Search

Monday, July 03, 2006

Tobat? :-D

“Alo mbak Fe, kok sekarang gak pernah chatting? Dah tobat ya?”

Seseorang yang menyebalkan mengirim message seperti itu ke hapeku semalam. Coba perhatikan kata ‘tobat’. Bukankah kata ‘tobat’ itu biasa dipakai oleh seseorang yang menyadari bahwa dia telah melakukan suatu kesalahan atau dosa, kemudian ingin berhenti melakukan hal tersebut dengan mengatakan, “Aku sudah tobat.”
Itu berarti bagi seseorang yang bagiku yang menyebalkan itu kegiatan chatting adalah suatu kesalahan, sehingga ketika aku tak lagi melakukan hal tersebut, aku dianggapnya telah ‘tobat’.
Mengapa chatting dianggap sebagai suatu kesalahan, bahkan dosa?
Hal ini tentu kembali ke ‘peraturan-peraturan’ dalam hidup yang kita percayai dan seyogyanya kita ikuti. Siapa yang membuat peraturan-peraturan tersebut? Masyarakat? Kepala masyarakat (alias pemimpin masyarakat alias pemerintah))? Agama? Pemuka agama? Atau diri kita sendiri? Boleh kan kita membuat batasan-batasan dalam hidup kita ini?
Konsensus dalam masyarakat yang aku amati selama ini, misalnya, ketika seseorang telah menikah, maka dia HARUS setia kepada pasangannya. Setia ini tentu banyak macamnya, dari yang ekstrem: misalnya sampai tidak bersosialisasi dengan lawan jenis (karena dikhawatirkan akan terjadi daya tarik menarik sehingga menimbulkan kemungkinan untuk tidak setia), seorang suami mungkin mengharuskan istrinya tinggal di rumah saja, dengan kekhawatiran yang sama; hal ini menimbulkan kemungkinan yang serupa, seorang istri mungkin mengharuskan suaminya tinggal di rumah, karena khawatir suaminya akan tertarik dengan perempuan-perempuan lain yang ditemui suami di luar rumah, bukankah hasil riset beberapa tahun yang lalu menyimpulkan bahwa dua dari tiga laki-laki di Jakarta pernah melakukan selingkuh, sehingga persentase pelaku selingkuh lebih banyak laki-laki dari pada perempuan? HARUS SETIA yang biasa-biasa saja (baca  tidak ekstrem): boleh-boleh saja bersosialisasi dengan lawan jenis, asal tahu batas. Batas ini pun kemudian bisa dibagi lagi: misal, hanya ngobrol, tanpa pernah naik motor/mobil bersama teman lawan jenis, dengan alasan apa pun. Atau boleh saja ngobrol, naik motor/mobil bersama, asal tidak yang lebih intim dari itu: misal keluar makan berdua dengan lawan jenis, dll.
Ada juga konsensus lain yang aku dapatkan dari masyarakat. Seseorang (terutama perempuan) yang telah menikah harus lebih memprioritaskan kepentingan keluarga di atas kepentingan dia sendiri, maka dia akan di’hadiahi’ label sebagai “perempuan yang baik”; “istri yang setia”; “ibu yang bisa menempatkan diri bahwa dia tak lebih penting dari anak dan juga suami.”
Setahuku hal itu semua hanyalah konsensus, dan bukan peraturan baku yang ditulis dalam Undang-Undang. Namun sepertinya semua anggota masyarakat harus mematuhinya, kalau tidak ingin dianggap sebagai anggota masyarakat yang ‘mbalelo’.
Kembali ke sms yang kuterima tadi malam. Seolah-olah ada konsensus yang mengatakan bahwa dunia chatting hanyalah milik orang-orang yang masih single. Mengapa?
Harus kuakui berdasarkan pengalamanku coming back to the cyber chatting life since 2004, sebagian besar chatters yang kutemui mengatakan padaku bahwa mereka sedang mencari pacar, atau soul mate. (Ingat, sebagian besar tidak berarti SEMUA!) Dan jika kuhubungkan dengan konsensus untuk orang yang telah menikah bahwa mereka HARUS SETIA (misal: tidak boleh bersosialisasi dengan lawan jenis,) maka masyarakat akan dengan mudah menghakimi orang-orang yang telah menikah chatting sebagai orang-orang yang salah, bahkan mungkin berdosa. (Oh well, bukankah dosa bukan urusan manusia, melainkan urusan Tuhan? Hanya Tuhan yang paling berhak menghakimi apakah seseorang berdosa atau tidak.)
Aku ingat di tahun 2004 lalu aku pernah chat dengan seorang laki-laki yang menilai aku sebagai seorang pemimpi yang naif ketika aku mengatakan padanya bahwa aku mencari seorang teman lewat dunia maya, dan bukan seseorang yang bisa kuajak selingkuh.
Ada tipe orang yang bisa menjadi dirinya sendiri (baca  berbicara terbuka tentang apa saja) tatkala dia chat di dunia maya, meskipun mungkin dia memakai nick dan identitas yang berbeda dari yang sebenarnya. Orang-orang yang terkungkung dengan kosensus-konsensus semu dan ‘pura-pura’ bahagia dengan keadaannya, akan menemukan media menjadi diri sendiri manakala dia chatting. Ada kemungkinan bukan bahwa seseorang akan bisa memperoleh teman lewat dunia maya? Dan bukan hanya mencari partner untuk ‘sex on one night stand’?
Aku adalah seorang pembosan. Ada saat-saat di mana aku begitu menikmati chatting, baik lewat IRC maupun YM, ngobrol dengan banyak chatters dengan berbagai macam karakter. Sejak tahun 2004 aku memiliki beberapa teman chat yang asik, memang tidak banyak. Bukankah sulit mencari jarum di antara tumpukan jerami? Dan dengan adanya friendster, kita tetap terhubung karenanya.
Semenjak aku aktif ngeblog di awal tahun ini, chatting lewat IRC maupun YM tak lagi menarik bagiku. Aku lebih suka mengembangkan bakatku menulis lewat blog dari pada chatting. Merupakan suatu kebetulan belaka jika teman-teman chat ku yang asik yang kusebut di atas juga mulai menghilang dari dunia maya karena kesibukan masing-masing. Aku tetap ‘chatting’, namun aku melakukannya lewat blog, saling membaca postingan teman di blog mereka masing-masing, kemudian mendiskusikan beberapa topik yang menarik, bukankah itu juga chatting namanya?
Kegiatan online tarakhir yang kulakukan adalah mengikuti mailing list, seperti yang kutulis di postingan sebelum ini. Aku membaca message yang masuk, ikut berkomentar kalau aku merasa tertarik untuk ikut meramaikan suasana. Hal ini bisa disebut chatting juga kan?
Semenjak lulus kuliah dari American Studies UGM dan kembali ke kota kelahiranku tercinta, Semarang, aku tetap aktif online. I go online everyday, kecuali Minggu, karena kantor libur. LOL. Gak enak aja sama satpam kalo tiba-tiba aku nongol ke kantor, hanya untuk online gratis. LOL. Kebetulan juga warnet tempatku mangkal (kalo lagi males ke kantor) tutup kalo hari Minggu. Ke warnet lain? Males, mahal sih. LOL.
So, mengapa aku harus merasa melakukan kesalahan dengan chatting? Aku adalah seseorang yang memiliki rasa kepercayaan diri yang lumayan. Aku percaya bahwa hidupku adalah milikku, sehingga tak akan kubiarkan peraturan macam apa pun membelenggu kegiatanku. Yang penting lagi adalah, aku tidak melakukan kejahatan yang menyebabkan orang lain merasa rugi karenanya.
PT56 15.28 020706

No comments: