Search

Tuesday, July 17, 2007

How technology savvy are you?

 


How technology savvy are you?

Sekitar 10 hari yang lalu aku menghadiri acara ‘dissemination of HI4” yang diselenggarakan oleh kantor. Aku dan adikku bekerja di sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris yang sama namun berbeda afiliasi. 

Ketika acara akan dimulai trainer dari Jakarta heran karena para guru kebanyakan duduk di sisi yang berbeda, guru-guru dari afiliasi tempatku bekerja duduk di sisi Utara (kalau aku tidak salah membaca mata anginnya LOL), sedangkan guru-guru dari afiliasi yang lain di sisi Selatan. Itu sebab sang trainer dengan hormat meminta kita untuk berbaur, toh we are colleagues, not foes.LOL. Verra yang semula duduk di sisi kananku dengan rela pindah ke tempat duduk lain. Sebagai gantinya seorang guru dari afiliasi yang satunya duduk di sampingku. Dengan ramah dia langsung menyodorkan tangannya, “Inez” sambil menyebut namanya.

Aku menyambut uluran tangannya dengan hangat sambil menyebut namaku, “Nana.”
Kemudian Inez berkomentar, “Kakaknya mbak Lala ya?”

Adikku yang di rumah dipanggil Nunuk namun di tempat kerja dipanggil Lala ternyata telah membuat namaku cukup terkenal di kantornya. LOL.

“Iya,” jawabku sambil tersenyum manis. (Suwer, ini fakta, bukan gosip. Wakakakaka ...)

Setelah itu kita sibuk mengikuti acara diseminasi—or whatever you call it—sehingga tidak sempat ngobrol. Ketika pembagian kelompok untuk meneliti hasil tulisan siswa HI4 yang telah melewati ujian kelulusan, aku bekerja dengan Agung, rekan sekantorku yang duduk di sebelah kiri, plus Bimo, guru dari afiliasi yang lain yang duduk di sebelah kiri Agung. Again I didn’t have time to chat with Inez.
Meanwhile, ternyata Inez yang telah mengetahui bahwa aku adalah kakak Lala sebelum berkenalan langsung denganku, cukup penasaran ingin ngobrol denganku. Di tengah-tengah diskusi hasil tulisan tiga siswa HI4, Inez membuka percakapan,

“Mbak Lala itu technology savvy ya?”

Aku heran mendengarnya karena menurutku adikku ga savvy amat dengan teknologi. Maklum, aku membandingkannya dengan Abang yang expert in technology. LOL. Namun untuk tidak mengecewakannya (sembari berusaha kira-kira apa ya yang membuat Inez beranggapan bahwa adikku technology savvy?), aku tersenyum mengiyakan, “yah ... lumayanlah,” jawabku.

“Lihat aja gadget yang dia miliki, digital camera, PDA, hape yang featuresnya lumayan lengkap.” Kata Inez lagi.

Aku manggut-manggut.

“Apa mbak Nana juga technology savvy kayak mbak Lala?” tanya Inez.

“Well ... no. You know she is still single. It means that she can use up all her earnings for herself, to buy some sophisticated things that for other people are not really necessary. I have a daughter. It means I have to divide my earnings into two, my own needs, and for daughter.” Jawabku berkilah. LOL.
Inez gantian manggut-manggut. 

“Anak mbak Nana berapa?” tanyanya kemudian.

“Satu. Naik kelas !! SMA,” jawabku.

“Aku juga punya anak satu, umur 8 bulan. Beberapa minggu yang lalu mbak Lala jepret-jepret anakku trus dikirimkannya ke email suamiku. Wah bagus-bagus deh.” wajah Inez begitu riang ketika mengatakan hal itu.

Aku tersenyum mendengarnya. Aku ingat adikku menceritakan hal itu juga dan merasa senang karena membuat seorang temannya senang.

Namun, tiba-tiba Inez bertanya, “Anak mbak Nana naik kelas berapa?”

“Kelas II SMA,” jawabku, heran. Dia tidak mendengar dengan jelaskah pernyataanku tadi?

Wajah Inez menunjukkan keheranan yang kental, terus menatap wajahku dengan teliti seolah-olah ingin menaksir umurku berapa, kok punya anak naik kelas II SMA. LOL.

“Oh ... mbak Lala sering cerita tentang keponakannya yang bernama Angie. Apa mbak Nana ini mamanya Angie?” tanyanya.

“Betul. Ya memang baru satu itu keponakan adikku,” jawabku geli.
“Oooo....’ komentar Inez, seolah masih belum percaya aku yang masih imut ini memiliki anak naik kelas II SMA. Hahahaha ...

****

Meanwhile pernyataan Inez bahwa adikku technology savvy membuatku berusaha membandingkanku dengan adikku. Dalam beberapa hal aku memang kalah savvy dibanding dia.

1. Flash disk

Nunuk telah menggunakan teknologi flash disk jauh sebelum aku mendapatkannya secara cuma-cuma dari Abang bulan September 2006, sebagai salah satu hadiah ulang tahunku. Nunuk yang menyarankanku untuk membeli kabel perpanjangan untuk mencolok flash disk karen CPU yang kumiliki tidak punya tempat colokan flash disk di depan, melainkan di belakang CPU.


2. MP3 player

Nunuk telah menggunakan media pemutar musik ini jauh sebelum aku mendapatkannya secara cuma-cuma dari Abang bulan November 2006, sebagai penghibur rasa sedihku kehilangan pekerjaan. Aku yang gaptek tidak tahu bagaimana cara menggunakan MP4 player (punyaku selangkah lebih keren dibandingkan punyanya), sehingga Nunuk yang mencoba-coba memakainya dan mengajariku. 

NOTE: waktu bingkisan dari Abang datang, aku cuma mengamatinya dengan takjub, dan merasa bego sekali, “How to use it?” LOL. Kemudian aku tinggalkan di kamar tatkala aku berangkat bekerja. Sepulang dari kantor jam 9 malam, Angie yang telah diajari Nunuk gantian menunjukkan kepadaku bagaimana cara menggunakannya.


3. PDA

Nunuk telah membeli PDA (meskipun used PDA LOL) jauh sebelum aku mendapatkan notebook secara cuma-cuma dari Abang. 


4. Hape

Saat ini hape yang kumiliki adalah Samsung SGH X640 berteknologi digital camera VGA sementara Nunuk menggunakan hape SonEr entah seri yang mana, namun digital cameranya lebih canggih dibanding punyaku, bisa dihubungkan dengan MMC (opo kuwi mboh gak ruh LOL), juga memiliki blue tooth. Hapeku ga ada blue tooth maupun infra red.


5. Digital camera

Untuk satu hal ini aku tidak punya. Well, untuk sementara kupikir digital camera yang ada di hapeku maupun di hape Angie yang SonEr K510i sudah cukup memadai. 

Nevertheless, dalam blogging aku lebih savvy dibanding Nunuk, maklum aku bisa dikategorikan blog addict sedangkan dia ga terlalu. Namun berkat provokasiku dia pun punya account di multiply dan friendster. Pernah juga membuat account di www.blog.co.uk namun kemudian tidak dia openi lagi. 
Sementara itu, dibandingkan aku dalam hal blogging, Abang yang technology expert pun kalah. Bukan karena dia gaptek, melainkan karena dia ga punya waktu untuk buka-buka diri di forum publik begini. Mana maulah dia menyediakan waktu khusus untuk bagaimana mempercantik tampilan sebuah blog, dll. Dia lebih suka menyediakan waktu untuk bermilis ria. 

****

Hari Senin kemarin, tiba-tiba salah satu siswa kelas Advanced 4 bertanya padaku, “Miss Nana, what is your friendster address? Do you mind if I add you in my friend list?”

“Sure, why not?” trus aku menulis alamat emailku di white board.

“Kakakku toh Miss ga mau tuh mau ku-add di friendster. Katanya, orang tiap hari ketemu di rumah juga ngapain pake ketemu di friendster lagi,” katanya.

“Oh, I put my daughter on the first rank in my friendster list,” jawabku. “We meet everyday at home,” I went on saying.

“Enak ya anaknya Miss Nana,’ celetuknya.

“Why?” tanyaku heran.

“Iya, soalnya Mamanya ga gaptek.”

LOL. LOL. LOL.

PT56 13.35 170707

No comments: