Search

Tuesday, June 16, 2020

Konspirasi Covid-19?

Seperti yang kutulis di artikel "mazhab covid 19", salah satunya adalah mazhab konspirasi. Di tulisan itu, aku menulis tuduhan negara China terhadap Amerika yang mengirim salah satu serdadu untuk mengikuti satu acara lomba olahraga khusus untuk para serdadu/militer. Satu serdadu Angkatan Darat yang dikirim Amerika telah menularkan virus corona kepada rakyat Wuhan. Selain itu, ternyata Amerika juga menuduh China tidak mau jujur tentang keberadaan virus corona yang belum bisa diatasi, namun China tetap mengirim orang-orangnya ke luar negeri, termasuk ke Amerika. Dua negara besar ini saling menuduh bahwa mereka ingin melemahkan ekonomi negara masing-masing.

 



Seperti kita tahu, semenjak Uni Soviet 'bubar' sebelum dekade terakhir abad 20, Amerika otomatis menjadi satu-satunya negara adikuasa. Namun, memasuki dekade ke-2 abad 21, China ternyata bangkit dengan drastis sampai banyak orang meramalkan bahwa China akan mengalahkan Amerika dalam waktu dekat. Hal inilah yang membuat Amerika tidak suka sehingga ingin menjatuhkan China. Amerika juga menuduh WHO hanya merekayasa dengan pernyataan bahwa covid 19 adalah satu jenis penyakit yang sangat mematikan. Dengan kebutuhan menemukan vaksin covid 19, WHO telah berusaha mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari negara-negara yang ada di dunia ini.

 

Namun ternyata, kata 'konspirasi' ini juga berkembang. Aku membaca beberapa komen di status kawan medsos tuduhan negara turut menyebar ketakutan akan covid 19 pada rakyatnya, entah demi apa. Jika satu komen yang kubaca di lapak seorang kawan mengaitkan dengan pemerintahan Jokowi dan rezim Cendana, aku langsung 'mencium' bau amis: pemerintahan Jokowi mendapatkan keuntungan dari menakut-nakuti rakyatnya. Cuma aku tidak jelas, apa yang diuntungkan pemerintah dari menakut-nakuti rakyatnya ini?

 



Dan baru hari ini aku membaca jenis konspirasi lain: covid 19 hanyalah konspirasi elit global untuk memiskinkan negara-negara di dunia ini. Mungkin karena aku sensi kala membacanya, aku jadi berpikir apakah pemerintahan Jokowi terlibat dalam konspirasi elit global ini karena membiarkan pemerintah2 lokal memberlakukan PSBB maupun PKM? Tuduhan konspirasi elit global ini dibarengi dengan 'himbauan' orang-orang untuk keluar rumah, untuk menyongsong rezeki, jangan terus tinggal di rumah saja.

 

Hmmm … bukankah sejak awal Juni 2020 Presiden Jokowi telah menyatakan bahwa rakyatnya dipersilakan untuk mempraktekkan NEW NORMAL: bagi mereka yang masih bisa tinggal di rumah: bekerja dari rumah (pegawai) dan belajar dari rumah (siswa/mahasiswa) sila lanjut tinggal di rumah. Yang harus keluar rumah untuk menyongsong rezeki, dipersilakan, asal tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat: mengenakan masker, jaga jarak, menghindari kerumunan/keramaian, dan rajin cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Dan toh, meski pada pertengahan bulan Maret 2020 Presiden Jokowi menghimbau untuk 'stay at home', pemerintah tidak pernah memberlakukan LOCKDOWN secara ketat seperti yang dilakukan di negara-negara lain, misal India, dan Italia. Jika sebagian rakyat masih keluar rumah dengan alasan apa pun, pemerintah tidak melakukan apa-apa, misal menangkap mereka dan menjebloskannya kedalam penjara. Hanya ketika mendekati lebaran, pemerintah melarang orang-orang untuk mudik. Selain sebagian pemerintah daerah memberlalukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau PKM (Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

 

Tulisan ini ditrigger oleh rasa sensiku ketika membaca status seorang 'kawan' maya.

 

PT56 17.56 16-Juni-2020

No comments: