Search

Wednesday, April 05, 2023

Paradoks Waktu

 


Paradoks Waktu

Oleh Darmanto Jatman

 

Telat bagi Johny adalah kegagalan orang jawa untuk kedispinan dalam waktu, bahkan gusti tuti, telat adalah cara Kromo untuk tidak salah karena gagal memenuhi janji.

 

Celakanya orang Jawa sudah kebacut kondang sebagai bangsa yang kurang menghargai waktu (Kuncaraningrat) sekalipun Jawa dikenal sebagai bangsa yang petung banget dengan waktu. Lihatlah kerelaan Kromo untuk memusokan padinya karenya jatuhnay udan salah mangsa. Begitu pun cara kraton menentukan waktu sekaten, detail dari menit ke menit mulai dengan persiapan Bregada Bugis sampai gunungan ke tenah alun-alun.

 

“Bukan cuma itu,” ujar Gusti Tuti, “wektu aku mantenan dulu dheng-nya sangat wektu itu dihitung dari detik ke detik. Heran aku, kok sekarang naik pesawat kok di “delay” 10 menit tidak diumumkan, boro-boro minta maaf, padahal pada zaman Belanda itu, kapan sepur melintas teteg Lempuyangan saja bisa dijadikan tanda, jam berapa sekarang?”

 

Memang, waktu mengungkapkan “paradoks” jam yang cukup kentara (baca è significant) satu paradoks yang menunjukkan adanya kekuatan rohani yang mengatur hidup manusia. Dengarlah ucapan Yu Darmas: “Sira aja kawasesa dening wektu, nanging dadiya wektu iku dhewe.” Karena jangan biarkan dirimu dikejar-kejar waktu, jadi serba salah, terlambat. “Terlambat adalah tirani waktu,” dari masyarakat modern yang waktunya ditentukan oleh orang lain.

 

Come on Bung!” jawab Ciprut, “Waktu itu, jam itu, adalah cara canggih untuk menata kehidupan bersama. Ingatlah janji Yang Kung yang katanya mau njemput aku dari sekolah pukul 12.00, ternyata sampai pukul 13.00 beliau belum muncul juga, itu tidak hanya merusak jadwal les renang saya, tapi seluruh hari harus di-reschedule to ya!” (hebat jga cucu kontemporer ini). “Itulah sebabnya saya minta Yang Kung membelikan jam tangan Rolex, supaya tidak ada yang telat dalam janjian.”

 

Ya, ya, janjian, komitmen, adalah bukti kegagalan orang jawa untuk mengatur kehidupan bersama!

 

Bagi Kromo sih, waktu adalah tirani kekuasaan yang membuat manusia terdesak, terppet, terkendali! Dengarlah kata-kata Kromo “Pada zaman pewayangan dulu orang bisa membebaskan diri dari tirani waktu Abimanyu yang nurut petung baru 20-an tahun menikah dengan eyangnya Dewi Utari – nah karena berontak pada waktu itulah, para dalang Jawa membuat Dewi Utari itu muda terus – tidak dikuasai waktu sehingga tetap cantik untuk dinikahi Abimanyu. “Lha saya, ujar Kromo adalah contoh orang yang bebas dari tirani waktu, tidak seperti Ciprut yang dikuasai habis oleh waktu, pukul 05.00 bangun, pukul 06.00 sudah siap ke sekolah, pukul 16.00 les renang, pukul 8.00 thit siap menyelesaikan PR sekolah – lha njur merdekanya kapan Prut!

 

Pertanyaan adalah: “Bagaimana membebaskan diri dari dampat telat bagi orang Jawa?!

 

Enak saja Kromo menjawab: “Waktu pesawat Garuda datang ke Yogya, terhempas dan terbakar mestinya saya naik pesawat itu, untung saya terlambat, jadi saya selamat!”

 

Tuhan tidak membuat waktu terlalu cepat atau sebaliknya terlalu lambat dan semestinya. (Tuhan menjadikan segala sesuatunya “indah” pada waktunya, ujar Ciprut meniru eyangnya.)

 

Suara Merdeka Minggu April 15, 2007, halaman 29

 

No comments: