Search

Friday, July 13, 2007

Ke Bengkel

Aktifitas yang selalu kuhindari akhir-akhir ini adalah membawa motor ke bengkel. Super males pokoknya. Padahal, motor kesayanganku ini (honda Grand Astrea keluaran tahun 1996, sudah bisa masuk kategori jadul nih sekarang LOL) dengan sangat setia menemani kemana pun aku pergi tiap hari: Ngantar Angie ke sekolah, ke Paradise Club fitness center, ke kantor, dan ke warnet (kebetulan 4 tempat ini letaknya tidak terlalu berjauhan, aku hanya butuh kurang dari 7 menit dari rumah). Kadang-kadang aja aku ke Gramedia yang tidak jauh pula jaraknya dari tempat tinggalku. Well, aku memang beruntung karena tinggal di satu daerah yang bisa dimasukkan ke downtown area.
FYI, aku ke bengkel sekitar bulan Februari 2006. Itu pun terpaksa. (Kalau ga terpaksa begitu tentu aku ga bakal ke bengkel juga bulan itu. LOL.) Aku baru saja mengurus perpanjangan STNK dan aku mendapatkan plat nomor kendaraan baru yang harus kupasang di motor. Lima tahun sebelumnya (2001) aku pasang plat nomor kendaraan itu sendiri. Namun tahun 2006 kemarin aku males memasangnya sendiri (dasar pemalas berat nih aku  ) Untuk itulah aku membawa motor ke bengkel. Yang paling utama bukan untuk servis motor tapi untuk memasang plat nomor. Dan waktu itu, aku harus ngendon di bengkel dalam waktu cukup lama, hampir sekitar 3 jam.
Mengapa aku super males ke bengkel untuk servis motor?
Pertama, males.
Wakakakakaka ...
Well, aku males nungguin mekanik melakukan ini itu sementara aku menjadi idle. Aku bisa sih bawa buku untuk membaca. Namun semenjak aku gila blogging dan maunya memproduksi tulisan, dan bukan sekedar membaca, aku menjadi tidak puas jika aku harus menahan diri dalam waktu sekitar 3 jam dalam keadaan idle begitu. Pengennya tatkala aku membaca satu dua paragraf di satu buku/artikel, dan aku mendapatkan ide menulis, aku ingin segera menuliskannya, ga sabar kalau harus menunggu pulang ke rumah, atau eman-eman kalau ide yang mampir ke benakku tiba-tiba hilang karena tidak segera dituliskan. Semenjak terbiasa pergi kemana-mana membawa my cutie notebook dan scribble di situ, aku males kalau harus menulis di kertas menggunakan bolpen. Kalau menulis diary masih agak mending. Tapi kalau menulis sesuatu untuk blog, wah, repot poll.
Mengapa aku ga langsung scribble aja di cutie? Well, akhir-akhir ini cutie sering mogok. Baru nyala 30 menit (dengan keadaan battery full pada waktu aku nyalakan), udah ngomel-ngomel padaku minta diistirahatkan. Di bengkel tentu aku merasa ga enak kan kalau minta aliran listrik untuk menghidupkan cutie kembali?
Alasan kedua: males kalau dikecengin mekanik yang tiba-tiba jadi narsis begitu tahu ada cewe cakep ke bengkel. Wakakakakaka ... Apalagi stereotyping bahwa bengkel itu “dunia kaum laki-laki” masih kuat menurutku. Ogah banget kalau ditanyain, “Kok bawa motor sendiri ke bengkel mbak? Masnya kemana?”
Satu hal yang memang kuakui aku harus belajar banyak dari Abang untuk nyuekin apa yang diomongin orang. (Seperti kata dia yang dia cuma ketawa aja waktu ada seorang member milis ngatain dia sebagai seseorang yang sombong. LOL.) Kupikir tentu Abang akan nyaranin aku jawab begini, “Bilang aja ‘Masnya ke kantor’, ato ‘Masnya sedang melanglang buana ke belahan bumi Selatan’ ato apa kek. Jangan mudah sewot gitu dong Non!” LOL.
Hari Kamis 5 Juli kemarin akhirnya aku bawa motor ke bengkel untuk servis setelah beberapa hari sebelumnya motorku mogok, busi minta diganti yang baru. Waktu aku cerita ke adikku tentang motor mogok ini, plus bahwa telah satu tahun motor ga kubawa ke bengkel, dia melotot dan bilang, “Kamu tuh kebangeten kok mbak!!!” LOL. Ini pun setelah aku menemukan satu bengkel yang terletak tak jauh dari salon tempat aku biasa creambath. Daripada bete nungguin motor diservis, mending aku ke salon.
Sesampai di bengkel, motor kuparkir di depan. Seorang mekanik keluar menyambutku bertanya, “Motornya mau diapain mbak?”
Aku: “Servis mas.”
Mekanik: “Servis kecil atau besar sampai ke sekring?”
Aku: “Besar aja mas. Sekalian ganti oli dll karena motor ini telah lebih dari satu tahun tidak pernah diservis.”
Mekanik langsung melotot mendengarnya, sambil geleng-geleng kepala. LOL. Aku menerjemahkan mimik wajahnya, “How could you???” hahahaha ...
Aku: “Mas, kutinggal ke salon ya?”
Mekanik: “Ya mbak. Ini lampu-lampu diganti ga mbak? Accu-nya juga dicek?”
Aku: “Iya, semuanya aja.”
*****
Aku di salon kurang lebih selama satu setengah jam untuk creambath. Aku super jarang facial karena aku merasa ga butuh-butuh amat. Toh aku rajin membersihkan wajah setiap hari dengan cleanser dan toner.
Sesampai di bengkel, seorang mekanik langsung laporan, “Mbak, nih onderdil-onderdil yang perlu diganti. Mbok ya punya motor tuh diopeni dengan baik.” Bla bla bla ... LOL.
Karena servis belum selesai, aku duduk di bangku yang tersedia, mengeluarkan SRINTHIL media perempuan multikultural yang memang sengaja kubawa di tas dan membaca. Kadang aku scribble di diary.
Saat aku resah kebosanan akhirnya usai pula lah penantianku. Si mekanik tak lupa wanti-wanti padaku, “Jangan males bawa motor ke bengkel dong mbak. Paling ga tuh dua bulan sekali.” Aku manggut-manggut aja. Semoga aja dua bulan lagi aku ga males. LOL. Mending juga nongkrong di depan desktop di rumah, ngetik sesuatu untuk blog.  ditemani secangkir kopi lagi.
PT56 22.45 070707

2 comments:

Nana Podungge said...

hahahahah ...

sekarang aku rajin bawa motor ke bengkel, sambil mampir ke salon tentunya, buat creambath atau pun facial. :) apalagi sekarang ada smartphone yang bakal membuatku ga idle lagi nungguin motor diservis :)

btw, busway, sekarang kemana-mana aku ga selalu tergantung pada motor jadulku, karena sekarang aku punya SEPEDA! yayyy ... aku juga bersepeda lhoooo ... sehat yaaa? #gepenting yak?

Nana Podungge said...

rereading this again in April 2022, I laughed out loud by myself, lol.

aku tetap super jarang bawa motor ke bengkel karena memang jarang kunaiki. aku tetap lebih memilih naik sepeda untuk pergi kemana-mana. sebelum pandemi, masih agak mending minimal motor kunaiki sebulan sekali ketika Ranz ke Semarang. aku harus menjemputnya, mengajaknya jalan kemana pun dia mau, karena dia malas bawa sepeda. setelah pandemi, Ranz tentu kian jarang kesini, belum tentu sebulan sekali. consequently, aku harus rajin manasin.

btw, untuk belanja bulanan, jelas naik motornya Angie. dan perasaan, Angie juga jarang bawa motor ke bengkel, kecuali kalau ada masalah saja. hahahahaha ...

28 April 2022