Search

Thursday, June 18, 2020

M a t a n g

Dulu, aku berpikir bahwa seseorang yang telah menikah akan memiliki cara berpikir dan bertindak yang lebih dewasa ketimbang yang belum menikah. Pengalaman berbagi hidup dengan orang lain akan memaksanya untuk menjadi lebih matang ketimbang seseorang yang belum pernah memiliki pengalaman yang sama.

 

 

Tidak hanya pernikahan -- entah memilih dengan sadar untuk menikah maupun 'terpaksa' menikah karena sesuatu hal -- kegagalan dalam hidup akan menambah kematangan seseorang. Dalam hal ini, yang kumaksud adalah kegagalan dalam berumah tangga. 

 

 

Namun ternyata tergantung individu yang bersangkutan ya.

 

 

mangga matang nan menggoda


Beberapa bulan lalu, seorang kawan maya yang biasanya mengaku jomblo entah sejak kapan (saking lamanya) mendadak menjadi seorang bucin. Ehem. Usut punya usut ternyata akhirnya dia memiliki seorang kekasih. Kekasih inilah yang membuat kawanku menjadi sastrawan dadakan (meski dia sebenarnya juga seorang penulis yang telah menerbitkan beberapa novel), menulis status-status bucin. Aku sangat menyukai membaca status-status bucin itu; mengingatkanku pada aku yang dulu, bucin terhadap rasa cinta, lol, bukan pada seseorang loh. Lol.

 

 

Sekitar tanggal 21 Mei 2020 dia mengumumkan akan melakukan satu program 'afirmasi self-love' yang akan memakan waktu kurang lebih 2 minggu. Sejak saat itu kuamati dia tidak pernah lagi menulis status-status bucin untuk kekasihnya. Tanggal 6 Juni dia mengumumkan dia sebenarnya telah putus dari kekasihnya sejak tanggal 21 Mei 2020 dan melakukan program afirmasi self-love untuk lebih mencintai dan menghargai diri sendiri.

 

 

Kawan maya ini masih single, dan dia 'mengakhiri' relationship-nya (yang konon hanya 'online relationship' namun dia jalani dengan sepenuh hati) dengan gaya yang elegan. Well, dia sempat aplod foto seorang perempuan lain, yang konon kawan lamanya. Mereka berdua ternyata sama-sama mengikuti satu situs dating.

 

 

Sekarang tentang seorang kawan lain lagi, J. Awal aku mengenalnya sekitar 3 tahun lalu; kupikir dia 'bujang lapuk'. (Hahaha … istilah ini kudapatkan dari seorang kawan lama duluuu.) Dia mengaku sebagai seorang pemalu sehingga tidak berani mendekati perempuan. Dia akan sangat malu -- katanya -- jika menembak seorang perempuan dan ditolak. Lol. (resiko dong yaaa, lol) itulah sebabnya dia 'awet' single. Lol.

 

 

Beberapa bulan yang lalu J 'akhirnya' menemukan tambatan hati. Cie … Aku turut berbahagia melihatnya. Dia unggah foto-foto berdua dengan kekasihnya. Satu kali, dia sempat curhat padaku bahwa kekasihnya seseorang yang super sibuk hingga tidak punya waktu spesial untuk berduaan dengan J. Saat meminjamkan telingaku untuk mendengarkan dia curhat itu aku baru tahu ternyata dia seorang duda, pernah menikah satu ketika duluuu, kemudian bercerai karena satu hal.

 

 

Kemarin 16 Juni 2020 mendadak dia aplod foto seorang perempuan yang bukan kekasihnya. Usut punya usut ternyata hubungannya dengan kekasihnya putus. Di postingan foto perempuan nan cantik jelita itu kekasihnya menulis komen yang yaaa … gitu deh. Komen-komen ini ditambahi komen seorang perempuan lain yang konon juga (pernah) dipacari oleh J sekian tahun lalu. Setelah itu, J juga aplod foto-foto dia dengan perempuan lain. Lol. Wis jiaaan kayak cah cilik tenan kae loh. Lol.

 

 

Mungkin Cuma keisengan tingkat tinggi yang dilakukan J. tapi, aku bisa menyimpulkan bahwa pernikahannya dulu yang gagal tidak serta merta membuatnya menjadi matang, membuatnya menjadi seseorang yang akan berpikir berkali-kali sebelum melakukan sesuatu yang akan membuatnya justru nampak konyol.

 

 

Memang ya, kedewasaan seseorang itu tidak bisa ditilik dari apakah seseorang sudah pernah menikah atau belum; apakah seseorang pernah mengalami kegagalan atau belum. Lalu, apa dong yang membuat seseorang menjadi dewasa dengan belajar dari pengalaman di masa lalu? Entahlah.

 

 

PT56 19.17 17-Juni-2020


No comments: