Search

Thursday, February 23, 2023

JOGJA O JOGJA

 


Di salah satu web, saya menemukan beberapa artikel yang memiliki tema "saya menyesal mengapa dulu saya tidak kuliah di Jogja" dan artikel lain yang menceritakan tentang rasa syukur si penulis karena dia tidak jadi kuliah di Jogja.

 

Sebagai seseorang yang pernah menghabiskan hidupnya beberapa tahun (dalam 2 kurun waktu yang berbeda) tentu saja tema yang kedua sangat menarik perhatian saya. What seems to be the problem? Kok segitu parahnya Jogja -- kota klangenan saya ini -- sehingga si penulis mengucapkan rasa syukurnya karena dia tidak jadi kuliah di Jogja. Ternyata, penyebab utamanya adalah (masih) maraknya klitih dan kesan pemerintah yang tidak peduli dengan kasus yang telah memakan korban nyawa ini. Baiklah, saya terima.

 

Sementara itu, di topik yang pertama, si penulis membuat 3 kategori mereka yang pernah tinggal di Jogja. Pertama, orang-orang yang memandang Jogja dengan romantis sehingga tidak mudah move on. Meski mereka telah meninggalkan Jogja, mereka akan selalu terkenang pada Jogja. (satu hal yang konon tidak banyak terjadi pada mereka-mereka yang pernah kuliah di kota lain, misal Semarang, Surabaya, Jakarta. Tidak ada kaitan romantisme dengan kota-kota yang pernah mereka tinggali saat kuliah.) Yang kedua, orang-orang yang kemudian memilih tinggal di Jogja, entah karena mendapatkan pekerjaan di sana, atau dapat jodoh orang Jogja. Yang ketiga, gabungan keduanya, namun karena paham sisi 'gelap' Jogja sehingga merasa tidak lagi perlu memupuk rasa romantisme itu.

 

Meski saya tidak pernah pacaran ketika tinggal di Jogja (poor me, eh? Lol) saya termasuk golongan pertama. Dan ternyata hobi bersepeda saya membuat saya jadi sering dolan ke Jogja. Awalnya dulu, saya ngikut di mana kawan-kawan komunitas menginap di daerah mana. Akhir-akhir ini, dengan sengaja saya akan memilih menginap di kawasan Jalan Kaliurang km 5, karena saya pertama kali ngekos di kawasan itu. Setiap berjalan kaki di kawasan itu, saya merasa seperti kembali ke rahim ibu. (lebay ya? Hihihi …) Kecuali jika saya ke Jogja karena mengikuti event sepedaan dan titik kumpul terletak lumayan jauh dari Jakal km 5.

 

Mungkin karena saat kuliah dulu, saya sering mendengar suara marching band di saat Subuh?

 

Waktu kuliah di American Studies, saya dan beberapa kawan pernah membahas suara marching band ini. Seorang kawan bilang dia tidak pernah mendengarnya, dia bilang, "syukurlah aku ga pernah dengar suara marching band di pagi buta itu, yang katanya bakal membuat seseorang bakal kembali lagi ke Jogja. Aku ogah balik lagi ke kota ini."

 

Guess what? Sekitar 7 tahun lalu saya mendengar kabar bahwa dia melanjutkan kuliah S3 di American Studies UGM lagi! Hohoho …

 

Barangkali kita tidak bisa menolak jika rasa romantisme itu mengikat kita pada satu tempat, tanpa kita sadari. Apah? Kita? Saya saja kali ya? Hihihi …

 

PT56 12.43 23.02.2023

 

No comments: