Search

Thursday, May 18, 2006

Kenangan Itu ...

"Mbak Nana ya?"
Suara seorang perempuan terdengar dari ujung kabel telepon sebelah sana. Di handphone yang kupegang, tak tertera nomor yang dia pake untuk nelpon. "Unidentified number."
Aku sempat menebak-nebak suara siapakah itu? Apakah dia yang kemarin mengirim email ke aku lewat friendster?
"Aku Sisil mbak, yang kirim email ke mbak Nana lewat friendster beberapa hari yang lalu."
Deg! Nah loh! Bener. Apa yang dia inginkan?
"Langsung aja ya mbak. Aku tahu banget teman mbak di friendster yang bernama Galindra Erlangga. Nama aslinya adalah Mohammad Barkah Setiyadi. Nama istrinya Rika. Dan aku Sisil, adalah istri keduanya."
Gubrak!!! Jantungku serasa mau meledak. Istri kedua? Nggak salah nih? Di abad ke-21 gini, masih ada perempuan yang mau jadi istri kedua? Perempuan yang ngaku sebagai well-educated person, yang kuliah S2 nya aja di Canada? Yang tentunya telah dapat banyak insight dari lingkungan barat sana betapa poligami adalah pelecehan terhadap harkat seorang perempuan?
Aku tidak kaget tatkala dia bilang Galindra ato yang ternyata bernama Yadi itu telah beristri. Kebetulan tadi pagi waktu online di YM (setelah sekian bulan, dia menghilang dari dunia mayaku) dia tahu-tahu menyapaku, dengan ID baru. Biasalah. Seorang player atau pecundang selalu ganti-ganti nick ato ID untuk berburu "mainan" baru.
Yang membuat aku kaget itu ya, pengakuan si perempuan yang mengaku bernama Sisil itu, bahwa dia adalah istri kedua seorang laki-laki, yang aku yakin bermata keranjang. Dan si perempuan ini adalah seorang dosen di sebuah universitas terkenal di negeri ini, yang nota bene tentu cerdas, dan tidak bakal mudah termakan omongan orang-orang yang suka memplesetkan ayat-ayat kitab suci (contoh: bahwa poligami adalah sunnah Rasul!)
Poligami??? Oh no ... please deh.
"Mbak, aku tahu mungkin ini adalah karma bagiku. Aku dulu bermain api dengan Yadi tanpa sepengetahuan istri pertamanya, Rika. Dan kemudian aku pun mau jadi istri keduanya. Sekarang aku anggap ini adalah karma terhadap Rika. Sekarang aku baru bisa merasakan betapa tidak enaknya dikhianati, betapa tidak enaknya laki-laki yang kucintai mempunyai perempuan lain. Tapi, tolong, kalo bisa, dan belum terlambat, tolong aku mbak, tolong mundur dari kehidupan kami bertiga, aku Yadi dan Rika."
Hatiku terluka. Bukan terluka karena aku diminta mundur dari kehidupan laki-laki yang kukenal sebagai Indra itu. Bukan. Aku terluka betapa di jaman sekarang ini, dimana ideologi feminisme dengan kesetaraan jendernya telah menyebar luas di negeri tercinta ini, masih ada seorang perempuan yang well-educated, yang aku percaya financially secured, MERENGEK kepada perempuan lain (baca => AKU) agar aku mau mundur dari laki-laki itu.
BAH. Tadi pagi ketika chatting Indra, ups ... Yadi maksudku, dan dia out of the blue ngaku ke aku bahwa dia sudah merit, aku langsung bilang goodbye ke dia. Aku tak suka dibohongi! Dan sebelum mengakhiri chat itu, aku katakan padanya, "Salam buat Rika. Katakan padanya aku tak akan pernah mengambilmu dari sisinya."
Dan siang ini, istri ke dua laki-laki mata keranjang itu merengek ke aku agar aku mundur dari kehidupan cinta segitiga mereka.
"Oh well, jangan berpikir gitu deh. Aku dan Indra alias Yadi nggak ada apa-apa kok." (dalam hati kupikir, buset amat aku dikira mau ngerebut suami paruh waktunya itu? Please deh ... kayak ga ada laki-laki lain aja di dunia ini!)
"Kamu tenang aja. Sekarang aku ga bisa ngomong banyak. Gimana kalo kita lanjutin besok. Aku akan ke Yogya. Kita ketemu di satu tempat di sana. Kita bisa ngobrol banyak nanti." Begitu aku mengakhiri percakapan lewat telpon itu.
Aku sedang berada di bus dalam perjalanan ke rumah salah satu murid privatku. Dan di bus, aku merasa semua orang menguping apa yang aku katakan. Aduh .....
___________________________________________________________________

Dan ketika aku melanjutkan perjalananku, aku tak mampu mendapatkan jawaban apa yang membuat Sisil mau menjadi istri kedua? Dan lebih gilanya lagi, ketika dia tahu suami paruh waktunya itu main api lagi dengan perempuan lain, dia kok mau-maunya merengek ke aku agar aku mundur??? Sambil menambahkan, "Tolong jangan bilang ke Yadi ya mbak kalau aku tahu masalah ini (baca => suami paruh waktunya main api lagi dengan perempuan lain). Biar ini menjadi diskusi kita berdua aja. Kalau memang mbak Nana mau mundur dengan teratur ya syukurlah."
Well, dan aku membayangkan, seluruh hidupnya dia akan selalu was-was bahwa suami paruh waktunya itu akan terus menerus menebar pesona kepada perempuan-perempuan lain. Dan kalau kita sebagai perempuan mau-mau aja diperlakukan seenak udel laki-laki, betapa besar kepalanya laki-laki di dunia ini?
Aduh ... enggak deh kalo punya suami kayak itu.

CATATAN: Nama yang tertulis adalah nama fiksi. Seandainya ada kesamaan dengan nama orang-orang yang ada di dunia nyata, hal ini hanyalah suatu kebetulan belaka.

No comments: