Search

Wednesday, July 12, 2023

Membeli Pertemanan 2

 


Saat duduk di bangku SMA, aku punya seorang kawan yang baik banget, hobinya nraktir kawan-kawan sekelas, terutama aku. (hanya ada 4 siswa di kelas jurusan BAHASA waktu itu.) Ayahnya seorang polisi, ibunya pedagang (yang berhasil tentu saja) di pasar. Saat itu, uang jajannya seribu rupiah satu hari (sebagai perbandingan, di dekade 1980an itu, jajan kenyang di kantin sekolah hanya butuh uang seratur rupiah. Jajan kenyang = misal soto satu mangkuk, gorengan dua biji, dan es the segelas.) uang jajanku hanya empat ribu rupiah SEBULAN. Wkwkwkwk …

 

Aku tentu saja memandangnya sebagai seseorang yang sangat murah hati dan baik hati. Dan kami berdua sangat akrab.

 

Melihat keakraban kami berdua, satu kali Ibu bilang, "Jangan terlalu akrab dengan seseorang. Karena jika sampai terjadi friksi di antara kalian berdua, kalian akan sangat saling melukai satu sama lain."

 

Sejak semester pertama belajar di jurusan BAHASA (angkatanku adalah angkatan terakhir penjurusan dengan 3 jenis IPA, IPS, BAHASA dan penjurusan dimulai dari semester 2 di kelas 1.) aku berada di ranking 1. saat duduk di bangku SD, aku selalu berada di ranking 1. I lost that first rank ketika duduk di bangku SMP. Kawan-kawan sekelas/seangkatan terlalu 'powerful' untuk kusaingi. Hahahahah … Maka, saat aku kembali 'menyabet' ranking 1 di jurusan BAHASA itu (dengan jumlah siswa hanya 4, lol) aku merasa excited sekaligus biasa-biasa saja. Excited karena akhirnya aku kembali menyandang juara 1, biasa-biasa saja ya karena aku 'hanya' mengalahkan 3 siswa lain.)

 

Ternyata, di balik kemurahhatiannya, kawanku ini sangat mengincar posisiku sebagai ranking 1. apa pun akan dia lakukan demi mendapatkannya: mendekati guru-guru, membaiki guru-guru, selain juga bermurah hati kepadaku. Well, mungkin agar aku terlena, lol.

 

Satu kali kami bertengkar di kelas 2 atau awal kelas 3 ya, tapi aku lupa triggernya apa. Dan memang betul kata Ibu, meski akhirnya kami berbaikan lagi, keakraban kami tak sama. Ada 'luka' di sana.

 

You know, karena kami sekelas hanya berempat, kami tentu tidak leluasa ngobrol satu sama lain ketika pelajaran. Yang namanya murid, pasti kadang bosen mendengarkan guru menjelaskan sesuatu. Agar kita tetap bisa ngobrol, aku dan dia punya sebuah buku khusus dimana kami saling menulis untuk tetap berkomunikasi, di tengah-tengah pelajaran. We talked about anything, our crush, teachers, bla bla bla … dan kami berdua berjanji bahwa buku itu milik bersama. Jika ada yang menyimpannya, keesokan hari gantian. Rahasiaku adalah rahasianya, rahasianya adalah rahasiaku juga.

 

Hingga satu kali, dia mengkhianati janji itu. Satu hari dia membawa buku itu dan bilang buku itu hilang. I was innocent, but of course I didn't believe in her just like that. Aku kejar-kejar, dan dia tetap keukeuh ga mau berbagi buku itu lagi denganku. It was gone. Period.

 

Puncak ini semua adalah ketika guru-guru membombong kami berempat bahwa pasti kami semua bakal lolos PMDK. (Padahal kata kepala sekolah, jumlah siswa yang bakal diterima via jalur PMDK itu hanya 25% dari jumlah keseluruhan siswa di satu jurusan. Di jurusanku, BAHASA, hanya ada 4 siswa. 1 siswa lolos PMDK, jumlahnya sudah 25% kan ya?) Bombongan ini membuatnya mengajak kami merencanakan untuk mengadakan perpisahan di Bandungan. Dia yang akan membiayai semua kebutuhan. Kami bertiga ya iya iya saja. Beberapa guru yang kami undang sudah tahu juga.

 

Hingga tiba hari pengumuman PMDK. Di jurusan kami hanya namaku yang tertulis keterima di Universitas Negeri tanpa tes.

 

Dan, dia menghilang begitu saja tidak bisa kuhubungi sejak itu. Rencana perpisahan itu hanya menjadi wacana.

 

(Well, waktu kami kuliah, kami masih berkomunikasi, dia malah pernah mengunjungi kosku di Jogja. Tapi ya itulah, keakraban kami telah terluka. Kami memang nampak 'dekat' namun itu hanya di permukaan saja.)

 

Sejak saat itu, aku selalu mencurigai ketika seseorang yang baru datang dalam hidupku tiba-tiba begitu baik hati. Baik laki-laki maupun perempuan. Menawari ini itu. "There is no free lunch," kata Abang. Well, meski kadang aku tetap terlalu innocent untuk bisa melihat seseorang, aku tetap mempercayai intuisiku.

 

Minimal telah ada 2 orang di dua tahun terakhir yang seperti ini padaku. Dua-duanya perempuan. Yang satu tiba-tiba memblokir akunku. Yang kedua menghinaku KERE. Kalau di kasusku dengan kawan SMA-ku dulu itu kami terlalu akrab, sehingga ketika terjadi friksi, kami (mungkin) sama-sama terluka. Kalau di kasus dengan 2 'kawan' maya ini, mungkin karena aku menolak untuk terlalu akrab dengan mereka.

 

Kalau memang mereka itu tulus mendekat padaku, ketika aku menolak tawaran mereka, ga mungkin lah mereka mendadak berkelakuan seperti itu. Perutku mual jika mengingatnya. Tapi, jika tidak aku tulis ini, dadaku sesak.

 

MS48 12.31 12.07.2023

 

Membeli pertemanan 1 bisa dibaca di link ini.


2 gambar di bawah aku skrinsyut dari reels yang lewat. Pas banget.

 




No comments: