gambaran suami sempurna, pintar cari uang, ringan tangan membantu pekerjaan rumah tangga, dari mulai bebersih rumah hingga memasak. Ini ketika sang suami sedang mulai meniti karir dari bawah.

 

Setelah sukses punya rumah megah, tidak hanya di satu kota, punya mobil lebih dari satu, uang yang tentunya lebih dari hanya 8 digit, asisten rumah tangga di rumah pun membantu sang istri mengerjakan pekerjaan rumah hingga sang suami tak perlu melakukannya lagi hingga sang istri konsentrasi penuh mengurusi buah hati yang kian beranjak remaja.

 

Benarkah jika uang berlebihan maka ada semacam konsensus antar sesama laki2 untuk membelanjakannya dengan "jajan"? Dan mereka pun saling "menyarankan" jika sedang dinas ke kota itu cobalah ngedate dengan A, jika di kota ini dengan B, dll, dan kemudian para lelaki ini saling "berbagi kisah" untuk membuktikan apakah A, B, C, dst itu benar2 hebat di ranjang, bla bla bla …

 

Masihkah kau berpikir lelaki itu memuja istrinya sedemikian rupa? Namun karena kelebihan uang dan "bergaul dengan para lelaki yang suka jajan" dia pun membuang spermanya di sembarang kota?

 

Atau kah ada faktor lain di balik uang?

 

N. B.

Foto hanya #pemanis; aku hanya sedang pura2 menulis naskah #sinetron

Wednesday, December 14, 2022

Being individual

 aku copas dari note di facebook, tanggal unggah 14 Desember 2011



Terinspirasi dari lapak sebelah, seorang 'sorority sister' menulis tentang 'hutang budi'.

 

Aku lupa tepatnya kapan aku mengklaim diri sebagai seorang individualis. Satu alasan mengapa aku membentuk diri menjadi seorang individualis adalah karena aku tidak suka berhutang budi -- in case orang yang pernah memberiku bantuan menganggap aku berhutang budi. Namun jika aku merunut ke belakang, semua justru dikarenakan aku dulu begitu tergantung kepada orang lain. Ketika orang lain yang kugantungi itu kemudian harus pergi, rasa sakit lah yang tertinggal dan limbung. Itu sebab aku berusaha keras untuk menjadi seseorang yang individual, melakukan segala sesuatunya sendiri.

 

Ketika aku balik ke bangku kuliah lagi di tahun 2000, aku benar-benar mulai merasakan to be individual, tidak menjalin hubungan yang sangat memungkinkan menyebabkan ketergantungan satu sama lain dengan teman-teman kos. Namun tentu saja, aku adalah seorang makhluk yang 'friendly' -- sudah bawaan orok kali ya? (Atau mungkin obsesi menjadi orang terkenal yang tidak kesampaian :-P ) Aku akan mudah tersenyum ramah jika ada teman kos yang menyapa atau mungkin mengajak ngobrol.

 

Ketika pada satu waktu kebetulan ada seorang teman kos -- atau teman kuliah pada waktu itu -- membutuhkan bantuanku, aku memberikan bantuan itu karena aku merasa memang mampu melakukannya. Lepas dari harapan, "satu saat aku akan menagih orang itu untuk membayar kembali". Namun jika tidak mampu, aku juga tidak akan memaksa diri.

 

Prinsip ini pun aku berlakukan terhadap anak semata wayangku. Aku melakukan segala yang kupikir harus kulakukan sebagai seorang ibu yang dulu menginginkan ia lahir di dunia, tanpa ada pamrih, "Hey you, kid, you must pay back anything I have given to you." Karena aku yakin, siapa menabur, dia menuai.

 

Itu mungkin sebab aku tidak begitu suka bersosialisasi dengan orang-orang yang kupikir waktu bersosialisasi itu bisa kugunakan untuk melakukan hal-hal lain yang bagiku lebih berguna. Jika kemudian ternyata aku dicap sebagai seseorang yang sombong, apa boleh buat?

 

Btw, membaca postingan that sorority sister of mine di lapak sebelah mengingatkanku pada satu kisah 'pahit' tahun 2007. :(

 

P.S.:

Curcol ga penting

 

PT28 18.30 141211

Sunday, December 04, 2022

K A R M A

 


"Jangan takut menghadapi hidup ini, karena tak akan terjadi sesuatu terhadap dirimu yang bukan bagian dari buah Karmamu." ~ Wiku  Karma Zopa Gyatsho

 

'karma' ini juga muncul sebagai salah satu topik pembicaraan kami -- saya, Mer, dan Mel saat makan siang bareng sekian minggu lalu. Merry bercerita tentang satu artikel yang dia baca di satu 'page' facebook: ada kisah seorang gadis remaja yang diperkosa ramai-ramai, kemudian dibunuh. Jenazahnya dibuang di satu lokasi yang susah dicari.

 

Bagi orang awam, tentu kisah ini sangat memilukan. Namun, di balik kisah menyedihkan ini, bisa jadi ada hikmah yang diambil: ada kemungkinan bahwa karma buruk si gadis ini 'dihabiskan' di kehidupannya yang sekarang. Andai satu saat lagi dia terlahir kembali ke dunia ini, dia tinggal menikmati karma baik. Atau, mungkin karena karma buruknya telah habis di kehidupan yang sekarang, dia tidak perlu dilahirkan kembali di dunia, dia akan langsung ditempatkan di nirvana.

 

None of us (saya, Mer dan Mel) is Buddhist, namun tentu dalam beraktifitas di dunia medsos seperti sekarang, sangat mudah bagi kita untuk membaca-baca segala hal yang ingin kita baca. Termasuk kepercayaan para Buddhist tentang karma ini.

 

Sekian tahun lalu, saya pernah baca status seorang kawan di facebook ini:

 

"bagaimana perasaanmu jika kamu pulang membaca pacar barumu, yang ingin kamu kenalkan pada orangtuamu, dan komentar dari orangtuamu adalah: 'jangan pacaran dengan dia! Dia baru saja (terlahir) menjadi manusia.'"

 

Lah, sebelum ini dia terlahir menjadi apa dong? Lol. Think about it by yourselves.

 

Di kesempatan lain, Wiku Karma Zopa mengatakan bahwa yang menyebabkan kita terlahir kembali di kehidupan sekarang adalah 'karma' kita di kehidupan masa lalu. Jika di kehidupan kita yang sekarang kita melakukan hal-hal yang membuat karma buruk kita bertumpuk-tumpuk, konon ada kemungkinan kita terlahir kembali tidak dalam bentuk manusia.

 

Jadi, yang paling penting dalam hidup kita ini adalah: "be good to others". You yourself will get the fruits of your good deed, either in this life you have now, or in the future life you will have, if you believe in it.

 

PT56 09.30 04/12/2022

 

Thursday, November 24, 2022

UNSEEN CREATURES 2

 

this is not my dwelling place, just a random house

Merunut ke tulisan saya sebelum ini "unseen creatures", saya termasuk orang yang percaya bahwa di tiap tempat tinggal -- bahkan juga di gedung-gedung perkantoran, not to mention gedung-gedung sekolah -- ada yang 'menunggu'. Asal 'mereka' tidak mengganggu, saya kira kita tidak perlu merasa keberatan. Biarlah kita dan 'mereka' hidup berdampingan, di dimensi yang berbeda, tanpa perlu saling kepo satu sama lain, lol.

 

Ketika kami sekeluarga -- ayah, ibu, kakak, saya dan adik -- pindah ke rumah yang kami tinggali di kawasan Pusponjolo di tahun 1981, beberapa tetangga suka menggoda saya (yang masih inosen dan super imut, lol) dengan mengatakan bahwa di rumah kami ada 'penunggunya'. Mungkin rumah ini sempat 'vacant' sekian lama sebelum berjodoh dengan keluarga kami. Ya maklum saja jika rumah kosong disukai oleh makhluk astral. Waktu digodain tetangga seperti itu, jawaban saya, khas anak-anak lulusan madrasah ibtidaiyah, lol, "rumah kami dipakai untuk shalat dan membaca alquran, tentu 'mereka' kepanasan, hingga tidak kerasan, dan akhirnya pergi."

 

"Ya kalau mereka pergi? Kalau mereka malah naksir kamu bagaimana?" tanya seseorang lagi, kian usil, lol.

 

Namun, sejak kami pindah hingga saya tumbuh dewasa, saya tidak pernah melihat hal-hal (atau 'makhluk') yang aneh-aneh. Ayah saya meninggal di tahun 1989, seingat saya tidak ada hal-hal 'luar biasa' yang terjadi di rumah.

 

Ibu meninggal di tahun 2018. waktu Ranz datang takziah, (bersama kawan-kawan sepedaan lain) dia bilang, "I see your mom sitting in the living room," tempat dimana jenazah beliau kami baringkan. Keesokan hari, setelah jenazah ibu dimakamkan, kawan-kawan masih menemani saya. Ranz mengatakan hal yang sama, dia masih melihat sosok ibu saya duduk di ruang tamu, memandang keluar, dimana masih banyak tamu yang berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa.

 

Tahun 2021 adik ragil saya bilang dia mulai merasa terganggu dengan suara-suara yang mencurigakan di malam hari. Kadang tirai bergerak sendiri padahal tidak ada angin. Saya yang percaya bahwa memang sebenarnya di rumah saya ada penunggunya -- namun sekian puluh tahun kami tinggal, mereka tidak pernah mengganggu -- tetap tidak merasa terganggu. Akan tetapi, adik saya merasa ketakutan. Kebetulan dia punya kenalan 'orang pintar' yang katanya bisa mengusir makhluk tak kasat mata itu.

 

Okay. Akhirnya 'pengusiran' itu terlaksana di satu hari, di tahun 2021 itu.

 

Sekitar 2 minggu kemudian, si orang pintar bilang ke adik saya bahwa dia melihat saya diikuti oleh roh nenek moyang, yang terus menempel ke saya. Dia bertanya apakah saya ingin agar saya terbebas dari roh nenek moyang itu.

 

Saya gusar tentu saja. So far, saya merasa hidup saya baik-baik saja. Kalau pun memang ada roh nenek moyang yang menempel ke saya, saya juga tidak merasa terganggu. Karena gusar, saya pun meminta Ranz datang ke Semarang. (Ingat, tahun 2021 itu covid varian delta masih merajalela dengan ganas.)

 

Waktu saya bercerita kepada Ranz, ternyata begini komentarnya, "Kamu tuh ya ga pernah percaya pada apa yang aku katakan, kalau orang lain yang bilang baru percaya," lol.

 

Lanjutnya lagi, "Sudah beberapa kali aku bilang ke kamu sejak pertama kali aku melihatmu aku sudah melihat kamu dilingkupi satu aura yang tidak bisa kugambarkan what it is like padamu. Jika orang pintar itu bilang aura yang melingkupimu dan menempei padamu itu roh nenek moyangmu, ya mungkin saja. Dan jika selama ini roh nenek moyangmu itu menempel padamu toh dia tidak melakukan kerusakan padamu? Bahkan kamu pun tidak tahu siapa tahu 'aura' itu justru telah menyelamatkanmu dari hal-hal yang seharusnya mungkin telah terjadi?"

 

Well, that makes sense. Masih ada beberapa hal lagi yang dikatakan oleh Ranz tentang hal ini. Tapi, ga usah lah saya tulis disini. :)

 

Life is indeed mysterious. Dan kemisteriusannya justru membuat hidup kian berwarna. Bukankah begitu?

 

PT56 11.08 24/11/2022

 

Wednesday, November 23, 2022

UNSEEN CREATURES

 

Melani, aku, Merry reunian hari Sabtu 19 November di kafe Serambi

"unseen creatures"

 

Saat makan siang bareng Mel dan Mer hari Sabtu lalu, kami pun membahas tentang satu hal ini: kemampuan melihat hal-hal yang 'tak terlihat' oleh mata orang awam.

 

Mel bercerita tentang seorang keponakannya yang memiliki kemampuan 'melihat'. Si keponakan ini, perempuan, (lupa umurnya berapa sekarang) selalu membiarkan kamarnya berantakan. Nasihat dari keluarga agar kamarnya dirapikan, mental melulu. :) satu kali, saat Mel datang berkunjung, si keponakan sedang tidak ada di rumah, jiwa 'kebersihan dan kerapihan'nya muncul, lol, dia pun merapikan kamar si bocah.

 

Saat si keponakan pulang, masuk kamar, dia berteriak kaget, sambil ngomel-ngomel. Usut punya usut, ternyata satu alasan kuat mengapa dia membiarkan kamarnya berantakan adalah jika ada 'space' yang bersih/tidak ada barang, maka makhluk kasat mata penunggu rumah akan menempatinya. Apparently, meski dia bisa 'melihat' dia tidak mau membina hubungan baik mungkin, sehingga dia ogah melihat makhluk itu.

 

Mer: "Mbak Na, do you believe in such a thing?"

 

Well, aku percaya bahwa di luar kehidupan kita ini, ada kehidupan lain di dimensi yang berbeda. Aku memang tidak bisa 'melihat', namun Ranz bisa melihat 'mereka'. Waktu kuliah S2 di Udinus, Semarang, dia ngekos, yang dia tinggali hanya saat weekend. (dia ambil program kuliah weekend.) Jika sudah lumayan lama dia tidak sempat ke Semarang (tentu setelah kuliah teori selesai), saat datang ke kos, satu hal yang dia katakan, "duh, harus 'berkenalan' lagi dengan makhluk yang menempati kamar kosku."

 

FYI, aku sering banget dulu itu ke kosnya, kadang menginap juga disana, namun, sama sekali aku tidak merasa apa-apa, juga tidak melihat apa-apa. (thank god, lol.)

 


 

Saat aku dan Ranz makan siang di RM 'Oen' yang gedungnya merupakan gedung kuno, dia memilih kursi yang akan membuatnya memandang ke luar/jalan, tidak mau yang menghadap ke dalam, karena tidak mau melihat 'mereka'. :) demikian juga ketika kami makan di tempat lain (biasanya café/resto yang terletak di Kota Lama), dia akan memilih tempat duduk yang dekat pintu masuk/keluar.

 

Tapi, saat kami plus kawan-kawan dolan ke Goa Londa, Tana Toraja, dimana di dalamnya banyak berserakan tulang belulang manusia yang dikuburkan disana, dia baik-baik saja. Alasannya: goa itu telah menjadi destinasi wisata selama sekian lama, jadi 'mungkin' para penunggunya sudah biasa melihat banyak turis yang datang, jadi 'mereka' tidak mengganggu.

 

Dan masih banyak kisah lain lagi sih.

 

PT56 11.07 23/11/2022

 

Wednesday, November 16, 2022

Great Love

 

Cuplikan kisah dari episode "Anchors Away" Sex and the City, episode 1 season 5.

 

Charlotte yang baru saja berpisah dengan suami pertamanya, Trey, kembali gundah memikirkan statusnya. Ketika membaca sebuah majalah dan menemukan pernyataan "people only have two great loves in their life" dia langsung menghubungkannya dengan posisinya. Dia berharap dia masih memiliki kemungkinan untuk menemukan Mr. Right yang kedua.

 

Carrie yang juga dalam status single, terperangah kaget mendengar celoteh Charlotte itu, "Only two? For me, Big and Aidan? Then I am DONE." lol. Sementara Samantha yang merasa tertipu oleh Richard, lelaki yang mengaku jatuh cinta dan bertekuk lutut padanya namun ternyata tega 'eat another woman's pussy' bilang, "I am done with great love. I am back to great f*ck!" lol.

 

****************

 

Sebagai seorang penggemar serial Sex and the City, saya baru ngeh bahwa ternyata serial itu bukan melulu bercerita tentang empat sahabat dan hubungan mereka dengan laki-laki, namun lebih ke bagaimana seseorang -- mungkin lebih tepat lagi perempuan -- yang hidup di kota metropolitan New York mencari cinta (sejati)nya. Hal ini baru saya ketahui ketika membaca penjelasan mengapa karakter Big alias John Preston -- yang di film layar lebar SATC jilid 2 akhirnya menikah dengan Carrie sang tokoh utama, setelah berpacaran on/off selama 10 tahun -- dimatikan, di episode 1 sequelnya, "And Just Like That." John harus mati sehingga 'roh' serial ini terus berjalan: Carrie Bradshaw mencari cinta. Hanya, jika di SATC kisahnya lebih ke 4 perempuan lajang berusia 30an mencari cinta, di ATJL, kisahnya tentang perempuan berusia 50an mencari cinta.

 

Merunut ke tulisan mbak RRM di facebook tentang 'asmara di usia senja', memang jatuh cinta itu tidak melulu milik yang muda-muda saja. Yang sudah berusia dewasa -- let's say di atas 40an -- hingga mungkin usia 'senja' (saat ini, aku membacanya sebagai usia di atas 65an). Masing-masing akan memiliki kisah dan lika-liku yang tentu menarik jika diceritakan. Eh, bahkan jatuh cinta tidak melulu terjadi pada mereka yang single loh; yang sedang terikat perkawinan pun bisa saja jatuh cinta, dengan berbagai excuse yang mereka punya.

 

Carrie and Louis

 

Di akhir episode "Anchors Away" Carrie bertanya kepada Louis from Louisiana (a sailor yang kapalnya sedang merapat di NY bersama rombongannya dan session ini dikenal sebagai 'Fleet Week', dimana para sailors ini mengadakan dancing party dan mengundang single girls in NY): "How many great loves do you think people may have?"

 

Louis, "One, if you are lucky."

 

Mengacu ke pernyataan Charlotte bahwa great love adalah "love that changes you, that shakes you to your core, after which you are never the same"; saya berpikir bukankah setiap kita jatuh cinta, kita tak lagi orang yang sama? Jatuh cinta, membina hubungan, entah berjalan dengan baik selamanya (till death do us apart) atau yang (terpaksa) putus karena sesuatu hal, kita tak lagi orang yang sama? Karena pengalaman apa pun akan membuat kita semakin 'kaya' dimana kita akan bisa mengambil pelajaran.

 

Do we?

 

PT56 13.52 16.11.2022

 

Tuesday, November 15, 2022

Happiness

 the following writings were copied from my old blog.

 

 https://i.etsystatic.com/10127509/r/il/4ca69b/1474731091/il_fullxfull.1474731091_ornc.jpg

Happiness ...

 

I just read an article by Rima Fauzì I downloaded from www.superkoran.info it's about which is the most important to gain happiness:

 

* love

* sex

* money

 

People have their own choice, that's for sure. However if the background is in Indonesia--not to mention in my hometown, Semarang--people would not likely pick up 'sex' as the most important priority. However if Samantha Jones from Sex and the City made a pick, you all can guess, she would absolutely pick 'sex' without any reservation. ;-)

 

Do you think which comes first, love or sex? Will you fall in love with someone who successfully give you heavenly cums? Or do you believe on the way around, love will make your sex incredible?

 

Love and money, which comes first? Will you easily fall for someone who showers you with expensive gifts? Or will you just make use of someone rich who is head over heels in love with you, so you will just enjoy his/her money without bothering yourself whether you love him/her or not.

 

Money and sex, which will you pick?

 

I cannot decide yet. I don't think it matters though, at least at this moment. :-D

 

PT56 21.29 041008

 

Happiness 2

 

I remember in one episode of Sex and the City where Carrie mentioned three things New Yorkers want to achieve, to be considered happy. They are:

 

# an established job

# a dwelling place

# a plus one (can be a spouse, a boyfriend\girlfriend, or a kid)

 

Let's compare it to what Ayu Utami wrote in Si Parasit Lajang. Indonesian people also have three criteria:

 

# an established job

# being married

# having kids

 

When someone doesn't have one of those three things, he or she will feel not complete, or even worse, will feel miserable.

 

Why should we need other people's recognition, or using others' parameter only to say whether we are happy or not.

 

I'd rather use my own parameter :-D Other people have nothing to do with it.

 

PT56 21.51 041008

 

What is happiness?

 


 HOW DO YOU DEFINE 'HAPPINESS'

 

"I am not searching happiness, dear Nana. I feel contented in this life. That is enough for me."

 

Seorang kawan facebook -- yang kebetulan seorang kawan satu sekolah ketika SMA -- mengatakan hal ini kepada saya, sekitar tahun 2010, pertama kali kami terhubung di facebook, satu media sosial yang konon menjadi jembatan terselenggaranya banyak reunian. Kebetulan memang kawan-kawan satu SMA -- yang saat itu terhubung via facebook -- kemudian merencanakan mengadakan reuni perak, alias setelah 25 tahun kami lulus SMA di tahun 1986.

 

Aan -- nickname kawan saya ini -- tinggal di USA (entah bagaimana kisah hidupnya hingga dia terdampar tinggal di negara Paman Sam), menikah (suaminya orang Indonesia), punya 2 anak. Dia menolak menggunakan diksi 'bahagia' untuk menggambarkan kehidupannya barangkali karena dia ingin 'merendahkan' diri? Atau justru untuk membatasi makna 'bahagia'? Atau memang sebegitu sulit menggapai kondisi bahagia? Bahkan bagi orang yang menikah (alias punya pasangan), punya anak, dan punya established job: 3 hal yang menjadi patokan orang Indonesia untuk merasa bahagia. Bagaimana dengan saya yang hanya memiliki 1 dari 3 hal tersebut ya. Jauh dong ya.

 

(You may check this link to find what I wrote: the comparison between what people covet to be considered happy in America and in Indonesia.)

 

Dan seseorang bilang kepada saya -- sekian bulan lalu, di tahun 2022 ini -- bahwa tidak ada pernikahan yang bahagia. Dan seperti Aan, seseorang ini menikah, punya established job, dan seorang anak. Komentar saya waktu itu, "Are you such a pessimist to see this life?"

 

What is happiness, anyway?

 

PT56 14.22 15 November 2022

HOW SEXY IS YOUR HOMETOWN?

 


In an episode titled "Anchors Away", Carrie Bradshaw mentioned that New York is a very good 'date' for single people. There are lots of theaters, parks, museums, night clubs, movies, not to mention restaurants. And if you are lucky, perhaps you will find a great love when you are dating your hometown. :D

 

Well, perhaps because Carrie is not an introvert person; she does not belong to a homebody type either.

 

 


 

As an introvert person, I cannot imagine I am dating Semarang, my hometown, lol. Semarang, the capital city of Central Java, is not a big city; though it is not a small one either. I sometimes spend time to visit museums, but I don't do it alone. I do it with Angie, my daughter, or with Ranz, my biking mate. Once in a blue moon I watch plays in Taman Budaya Raden Saleh (before pandemic) because my (biking) friend played as one actor. :D watching movies is not my cup of tea to spend spare time.

 

I sometimes go to cafes, sometimes alone, sometimes with Angie when we want to eat out; or with Ranz when she is in town.

 


 

Despite the fact that when I was a teenager, I didn't really enjoy staying at home during weekend or holiday, (I used to like visiting friend's homes or hanging out with them somewhere) recently I stay home most of the time. As a part time teacher, I go to my workplace only when teaching. I do the preparation at home. After finishing doing my household chores, I will sit in front of my laptop, behind my bedroom's window (acting like Carrie does at SATC, lol) and start doing anything what I wanna do.

 

Nevertheless, I think Carrie's idea is not a bad one.  Perhaps I need to go out more often, alone. I need to date my hometown, lol.

 

PT56 10.31 15.11.2022

 

Sunday, October 30, 2022

HOW OFTEN IS NORMAL?

 


Kisah bermula ketika di satu pagi, Carrie kentut saat masih berada di 'bed' bersama kekasihnya, Mr. Big. Ini terjadi di apartment Mr. Big. Meski konon jika seseorang tanpa sengaja kentut di depan kekasihnya  ketika sepasang kekasih itu belum lama jadian, itu berarti mereka berdua sudah saling merasa nyaman satu sama lain, toh Carrie tetap merasa sangat malu karenanya. Saking malunya, dia langsung kabur pulang ke apartmentnya sendiri, mengabaikan tawaran Mr. Big untuk ngopi terlebih dahulu.

 

Setelah seharian menyibukkan diri bekerja -- meski tetap saja tidak bisa melupakan kejadian memalukan itu -- akhirnya Carrie berusaha berdamai dengan diri sendiri, dan mencoba untuk tidak bersikap kekanak-kanakan. Keesokan hari, dia kembali berada di apartment Mr. Big -- pacar baru yang di matanya perfect in everything.

 

Malamnya saat mereka akan tidur, untuk pertama kali Mr. Big menolak make love, dengan bilang, "I am very exhausted. Can we call it a day?" Dan ternyata hal ini juga terjadi di dua malam selanjutnya. Merasa tidak nyaman -- dan terus berpikir penyebabnya adalah dia kentut di depan Mr. Big, Carrie pun curhat kepada salah satu sahabatnya, Miranda.

 

Carrie: "is it normal to be in the same bed with your boyfriend for 3 nights in a row and have no sex?"

Miranda: "it depends on what normal for you is."

Carrie: "oh God, I hope I know what normal is."

 


 

Tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, Carrie pun melakukan sedikit interview kepada beberapa orang, sekaligus untuk bahan menulis di kolomnya, Sex and the City. Ada 4 orang yang jawabannya ditampilkan dalam film.

 

HOW OFTEN IS NORMAL?

 

Man 1: "I have to masturbate 3 times a day to make myself feel normal. Other people have 3 coffee break, I have 3 jerk break."

Woman 1: "30-year old women in NY normally have sex 3 - 5 times a week? I want to know who that woman is."

Man 2: "My wife and I haven't had sex since our baby was born. The baby is going to Yale next Fall."

Woman 2: "One time a day, but twice on a very special day."

 

Sementara itu, ketika bertanya kepada Samantha, Carrie mendapatkan jawaban, "normal is half way from between what you want and what you get."

 

 

Itu di New York ya gaes. Dan film dibuat di awal 2000. apakah sekarang sudah jauh berbeda, atau kah tetap sama? Bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Tentu kita mengenal istilah "malam Jumat = malam sunnah Rasul" yang berarti saatnya "enak-enak" untuk pasangan suami istri. Tapi ada yang bilang, "Malam Jumat itu sunnah, sedangkan di malam-malam lain itu wajib." Meski juga ada yang ngeles bilang, "Ah, saya sih ga terlalu terpaku pada malam Jumat, bisa saja saya melakukannya di hari-hari lain."

 

Namun mengacu ke jawaban lelaki kedua di film, "My wife and I haven't had sex since our baby was born." kayaknya ini juga terjadi di banyak pasangan lain, dengan apa pun alasan yang mereka miliki. Lha wong di NY Amerika yang konon orang-orangnya sangat terbuka tentang sexuality, mosok di Indonesia yang mungkin sebagian komunitasnya masih tabu berbicara tentang seks ga ada yang mengalami no more sex after the baby was born?

 

Andai itu terjadi, apakah kedua belah pihak benar-benar tidak having sex during their whole life? There must be a very strong trigger for this ya.

 

PT56 16.46 30.10.2022

 

Friday, October 28, 2022

P M S dan Dolan

 


kutengarai ada yang berbeda pada diriku ketika PMS akhir-akhir ini, ketimbang saat aku berada dalam masa PMS sekian tahun yang lalu. dulu hawanya aku pengen ngamuk ke orang-orang yang ada di sekitar -- lebih baik lagi jika ada orang yang 'salah di saat yang tepat' (check my post here) -- aku bisa mendadak ngamuk seperti singa betina, meski aku tidak mengenal orang itu secara pribadi, lol.

beberapa bulan terakhir ini, aku justru lebih merasa sebagai orang yang paling nelangsa sedunia. (you may laugh at me for this.) bulan Agustus lalu terutama, perasaan ini kuat banget. waktu Angie pamit ke aku mau dolan somewhere bersama teman-temannya, I felt like there was a strong pang in my heart: kok Angie memilih pergi dengan teman-temannya? dan bukan denganku? 

for sure, kemudian aku introspeksi diri, ya aku sering pergi bersama Ranz, sepedaan here and there, dimana tentu aku tidak mengajak Angie, orang dia jelas ga akan mampu ngikutin. nevertheless, the strong pang still punched me and I could not complain. 

akhir Agustus 2022, mendadak Angie mengajakku dolan ke area Ambarawa - Salatiga. 

Angie: "Ma, do you know area Banyubiru?"

aku sudah rasanya patah hati waktu itu, she would go having fun with her besties again. 

Aku: "Iyalah. who are you going with?" tanyaku tak sabar.

Angie: "You."

O em jiii ... aku tak jadi merasa yang paling nelangsa di seluruh dunia. ketika aku cerita hal ini ke Angie, dia memandangku dengan sorot mata tidak percaya, sambil bilang, "Oh Mama, itu PMS! Mama PMS!"

ini beberapa foto kami berdua saat dolan ke area Banyubiru tanggal 4 September 2022. Ternyata Angie tuh 'cuma' pengen bikin vlog pendek di jalan lingkar Ambarawa. sudah, itu tok, lol. Maka ketika dia bertanya padaku aku ingin kemana lagi, aku bilang, "Telomoyo Yang." 

voila ... jadilah kami ke Gumuk Reco - Sepakung, Banyubiru. Saat disana, ada orang yang memprovokasi kami untuk lanjut ke puncak Telomoyo, tapi aku bilang ke Angie ga usah saja. Lha trek ke Gumuk Reco saja sudah bikin tratapan je. wkwkwkwkwkwk ...




















foto-foto berikut ini di Bukit Cinta - Banyubiru.











Thursday, October 27, 2022

Interpretasi

 aku copas dari 'note' facebook tanggal 27 Oktober 2009 :)



Karena kesal, maka aku menulis ini.

Barusan disapa seseorang -- a bloke, I don't really know him -- yang memang berada di contact list-ku.

Dia bertanya kok aku nampak lebih muda dibanding minggu-minggu yang lalu.

Aku jawab, "efek kamera kali ..."

Dia bilang, "Mungkin karena yang nulis komentar itu..."

Aku ga paham, so aku nanya, "Komentar yang mana?"

Dia jawab, "Yang tulisan tentang laki-laki itu..."

I still didn't get it, so it was understandable toh kalo aku minta dia ngejelasin?

Trus dia bilang, "Aku pernah baca sekilas tulisan tentang laki-laki di FB-mu."

Ahhh ... aku langsung ingat puisi Oka Rusmini yang berjudul "Fatamorgana 1". Aku heran, apa hubungan isi puisi itu dengan aku yang nampak lebih muda. So, juga understandable kan kalo aku nanya lagi, "apa hubungannya?"

And then he said something like I needed a guy, or things like that. So aku bilang ke dia, "Kamu mending baca tulisan itu lagi deh yang lebih 'thorough' agar mengerti apa yang dimaksud puisi itu."

Dia ngeles, "Loh, yang nulis kamu kok Non, kok malah aku yang ngejelasin?"

Dengan masih berusaha sabar, aku bilang, "Lah, tadi kan kamu yang bilang aku keliatan lebih muda, trus kamu hubungkan dengan tulisan yang kupost di FB. Kamu dong yang ngejelasin?"

Dia tetep ngeyel mengatakan aku yang harus ngejelasin.

In short, aku bilang bahwa puisi "Fatamorgana 1" itu lebih cenderung ke interpretasi I DON'T NEED A MAN, jika laki-laki itu "... tidak pandai memintal pasir bla bla bla ..." (You can check my post entitled FATAMORGANA 1.

"Oh gitu ya?" komentarnya pendek.

"Nampaknya kita ga bakal pernah bisa nyambung kalo ngobrol. Bye now." kataku.

Can you see the point? Can anybody help me who needs to read the poem more thoroughly? to interpret it, and see the relationship with my looking younger???

LL 19.39 271009

Thursday, October 20, 2022

Garis Tangan

 


 

Apakah kamu percaya bahwa garis-garis di telapak tangan kita ini memberi pertanda akan hal-hal yang akan terjadi di masa depan kita?

 

Sekian puluh tahun yang lalu, saya dan saudara kandung suka nonton film serial silat dari Hong Kong. Saat saya pulang dari Jogja (saat itu saya sedang kuliah di Bulaksumur) kami akan menyewa video serial silat ini dan menontonnya ramai-ramai. Mulai dari Kwee Cheng, Thio Bu Kie, dll, dua serial ini yang sampai sekarang saya masih ingat, tapi yang lain masih ada. Salah satu kisah -- entah film seri apa, saya lupa -- menceritakan tentang seorang perempuan yang diramalkan akan meninggal di usia yang masih relatif muda, berdasarkan ramalan garis-garis di telapak tangannya.

 

Film itu pun kemudian mengisahkan bagaimana keluarga menjaga si gadis dari segala mara bahaya yang memungkinkan dia mati. Hingga satu kali si gadis jatuh ke jurang, namun dia tidak langsung jatuh ke dasar jurang, tubuhnya nyangkut di tanaman yang tumbuh di tebing. Dengan tergopoh-gopoh orang-orang menyelamatkannya. Syukurlah ternyata si gadis 'hanya' pingsan. Setelah dicek garis tangan yang menunjukkan umurnya, diketahui bahwa saat terjatuh itu, ada goresan baru di telapak tangannya! Hingga ramalan dia meninggal di usia yang masih muda pun gugur.

 

Saya menonton ini mungkin lebih dari 30 tahun yang lalu. Namun sampai sekarang saya masih ingat. Saya menginterpretasikannya seperti kata-kata para ulama: "nasibmu tidak akan berubah jika kamu tidak mengusahakan yang terbaik"; jangan hanya diam saja dengan the so-called nasibmu; do something and you'll see the result.

 

*******

 

Waktu masih tinggal di kos saat kuliah S1, saya dan teman-teman kos pernah mengutak-atik palmistry ini. Yang saya ingat sekarang, ada kawan yang mencoba membaca garis 'jodoh' di telapak tangan saya; katanya, "kamu akan pacaran 4 kali Na sebelum menikah." (shhttt, saya sudah lupa hal ini puluhan tahun dan baru beberapa minggu yang lalu saya teringat hal ini karena sesuatu hal.) waktu itu saya manggut-manggut saja, lol.

 

Sekarang kalau saya ingat-ingat lagi, lah padahal bapaknya anak saya -- yang biasa saya sebut my ex di blog -- itu pacar 'serius' pertama saya je. Yang lain hanya sekedar naksir-naksir anak remaja doang. Hahahahah …

 

Sekian minggu yang lalu, di salah satu grup facebook alumni saya membaca komen seseemas, "eh, ada ga sih ramalan di garis tangan berapa istri yang kita punya?" statusnya apa saya sudah lupa, tapi komen itu menarik perhatian saya, hingga saya pun googling, "garis tangan jodoh". Lol.

 

Nah, sebelum membaca hasil googling ini, mendadak saya ingat obrolan iseng saat ngekos dulu itu, (saya bakal pacaran 4 kali sebelum 'akhirnya' menikah) tapi garis tangan yang di sebelah mana saya tidak ingat, hahahah.  Menurut para pakar, garis-garis kecil yang terletak di pinggir/luar telapak tangan, di bawah jari kelingking, itu adalah garis jodoh. (dan begitu saja, saya jadi ingat duluuuu itu, kata teman kos itu adalah garis berapa kali pacaran sebelum menikah, lol). Seingat saya, sejak dulu garis 'jodoh' di telapak tangan saya itu ada 4. nah, jika dulu teman kos menginterpretasikannya sebagai pacaran 4 kali sebelum menikah, apakah ini berarti saya bakal menikah 4 kali dalam hidup saya?

 

Malamnya, saya ngobrol dengan Angie. Saya bercerita tentang hal ini. Sebagai anak lulusan Fakultas Psikologi, dia tahu juga tentang hal ini. Karena baru kali itu dia melihat garis 'jodoh' di tangan saya, dia sempat kaget, dan bilang, "ini garis tangan yang menunjukkan Mama menikah di usia 20an, kemudian garis ini di usia 30an. Ini masih ada satu garis lagi, harusnya Mama menikah di usia 40an."

 

(FYI, saya sudah menikah dua kali, dengan orang yang sama, Angie's dad, di usia 23 tahun dan usia 35 tahun.)

 

Saya bilang dengan nada bercanda, "loh Sayang, Mama sekarang usia 50an. Berarti garis jodoh ini bisa dibaca bahwa Mama (akan) menikah lagi di usia 50an?"

 

Angie memandang wajah saya dengan sorot mata yang tidak bisa saya terjemahkan, lol, she was like asking me, "What? Do you still wanna get married again?" lol. But she didn't say it.

 

Kemudian saya minta izin melihat garis jodoh di telapak tangannya. Angie sendiri bilang, "Ini menurut ramalan palmistry,  Angie bakal menikah sekali, mungkin sekitar usia 30an."

 

"Honey, do you wanna get married?" I asked her. Saya pernah khawatir dia tidak mau menikah soalnya.

 

"Yes, if I find the right man." jawabnya.

 

"Sama dong Sayang. I don't mind getting married again jika bertemu dengan lelaki yang sesuai yang Mama idamkan." dan Angie manggut-manggut.

 

By the way, banyak web yang membahas tentang hal satu ini. Dari sekian artikel yang sudah saya baca, semua menulis "jangan percaya begitu saja dengan bacaan/ramalan seperti ini." :) Ya … buat having fun saja gpp. Atau buat 'membaca' yang sudah terjadi di kehidupan kita, dan bukan sebaliknya untuk membaca masa depan.

 

PT56 12.31 20 Oktober 2022