Search

Friday, February 10, 2023

Membesarkan Anak 2

 

Sebuah kasus yang terjadi pada hari ini di tempat aku bekerja langsung mengingatkanku pada sebuah postingan yang kutulis di awal tahun ini (you can view it in my other blog at Membesarkan_Anak ). For further information you can also click 80 Persen Anak Indonesia Berpikiran Negatif

 

Jika di post 'Membersarkan Anak' aku menulis sebuah kasus yang baru pertama kali kuhadapi dalam karir mengajarku, dimana kasus ini terjadi pada si anak kedua, maka di post ini aku dengan sedih akan menulis bahwa ternyata kasus yang sama pun ternyata 'akhirnya' menular ke sang kakak padahal sebelum ini si kakak dikenal sebagai seorang anak yang rajin, serius, dan cerdas dalam kegiatan sekolah.

 

Dalam post yang kusebut di atas, si adik merasa tidak diinginkan, tidak didengarkan oleh teman-teman plus gurunya di sekolah sehingga dia merasa malas berangkat sekolah. Selain itu, dia merasa 'eksistensi diri'nya terganggu karena di kelas ada seorang siswa yang di matanya 'sempurna' -- cerdas, cantik, plus memiliki tubuh yang tinggi dan langsing. Dia ingin seperti itu namun apa daya ... 'Kecemburuan' (?) kepada teman sekelas ini dia gunakan sebagai salah satu alasan untuk menghindari sekolah, karena dia merasa sebagai 'produk gagal'. T.T

 

 

Satu tahun akademik berlalu.

 

Di awal tahun ajaran 2011/2012 si adik 'mendadak' mendapatkan kembali antusiasme untuk berangkat sekolah. (She is in the ninth grade while the 'perfect' classmate has been promoted to the tenth grade. (She no longer needs to 'fight' with jealousy toward a classmate?) Namun ternyata 'kesembuhan' sang adik berbanding terbalik dengan sang kakak. 'Mendadak' pula sang kakak menjadi begitu malas berangkat ke sekolah with no reason except that "I am tired to be someone who is not myself."

 

You can guess that eventually sang adik pun jadi ketularan malas berangkat sekolah. 

 

As a result, dua kakak beradik ini telah membolos dari sekolah selama kurang lebih dua bulan.

 

Hari ini adalah 'parent-teacher interview' day. Sang ibu datang dan curhat dengan sang wali kelas, memiliki dua anak yang baginya begitu sulit untuk dididik. Ketika si ibu berkata kepada dua anak putrinya, "Why don't you understand your sad Mommy?" Mereka menjawab, "Don't you know Mom that our burdens are even far bigger than yours?"

 

Jika di post "Membesarkan Anak" aku menulis 'beban' si kakak untuk selalu membantu mengerjakan apa pun yang dikerjakan oleh sang adik (PR dari sekolah, atau apa pun yang dikerjakan oleh sang adik, misal ketika di sekolah sang kakak membawakan tas, buku-buku bahkan termasuk lunch box sang adik, sehingga sang adik cukup berjalan melenggang tanpa membawa beban apa pun), dan dia tidak protes, maka inilah mungkin saat dia protes. Ketika dia melihat sang orangtua tidak mampu melakukan apa pun untuk 'membenahi' tingkah laku sang adik -- misal membolos dari sekolah selama berbulan-bulan -- kali ini she took revenge: dia melakukan hal yang sama.

 

P.S.

hanya sekedar coretan kecil yang membuatku merenung, sekaligus bersyukur my Lovely Star is a very sweet and nice daughter.

 

GL7 14.00 141011

 

N. B.:

aku copas dari blog ini

 

No comments: