Search

Thursday, January 25, 2024

Greenflation

 

Gibran RR, cawapres dari paslon 2, yang menyebut kata 'greenflation' di debat cawapres kedua


Greenflation menjadi masalah serius di negara Eropa karena penerapan pajak karbon membebani biaya produksi. Isu penting ini dikemukakan oleh Gibran untuk melihat kesiapan pemimpin negara menghadapi dan mengantisipasi respon masyarakat. Tanpa mengetahui sejak awal, pemerintah yang kurang cermat dapat menghadapi gejolak seperti demo besar-besaran para petani di Eropa.

 

Indonesia perlu menyusun strategi dengan memanfaatkan berbagai keunggulan kekayaan alamnya seperti memelihara luasan hutan, pertanian organik dengan green house, smart farming, pengembangan sumber energi terbarukan seperti turbin air, turbin angin, ladang panel surya, biogas, hilirisasi industri kendaraan listrik, hilirisasi industri baterei karena tersedia bahan mentahnya di Indonesia dan tehnologi free energy.

 

Tehnologi free energy memerlukan anak-anak muda kreatif yang berani melakukan eksperimen, karena generasi tua cenderung merasa sudah mapan dan lebih tahu sehingga sulit diajak berpikir, apalagi menjelajah area pemikiran baru.

 

Sikap memelihara kerukunan dengan saling menghargai seperti motto "1 musuh terlalu banyak, 1000 teman adalah masih kurang banyak" lebih membuka munculnya berbagai ide kreatif ke permukaan dan peluang kerjasama untuk mewujudkannya.

 

Secara umum Gibran jauh lebih unggul dalam penguasaan materi atas topik debat dengan penyampaian visi, misi dan programnya secara komprehensif. Ia memiliki wawasan dan mampu memberikan penjelasan detil dan teknisnya sehingga bisa dikatakan lebih siap dalam menghadapi dan merespon perkembangan untuk kepentingan bangsa.

 

Kreatif Merdeka Berdaulat

 

Disclaimer:

ini bukan tulisanku, copas dari facebook, sayang aku lupa akun mana yang menulis.

 

P.S.:

you may read the following article here or here


Thursday, January 18, 2024

Learn, Unlearn, Relearn

 


Hari Rabu 17 Januari 2024 saya melihat unggahan Ayu Utami di akun instagramnya dimana secara terbuka dia menunjukkan dukungannya pada paslon 03. Ayu menyatakan dia pernah merasa kecewa terhadap SBY, Jokowi. Semua yang dia anggap baik di awal, ternyata berakhir mengecewakan. maka Ayu berpendapat jika dia memilih yang di awal dia anggap tidak baik, akan berakhir kian mengecewakan. tak lupa dia juga menulis hestek #AsalBukanPrabowo.

(Saya jadi teringat ketika mengikuti 'Sekolah Basis' bulan Agustus 2023 lalu, dimana pembahasan mostly tentang reformasi tahun 1998, sesuai dengan tema yang dipilih panitia. Prabowo nampak menjadi 'musuh bersama' saat itu. dari beberapa diskusi yang saya ikuti, ada juga seorang narasumber yang menyatakan 'say no' pada mereka yang memainkan politik identitas, sambil merujuk apa yang terjadi di pilkada DKI Jakarta tahun 2017. hal ini membuat saya berpikir: "berarti say no ke AB dong ya?" Namun, selama 3 hari di sana, tak sekali pun saya mendengar nama GP disebut.)

Saya masih memandang Prabowo sebagai penjahat pelanggar HAM sampai pertengahan bulan Oktober 2023 dan tidak mencoba mencari sudut pandang lain. Kenyataan bahwa Gibran Rakabuming bersedia menjadi bakal cawapres Prabowo membuat saya terhenyak. Tidak mungkin seorang anak mengambil langkah politik sedemikian penting tanpa meminta pertimbangan ayahnya terlebih dahulu, apa lagi sang ayah adalah orang nomor 1 di Indonesia sejak tahun 2014 hingga tahun 2024. Dan rasanya tidak mungkin jika yang melatarbelakangi adalah Pak Jokowi gila kekuasaan, apalagi keinginan untuk menumpuk kekayaan semata. (Call me innocent, but this is my sincere opinion to Pak Jokowi and his family.)

ini berarti Pak Jokowi memandang Pak Prabowo sebagai seseorang yang bisa menjadi presiden di Indonesia. Karena di mata saya Pak Jokowi orang baik, tentu di matanya Pak Prabowo bukanlah penjahat  yang akan membahayakan kelangsungan hidup warga negara Indonesia. Pak Jokowi tentu tidak ingin kerja keras yang telah dia lakukan selama memimpin Indonesia akan diporak-porandakan oleh orang yang tidak bisa bekerja. Bukankah begitu?

So? jika awalnya saya mulai mempertimbangkan untuk mendukung paslon 02 karena ada Gibran di sana, akhirnya saya pun menerima Pak Prabowo dengan legawa. ('drama' penculikan yang dia lakukan di tahun 1998 lalu bukan murni karena Pak Prabowo orang jahat, namun karena dia diperintah oleh atasannya waktu itu. ini untuk mengantisipasi kekhawatiran orang-orang bahwa drama penculikan akan marak dilakukan lagi andai paslon 02 menang.)


dan, 'menemukan' quote dari Alfin Toffler tentang pentingnya 'stop learning' then 'unlearn' plus 'relearn' membuat saya berpikir tidak ada salahnya kita memandang segala hal yang sebelumnya kita pandang dari satu sudut pandang, kita ubah sudut pandang kita ke sudut pandang yang lain. 

so? jika Ayu Utami menggunakan hestek #AsalBukanPrabowo, saya lebih memilih hestek #AsalBukanAnies ... sementara itu, beberapa kawan yang kesal karena kegagalan penyelenggaraan sepakbola U20 di Indonesia jelas lebih memilih menggunakan hestek #AsalBukanGanjar . jadi? impas ya. hihihi ...

N. B.:

nampaknya jika penyelenggara Sekolah Basis tetap berpegang teguh pada 'say no to Prabowo' terpaksa jika mereka menyelenggarakan acara serupa lagi di Omah Petroek di tahun 2024 ini, saya off dulu. pasti telinga saya bakal panas mendengar obrolan tentang 'dinasti politik' dan 'anak haram MK'. awokawokawok.

PT56 14.06 18/01/2024

N.B.(2):

seperti yang ditulis Ayu dalam postingan yang sama, semua pilihan akan membawa konsekuensi yang harus kita terima di masa depan, saya setuju. siapa pun yang menang di pilpres 2024 ini, kita semua yang akan 'menanggung' konsekuensinya. tapi, selalu, saya berharap yang terbaiklah untuk Indonesia Raya. Aamiin.


Tuesday, January 16, 2024

Dating Your Hometown?

 


When 'finding' this post (again), I was wondering, "Oh, what did I write there?" lol. I have become so forgetful lately. Haha … Then I talked to myself, "isn't it quite nice to date my hometown, Semarang?"

 

When thinking about that, on facebook I saw a post of a young pianist who played one old song, "Bengawan Solo" so beautifully. He was on a stage and there were many other people there, showing that it was a part of an orchestra performance. This reminded me of Carrie's watching an orchestra in the episode 'Anchors Away'. However, I am not sure if I ever saw Carrie watching movies in the cinema alone in the serials.

 


I have one good friend who really loves watching movies in the cinema. For that, she doesn't mind going to the cinema by herself to watch movies. On the contrary, I am not that into watching movies in the cinema. (I don't mind watching movies in my laptop, lol.) I am not that fond of watching orchestra or music concert either.

 

So? If I want to do what Carrie did in the episode 'Anchors Away', what can I do to date my hometown? Is Semarang interesting enough to date? Lol.

 

I can go to cafes by myself, sitting in one corner, enjoying my coffee while reading books, or scribbling something on my laptop. I also can go to restaurants and have meals by myself. In the past, I sometimes went window-shopping to malls by myself too, although recently I never do it anymore. (it is not my cup of tea.)

 


 

Can going to the swimming pool be considered dating our hometown too? Lol. If that is so, I quite often do it recently. Btw, I was very busy last 3 months in 2023 (October - December) so that I even could not spare my time to go swimming. And the busy schedules for teaching during those 3 months, in fact, made me reluctant to go biking on Sunday morning. My bad. :( I never thought that one day the time would come when I am lazy to go out biking. Hahahahah …

 

Usually when Ranz has spare time on Fridays, she will come to Semarang, 'only' to have chitchat with me for some hours. Her favorite place to hang out is Kota Lama. Sometimes we go to Marina beach. You know, she has become 'like' me: love visiting beaches. If we do this, it means both of us date Semarang together: we play 'threesome'! Hahahahah …

 

How about visiting museums? Well, there are some museums in Semarang. We have visited them all for sure.

 


There are 2 'things' that Surakarta has but Semarang doesn't. First, Taman Balekambang. Since the first time I visited this place in 2011, I have dreamed of having such a place in Semarang. This is an open space where people can have any kind of activities, people can visit it for free, we just need to pay the parking fee. It is very spacious, there are many trees and benches where visitors can sit and have chitchat with their friends or family. Second, Lana Café, this is a library café where visitors can spend hours reading books -- without feeling 'guilty' to stay there for hours with only ordering a cup of coffee.

 

Or perhaps in fact I do not really know my own hometown?

 

MS48 20.27 16.01.2024

 

P. S.:

In fact, I realize that the older I am the more I realize that I belong to the homebody type. It means I would rather stay home than go outside to date my hometown. 😋😜

 

Christmas Holiday 2023 Day 2

 



Senin 25 Desember 2023

 

Waktu akan berangkat ke Solo, aku bilang ke Angie, andai kami tidak jadi menginap di satu hotel di kawasan Wonosari, di hari Senin ini dia kutawari untuk dolan ke Jogja naik KRL (Angie belum melihat Malioboro yang tanpa pedagang kaki lima di sepanjang trotoarnya), atau ke Waduk Gajahmungkur naik KA BATARA KRESNA. Angie lebih memilih ke Wonogiri karena dia sudah males membayangkan KRL yang penuh sesak penumpang. Meski, jika kami naik KA Batara Kresna ini berarti kami sudah harus sampai stasiun Purwosari jam enam pagi.

 

Namun ternyata kami malah pergi ke area Kemuning. Ranz pikir mas Martin ga libur kerja hari ini, jadi kami berempat (aku, Ranz, Deven dan Angie) akan dolan sendiri. Karena mas Martin libur, dan aku membayangkan waduk Gajahmungkur yang panas, aku lebih memilih diajak ke tempat yang sejuk: Kemuning!

 

Pagi itu aku dan Ranz sarapan di soto Hj. Fatimah di Jl. Bhayangkara. Angie yang kadang menolak jika kuajak makan soto (saat di Semarang) tidak menolak jika kuajak sarapan di sini. Bukan masalah rasa sotonya yang memang segeeer dan enak, (di lidah Angie semua jenis soto sama saja rasanya, lol), tapi pasti karena banyak pilihan lauk yang tersedia di atas meja, lol. Kami hanya berdua saja ke sini, naik motor pinjam mbak Niken.

 

Sekitar pukul sembilan kami meninggalkan rumah Ranz menuju Kemuning. Bisa dibayangkan jalanan nan padat merayap.  Dan saat kami melewati alun-alun Karanganyar hingga sampai pertigaan di mana jika kita memilih arah kiri menuju Alas Bromo aku baru ngeh mengapa Ranz complain jika kuajak ke sini: "JAUH!" loh, kok sekarang baru terasa jauh yak? Wkwkwkwk … terakhir kami berdua bersepeda ke Alas Bromo itu di tahun 2020, saat melaksanakan gowes 'virtual' jamselinas X.

 

Setelah melewati pertigaan yang kusebut di atas, tingkat kepadatan di jalan raya semakin terasa, hingga sampai pertigaan Karangpandan. Masih kuingat pertama kali menapaki tanjakan menuju Karangpandan di tahun 2011, saat aku dan Ranz bersepeda menuju Tawangmangu. Itu pertama kali kami nanjak yang 'benar-benar nanjak', lol. Kok ya aku kuat ya? Lol. Setelah melewati terminal Karangpandan tanjakan benar-benar terasa curam, sampai Tawangmangu! Apalagi jika kita memilih arah menuju Ngargoyoso, wogh, tanjakannya lebih 'ciamik'. Lol. Aku ga yakin apakah aku masih mampu menapakinya, meski naik Cleopatra. Maklum, sudah lama aku enggan bersepeda lewat tanjakan, lol. Nanjak Gombel terakhir ya di sekitar awal 2023, saat mempersiapkan dengkulku untuk ikut J150K 2023.

 

Di daerah Kemuning, setelah berputar-putar tidak jelas kami mau kemana, lol, akhirnya mas Martin menghentikan mobil di area parkir Resto Kemuning. Mbak Niken kepengen ke 'sky view' Kemuning, tapi ternyata lokasinya masih jauh dan masih harus nanjak tinggi, mas Martin ga yakin mobil bisa nanjak setinggi itu.

 

Ternyata pilihan berhenti di sini menguntungkan bagi Ranz. Di samping resto, ada lapangan yang cukup luas, yang ternyata dipakai untuk mendarat orang-orang yang 'bermain' paralayang. Ranz yang sudah ngebet pengen mencoba sejak kami ke puncak paralayang Waduk Gajahmungkur setahun yang lalu pun tergoda untuk naik, meski katanya dia phobia ketinggian. Setelah 'maju mundur maju mundur' jadi atau tidak, akhirnya Ranz memutuskan untuk mencoba.

 

Di lapangan ada satu gazebo tempat para 'pilot' yang bertugas membawa 'penumpang' paralayang beristirahat sebelum kembali ke 'puncak'. Ranz memintaku menemaninya ke gazebo dan bertanya-tanya. It costs Rp. 450.000,00 untuk 'terbang' selama kurang lebih 7 menit. Ada sebuah mobil pickup yang akan membawa calon penumpang plus pilot ke 'puncak'. Salah satu pilot itu malah menawariku untuk ikut naik ke puncak untuk melihat suasana di sana. Pulangnya aku bisa nebeng mobil pickup itu lagi.

 

Sesampai puncak, Ranz mendaftar, aku sempat memotret keadaan sekitar yang ramai sekali (banyak di antara pengunjung itu hanya nongkrong-nongkrong di situ menonton orang-orang yang akan terbang) sejenak. Kemudian saat mobil pickup siap-siap turun, aku ikut turun.

 

Siang itu tentu saja kami makan di resto Kemuning. Aku pesan nila bakar sementara Angie pesan nila asam manis. Mbak Niken dan Deven pesan lele goreng, Ranz pesan iga bakar. Mas Martin ogah makan di situ katanya.

 

Saat kami berkemas untuk pulang, sekitar pukul 2 siang, mendung gelap sekali. Wah, mungkin mereka yang berencana terbang naik paralayang tidak jadi karena tak lama kemudian hujan turun disertai kabut tebal.

 

Pukul empat kami sudah sampai rumah.

 

Sekitar pukul 7 malam, Angie yang sudah kelaparan mengajakku ke luar. Keluarga Ranz ada acara menghadiri undangan natalan sepupunya yang merayakan Natal. Ranz menawariku ikut, tapi aku menolak karena khawatir Angie bakal merasa kurang nyaman berada di tengah-tengah keluarga besar Ranz. Plus, aku ingin dolan ke area Balaikota untuk berfoto di hiasan-hiasan Natal yang disediakan oleh pemkot Solo.

 

Kenyataannya? Kami ga jadi foto-foto karena area selepas patung Slamet Riyadi itu macet total! Angie ogah kuajak berhenti memarkirkan motor di dekat area Balaikota. Ya sudah, kami pun beringsut meninggalkan area itu. Dan … jadinya kami ke Paragon mall. Kebetulan saja jalan yang kupilih menuju ke mall yang ingin dikunjungi Angie ini. Pucuk dicinta ulam tiba. (I visited this mall in 2012! Aku ingat saat aku dan Ranz iseng dolan ke situ, saat aku mencari mau beli helm sepeda. Meski begitu, tentu saja aku tidak ingat jalan menuju sana. Wkwkwkwk …

 


 

Di Paragon, kami hanya numpang makan malam, lol. Kebetulan di food court lantai 4 (atau lantai 5 ya?) ada kedai Kusumasari, aku langsung mengajak Angie ke situ, dan kami berdua sama-sama pesan chicken cordon bleu. Betapa tidak kreatifnya, lol.

 

Pukul 10 malam kami berdua sudah sampai rumah Ranz. Sekitar 10 menit kemudian Ranz dan keluarganya kembali dari rumah sepupunya.

 

Hari Selasa 26 Desember sebenarnya Angie sudah ambil cuti dari kantornya. Tapi ketika dia tahu bahwa kami tidak jadi menginap di Wonosari, dan belum ada rencana apa-apa di hari Selasa itu, Angie pun setuju diajak ketemu sepupunya dari ayahnya di Semarang. Hari itu kami berdua meninggalkan Solo naik travel pukul 08.00.

 

Sesampai Semarang, Angie baru mengaku ternyata dia 'salah tanggal'. Ruli sepupunya mengajak ketemuan tanggal 28 Desember -- hari Kamis -- sementara Angie berpikir tanggal 28 itu hari Selasa. Lol. Akhirnya? Ya sudah. Kami leyeh-leyeh di rumah sepanjang hari itu. Ternyata kami capeeeeeeeeeeeee. Lol.

 

PT56 05/01/2024

 


Christmas Holiday 2023 Day 1

 


Rencana berlibur di hari Natal 2023 ini nyaris tidak terlaksana sesuai rencana yang kubuat dengan Ranz karena mobilnya Ranz bermasalah. Awalnya aku ingin ke Candi Sukuh, menginap di sana dua malam, ga ngapa-ngapain kecuali hanya jalan-jalan di sekitar Sukuh saja. (out of the blue aku ingin menyepi saja, menjauh dari hiruk-pikuk kesibukan di dunia.) Ranz sendiri juga sudah excited membayangkan kami akan explore area Sukuh. Tapi, rencana ini belum jadi kami lakukan. Mungkin memang kami belum berjodoh dengan Sukuh. Next time deh.

 

Karena hari Sabtu 23 Desember 2023 aku masih harus masuk kerja, aku dan Angie baru berangkat ke Solo di sore hari. Kami naik travel Ar*gon. Baru kali ini kami membutuhkan 4 jam lebih naik travel dari Semarang ke Solo. Selain karena memang macet di sepanjang jalan, sopir travel juga 'mendadak' kudu menjemput penumpang di pool Sriwijaya, padahal biasanya penumpang di pool pusat ini naik terlebih dahulu, baru kemudian menjemput di pool Taman Kasmaran, pool Akpol, dll. Bolak-balik ini sendiri butuh waktu 1,5 jam sendiri! Travel meninggalkan pool Taman kasmaran sekitar pukul 16.10, kami baru sampai pool Banyumanik pukul 17.30! Padahal di hari 'biasa' waktu 1,5 jam ini cukup untuk perjalanan dari pool Taman Kasmaran Semarang sampai pool Jl. Slamet Riyadi Solo!

 

Minggu 24 Desember 2023

 

Kami -- aku, Ranz, Angie, Deven, dan kedua kakak Ranz (plus Rama) -- meninggalkan rumah sekitar pukul 08.00. kami menuju Gunung Kidul. Tujuan kami adalah Embung Nglanggeran dan Air Terjun Srigethuk; dua destinasi wisata yang sudah sangat ingin kukunjungi sejak sekitar 10 tahun lalu.

 

Waktu berangkat, kami mampir di warung makan area Gathak, tempat aku dan Ranz biasa sarapan saat bersepeda menuju Jogja. As usual, aku memilih menu timlo. Biasanya aku hanya makan timlo, tanpa nasi. Kali ini, karena Angie butuh tambah nasi, aku pun pesan satu porsi nasi untuk kami berdua. Ranz hanya pesan timlo as usual. Mbak Niken juga pesan timlo, tapi plus nasi. Sementara Deven pesan bakso. Mas Martin tidak merasa perlu sarapan, karena sudah sarapan di rumah.

 


 







Usai sarapan, kami langsung menuju tujuan pertama: air terjun Srigethuk. Ternyata juauuuuh je, lol. (Semula aku dan Ranz berencana akan mencari penginapan di Wonosari agar malamnya kami ga perlu buru-buru balik ke Solo. Namun karena Ranz ga yakin apakah mobil bisa kami naiki on the D day, dia belum booking.)

 




 

Bagiku pribadi yang menarik dari air terjun Srigethuk ini adalah perjalanan dari tempat parkir menuju air terjun: kami perlu naik perahu yang sudah dimodif sedemikian rupa hingga para penumpang bisa duduk di atas 'kursi'. Air terjunnya 'biasa' saja, mungkin karena baru bulan Agustus lalu kami ke Madakaripura yang air terjunnya 'wah' banget ya. But anyway, lumayanlah buat dolan-dolan. Melihat orang-orang yang berenang di sungai yang terletak tak jauh dari air terjun rasanya pengen nyemplung berenang juga, lol. Tapi, seperti kata Angie, "Angie tuh pengen ikutan nyemplung Ma. Tapi, Angie males kalau kudu berbasah-basah." wkwkwkwkwk …

 

Dari air terjun Srigethuk, kami menuju Embung Nglanggeran. Awalnya aku ingin juga ke Gunung Api Purba Nglanggeran. Tapi setelah membaca-baca pengalaman orang ke sini, pengunjung harus jalan kaki ke atas gunung, well, ga usah deh. Cukup ke Embung saja. Dari area Embung, kita bisa memandang ke arah gunung kok. Malah, menurutku, pemandangan ke gunung dari area Embung lebih ciamik. In my point of view, lol.

 

Ketika Angie mengeluh perutnya sakit karena 'mendadak' mens, aku tahu perjalanan ini akan terkesan kurang nyaman. Ya sudahlah. Pablebuat? Sudah untung dia ga memburu-buru untuk balik. Dia hanya ga mau ikutan aku explore ke sana ke mari. That's all. Gapapa.

 















 

Rencana mau stay sampai menjelang sunset untuk mendapatkan foto yang indah pun ga jadi kami lakukan. Kami sudah meninggalkan lokasi sekitar pukul 16.30. perut lapar karena ga nampak resto yang cukup menarik buat kami mampir maksi di sini. Di kawasan air terjun Srigethuk juga tidak ada warung yang nampak menarik untuk kita makan, selain hanya sekedar beli es teh dan gorengan untuk mengisi perut secukupnya.

 


 

Otw balik ke Solo, kami mampir makan di satu warung makan bertuliskan TALIWANG. Kukira menunya ya ala-ala menu Lombok ya. Ternyata tidak, lol. Tapi gapapa. Masakannya enak dan tempatnya nyaman.

 

Kami sampai rumah Ranz sekitar pukul 22.00.

 

To be continued


Wednesday, January 10, 2024

Reading = interpreting

 


Seyogyanya, memang ketika seseorang membaca, pada kesempatan yang sama dia membuat interpretasi apa yang sedang dia baca. Namun tidak semua orang bisa membuat interpretasi yang 'baik' dan 'pas'. Hal ini dipengaruhi oleh apa yang seseorang (pernah) alami, juga apa yang dia miliki dalam memory-nya, baik dari hasil membaca karya-karya lain, mengamati pengalaman orang lain (dan mengambil pelajaran dari itu) dari kehidupan nyata sehari-hari maupun 'hanya' dari menonton film/televisi.

 

Saat mengajar mata kuliah "Kritik Sastra" sekian tahun yang lalu, saya mengatakan kepada para mahasiswa bahwa interpretasi apa pun atas satu karya sastra itu bebas. Akan tetapi, mereka harus memberi penjelasan mengapa mereka memberi interpretasi tertentu dengan membeberkan kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf tertentu. Jika harus dihubungkan dengan fakta sejarah, misalnya, ya itu juga harus disertakan dalam makalahnya.

 

*******

 

Bagaimana dengan membaca di media sosial?

 

Hal yang sama juga bisa diaplikasikan, bahkan dari hanya sekedar membaca 'status' yang tidak terlalu panjang. Saat membaca, seseorang akan langsung menghubungkan apa yang dia baca dengan pengalamannya sendiri, atau 'pengetahuan' apa yang mereka simpan di dalam otak mereka. Dan karena pengalaman orang ini sangat bervariasi, dan biasanya the older someone, the more experience he/she has, bisa kita katakan bahwa dalam mengambil interpretasi, seseorang yang memiliki pengalaman lebih banyak dan kebiasaan menganalisis satu hal akan bisa merujuk ke satu interpretasi yang lebih pas, ketimbang yang sebaliknya.

 

MS48 12.12 10.01.2024

 

Tuesday, January 09, 2024

Debat Capres 2024 (2)

 


Saya tidak nonton debat capres 2024 yang ketiga yang diselenggarakan pada hari Minggu 7 Januari 2024 karena tubuh dan mata tidak mendukung untuk mantengin televisi. Apa lagi sejak awal saja capres 01 sudah menyerang capres 02 meskipun serangannya tidak nyambung dengan topik utama debat, plus menyerang pribadi Pak Prabowo.

 

Keesokan hari saya menyempatkan diri mantengin timeline medsos -- facebook yang tidak sebrutal X -- dan mendapati euforia orang-orang sealmamater saya yang mengaku telah mengalahkan capres 02. "Kagama mengeroyok capres 02," tulis seseorang di grup alumni. Saya juga menyempatkan melongok status-status 'buzzer' paslon 02 dong, dan berikut inilah komentar yang saya tulis di timeline akun facebook saya.

 

 

 

Tadi malam pak Prabowo hebat dalam pengendalian diri. Dari awal diserang membabibuta sama yang ntuh, beliau terlihat sempat kesel dan itu wajar, tapi gak sampai lepas kendali . Belum lagi terakhir diserang pula sama yang atunya😁


 

.Beneran sabar si om gemoy ini. Emang yang lebih muda pada kurang ajar gak ada etika. Jadi predikat pemarah buat si gemoy dipatahkan tadi malam

 

Kalau omon omon jelas kalah si gemoy. Lha beliau orang militer yang ngomongnya selalu tegas tanpa embel embel, tanpa 'bunga-bunga'. Si orang hukum jelas pinter ngomong, kalau si yang atunya taulaaah...juaranya lomba pidato: the so-called Mr. Rhetoric

 

In my humble opinion loh yaaa

 

Dan, hari ini, saya membaca tulisan yang saya copas di bawah ini, dari grup BALANE SAMSUL.

 


 

 

Dalam Debat Capres Sudut pandang ada 3:

 

1. TNI, POLRI, ASN, Pelaku keamanan, keluarga TNI POLRI

2. Pengamat hankam dan akademisi

3. Publik awam dalam bidang keamanan

 

Bagi point1 TNI POLRI Pelaku keamanan dan keluarganya maka Prabowo menunjukkan kematangan sebagai orang yg hidup bekerja bernapas dalam bidang keamanan, yang siap menjaga tanah air dan memajukannya.

 

Bagi point 2. pengamat Hankam dan akademisi bbrp konsep dari Anies tampak bagus tetapi utopia. artinya indah dipengaruhi tetapi tidak bisa dikabarkan dalam realitas dengan semudah itu. Tataran ini menunjukkan kalau Anies pandai bermain kata tetapi konsep dasarnya Pertahanan dan Keuangan tidak dipahami dengan baik.

 

bagi point 3 Publik awam, maka gestur dan cara menampilkan diri Ganjar terlihat lebih menarik, tetapi konsep yang ditawarkannya tidak disimpulkan dalam closing statetment. Padahal pendampingnya adalah Andika Perkasa mantan Panglima TNI (yg lebih membela gerombolan sepeda motor brongx daripada membela anggota TNI yang mentertibkan rombongan Bronx). Juga Andi Widjajanto yang mantan Lemhanas. Artinya paperwork dari AP dan AW memang tidak dikuasai GP. Faktanya Ketua Kagama gagal menyatukan alumni UGM sehingga terjadi persaingan dan keributan antar alumni. Nah kalau menyatukan alumni saja tidak bisa, apakah bisa memimpin Indonésia yang majemuk ? Hanya Togog mBilung yang tahu.

 

Penilaian ini dari segi penampilan bukan esensial isi dan visi misi pertahanan. Pertahanan bukan panggung hiburan dan pandai berkata kata. tetapi konsep dan praktek. semua calon punya kelebihan kekurangan dalam penampilan. Tetapi tidak semua pernah berkarya nyata bela negara dan sanggup mati demi tanah airnya. Bahkan tidak sedikit yang rela menyerang menjatuhkan kawannya demi ambisi jabatan.

 

dari TIM DAPOER18

 

 

Jika menilik thread yang dibuat di grup alumni, lebih banyak thread yang menguarkan kebencian pada paslon 02 -- entah karena paslon 02 ini bukan anggota Kagama atau karena Pak Jokowi ternyata tidak mendukung paslon 03 yang didukung kebanyakan anggota grup, padahal paslon 01 juga Kagama loh -- saya membayangkan suasana grup tetaplah tidak akan kondusif jika setelah pemilu 14 February 2024 paslon 02 dinyatakan menang. Tuduhan main curang dan sejenisnya pasti akan terus menerus dimainkan.

 

Let's wait and see. Saya menulis ini tanggal 9 Januari 2024. Pemilu akan diselenggarakan sekitar 35 hari lagi. Saya hanya berharap NKRI tetap berada dalam lindunganNya.

 

PT56 13.10 09/01/2024