Search

Tuesday, September 26, 2006

Kenangan di Bulan Ramadhan

Aku membagi masa kecilku menjadi dua bagian, pertama ketika aku sekeluarga masih tinggal di suatu daerah yang disebut Bulustalan. Kedua, ketika aku sekeluarga tinggal di satu daerah yang disebut Pusponjolo. Kedua tempat ini terletak di Semarang, kota kelahiranku dan bersaudara.

Ketika aku SD (di Bulustalan), setelah berbuka di rumah, aku dan kakak adik plus teman-teman tetangga menuju masjid terdekat untuk shalat Maghrib berjamaah. Setelah itu pulang, dengan meninggalkan sajadah dan mukena di masjid agar tidak kehabisan tempat nantinya. Di rumah, aku dan kakak adik makan.

Saat adzan untuk shalat Isya, aku dan adikku (perempuan) plus Mamie pergi ke masjid untuk shalat Isya dan tarawih bersama. Kakakku (laki-laki) pergi ke masjid bersama Papie, dan bergabung dengan laki-laki. Masa-masa yang kunikmati ketika kecil, karena bisa bermain bersama-sama dengan teman-teman.

Ketika aku SMP dan SMA (di Pusponjolo), berangkat ke masjid tidak lagi menjadi kebiasaanku sekeluarga karena letak masjid yang agak jauh (dibandingkan dengan ketika kami tinggal di Bulustalan). Satu kamar di rumah difungsikan sebagai musholla, tempat kami shalat bersama. Papie sebagai imam dan yang lain—Mamie, kakak, aku, dan adik-adik menjadi jamaah. Kadang-kadang kami sekeluarga berangkat untuk shalat Maghrib, Isya plus Tarawih ke kantor Papie yang sering menyelenggarakan buka puasa bersama dilanjutkan dengan shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih berjamaah.

Setelah lulus SMA, aku pergi ke Yogya untuk melanjutkan kuliah di Sastra Inggris UGM, membuatku tak lagi mengikuti ‘ritual’ sepanjang bulan Ramadhan. Satu hal yang kupelajari ketika berpuasa jauh dari orang-orang tercinta itu adalah tak ada lagi persediaan makanan yang “gila-gilaan” ketika berbuka. (Oh well, aku tahu Papie Mamie menyediakan makanan yang berlebihan untuk berbuka itu karena cintanya kepada kami, anak-anaknya.) Aku jadi rajin memasak karena malas keluar kos untuk membeli sahur. LOL.

Bulan Ramadhan tahun ini, aku berada di Semarang (tahun 2003-2005 aku berada di Yogya). Seberapa pun cintaku kepada anak semata wayangku, aku tidak menyediakan makanan yang berlebihan untuk kita berbuka bersama. Eman-eman duitnya, euy. LOL. (Oh, ibu yang pelit, huh? LOL.) Oh well, whatever people say deh, LOL, aku berpikir bahwa berpuasa adalah satu ajaran agama agar orang mampu menahan nafsu; nafsu amarah, nafsu serakah, termasuk juga nafsu makan yang gila-gilaan itu setelah berbuka. Dan Angie selalu merupakan anak yang sangat pengertian.

PT56 23.19 240906

No comments: