Search

Friday, July 13, 2007

Musim Liburan

“Musim liburan” ternyata bisa juga berarti “musim kecelakaan”. :( Berapa kecelakaan yang terjadi secara beruntun di “musim liburan” tahun ini yang telah dimuat di surat kabar cetak maupun diberitakan lewa media elektronik? Mulai dari rem blong sebagai penyebab kecelakaan (yang terjadi pada rombongan SD Ciantra 2 Cikarang Selatan, atau rombongan siswa SMP Ar-Ridho Jati Mulya Depok) sampai ke sekumpulan anak-anak yang meninggal karena keracunan gas beracun di Kawah Ratu Gunung Salak (terjadi pada enam siswa SMP 67 Jakarta.) Aku juga masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu yang menimpa sebuah SMK Sleman tatkala bus yang ditumpangi terbakar, dan hampir seluruh siswa satu kelas menjadi korbannya.
Hal ini membuat seorang rekan kerja komplain, “Memang sebaiknya sekolah itu tidak perlu mengadakan wisata seperti itu jikalau akhirnya malah akan menyebabkan sejumlah nyawa terbuang percuma. Buat apa sih mengadakan wisata seperti itu? Mending juga tidak usah. Selain kita sebagai orang tua bisa mengirit pengeluaran—baik untuk membayar iuran untuk wisata itu sendiri, maupun memberikan uang saku selama anak kita pergi—kita juga tidak perlu khawatir yang berlebihan tatkala anak kita pergi jauh tanpa pengawasan kita secara langsung.”

Teman kerjaku ini beberapa bulan lalu mengalami kejadian yang kurang mengenakkan. Tatkala musim “class meeting” semester ganjil 2006/2007 kemarin, anaknya minta ijin untuk ikut rombongan teman-teman sekolahnya pergi ke Yogya untuk mengikuti seleksi olimpiade Sains. Temanku tidak mengijinkan anaknya ikut dengan alasan, “Kalau terjadi apa-apa di perjalanan, nanti kamu malah tidak jadi ikut study tour ke Bali. Kan sayang.” Si anak yang tahun ini naik ke kelas III SMA pun mengikuti anjuran bapaknya untuk tidak ikut rombongan ke Yogya. Sebagai ganti, dia bermain sepak bola sore harinya dengan beberapa teman lain. Guess what happened? Kecelakaan justru terjadi pada waktu bermain sepak bola. Entah bagaimana cerita lengkapnya yang kudengar adalah anaknya mengalami patah tulang tangan kiri ketika terjatuh berebut sepak bola. Akibatnya? Dia pun tidak bisa ikut study tour ke Bali yang dilaksanakan seminggu setelah dia mengalami patah tulang karena dia harus menjalani perawatan.

Terus terang aku juga kadang-kadang merasakan hal yang sama dengan rekan kerjaku itu. Inginnya tiap kali Angie pergi berwisata ke satu tempat, aku pun ikut serta. Waktu Angie duduk di bangku SD dan bepergian pertama kali dengan teman-teman sekolahnya, rasanya ingin aku ikut. Kebetulan waktu itu dia berdarmawisata ke Yogya dan aku pun telah menjadi “penduduk sementara” Yogya karena kuliah. Aku minta ijin untuk diperbolehkan berangkat bersama rombongan dari Semarang. Setelah selesai acara, tatkala mereka kembali ke Semarang, aku akan tinggal di Yogya, karena memang aku harus stay di sana. You know what? Angie menolak mentah-mentah ide ini. “Malu-maluin,” katanya.

Akhirnya aku berangkat seperti biasa naik bus Nusantara. Sekitar pukul 12 aku menuju Monumen Jogja Kembali karena menurut jadual sekitar jam itu Angie beserta rombongan akan ke sana. Setelah nungguin beberapa puluh menit di pintu masuk, akhirnya rombongan Angie datang. You know what? Angie didn’t really welcome me. LOL. Masih tetap dengan alasan yang sama, “Malu ah, udah gede gini mosok Mama ngikutin kemana pun Angie pergi?” Justru teman-teman Angie yang heran melihatku ikut rombongan masuk ke Monumen Jogja Kembali. Mereka bertanya, “Kok nyokapmu tiba-tiba ada di sini Ngie? Emang tadi ikutan naik bus yang mana?” LOL.

Dari Monjali mereka melanjutkan perjalanan ke Malioboro. Dengan setengah dipaksa oleh Angie, “Mama pulang kos aja, ga usah ngikutin kemana pun Angie pergi. Ok? I will be fine. Ok?” LOL akhirnya aku pun pulang kos tatkala bus rombongan Angie berangkat menuju Malioboro. Aku berbicara dalam hati, “Anakku sudah besar. I have to let her go and enjoy having fun with her friends.”

Setelah itu (Angie kelas 6 SD), tatkala Angie duduk di bangku SMP, dia beberapa kali mengikuti wisata dengan teman-teman sekolahnya. And I could do nothing but let her go. Aku ingat waktu aku duduk di bangku SMP dan SMA aku paling tidak suka tatkala orang tuaku tidak mengizinkanku pergi camping ataupun yang lain-lain. Untunglah aku masih bisa menikmati ikut pergi ke Surabaya (waktu kelas 3 SMP) maupun ke Bali (waktu kelas 2 SMA). So? Aku tahu aku akan membuat Angie sangat sedih seandainya aku tidak mengizinkannya ikut berdarmawisata dengan teman-teman sekolahnya, meskipun alasannya adalah, “I love you honey. I want nothing wrong happens to you.”

So? Bagaimana dengan “musim kecelakaan” di musim liburan ini? Harus kuakui pilihan yang sangat sulit bagi orang tua. Bagiku sendiri, well, tut wuri handayani aja deh. Loh apa hubungannya? LOL. Kita sebagai orang tua sebaiknya tidak terlalu protektif yang hanya akan membuat anak kita merasa seperti terpenjara. Kata orang bijak, seperti tatkala kita main layang-layang, kita lepas kepalanya, namun tetap kita pegangi ekornya. (Angie punya ekor ga ya? Wakakakaka ...) Angie has her own life, her own choice. But as her mom, absolutely I will always be wherever and whenever she needs me, in all kinds circumstances. Kecuali kalau panyakit aloof-ku sedang kumat. Halah, podo wae? Wakakakaka ...

PT56 14.30 100707

No comments: