Search

Saturday, February 16, 2019

Tentang seorang sahabat


Aku mengenalnya 20 tahun yang lalu, tahun 1999, ketika pertama kali dia datang ke tempatku bekerja, sebagai karyawan baru. Tak lama kemudian begitu saja kita menjadi akrab, kutengarai karena sifatnya yang supel menghadapi orang, sehingga aku yang seorang aloof mudah dia dekati. Sebagai seornang perempuan, sifat supelnya itulah yang paling menonjol dari dirinya sehingga mudah orang tertarik padanya, meski dari segi wajah dia tidak istimewa; satu hal yang dia sadari sendiri.



Banyak hal yang aku timba dari obrolan-obrolan kita saat itu, terutama tentang laki-laki. :) cara berceritanya yang menyenangkan, tanpa ada kesan menonjolkan diri yang membuatku takjub pada kisah-kisah yang dia ceritakan dulu.


"Aku telah mengenal sifat laki-laki sejak aku duduk di bangku SMP kelas 3," katanya satu kali, sambil matanya menerawang, tanpa memberi perincian yang lebih detail. 20 tahun yang lalu, saat dia mengatakan ini, aku hanyalah seorang perempuan naif yang "foolishly loyal" pada seorang laki-laki. :)


Dia mengaku tipe perempuan yang tidak bisa hidup tanpa memiliki seorang pacar yang secara fisik berada di dekatnya. Itu sebab dia terus menerus punya pacar, saat satu pacar (seriusnya) tinggal di kota lain untuk menimba ilmu. Melihat sifatnya yang supel dan menyenangkan diajak berbicara, aku yakin tidak sulit baginya 'menaklukkan' laki-laki. :D (aku kebalikannya, tipe yang jutek dan tidak pintar mencari bahan obrolan. Lol.)


Salah satu pacar yang (juga) dia anggap serius adalah seorang arsitek yang berusia 7 tahun lebih muda. Jujur dia bilang dia lebih menyukai laki-laki ini ketimbang pacarnya yang tinggal di propinsi sebelah. Namun akhirnya dia menikahi laki-laki yang satu tahun lebih tua darinya itu karena (1) agama yang sama (2) profesi yang dimiliki lebih menjanjikan masa depan yang lebih terjamin.


5 tahun pertama menikah, mereka tak jua diberi momongan. Selama itu, sang suami terkesan begitu memujanya. Sahabatku yang bukan tipe seseorang yang bisa bangun pagi, selalu dimanjakan oleh sang suami. Sang suami yang harus berangkat bekerja pukul enam pagi, akan bangun lebih pagi, untuk bersih-bersih rumah, kemudian memasak sarapan sederhana untuk sang istri. Sebelum berangkat, dia akan membangunkannya, sembari berpesan jangan lupa sarapan, yang sudah disiapkan di meja makan.


Bisa dibayangkan bagaimana sang suami kian memujanya setelah akhirnya dia hampil dan memberinya seorang anak laki-laki yang sehat.


Kita berdua sama-sama berzodiac Leo, namun bernasib berbeda. I married an asshole, she married a (sort of) saint. :)


Tahun 2003 kita berpisah. Dia mengikuti suaminya yang mengambil spesialis di propinsi sebelah, sementara aku sendiri ke Jogja, kuliah lagi. Tapi aku ingat satu hal yang pernah dia ucapkan padaku, "Laki-laki dimana-mana sama saja mbak. Mau yang nampak alim, cuek ke perempuan, apalagi yang dari luarnya saja sudah nampak 'nakal'. One thing they want from women is the same: sex."


Tahun 2006 aku meninggalkan Jogja. Dia dengan keluarganya (dia dikarunai seorang anak lagi, perempuan) pindah ke Jogja, tak lama setelah itu. Namun aku baru sempat mengunjunginya di tahun 2009. saat itu aku telah menjelma menjadi seseorang yang berbeda, yang tak lagi "foolishly loyal" to only one man, seperti yang dulu dia katakan. Lol. Banyak hal yang membuatku berubah: perkawinan yang gagal, kuliah lagi yang membuatku membaca buku-buku yang dulu tak pernah kubaca, berkenalan dengan lebih banyak laki-laki dengan berbagai jenis. Lol.  Tapi, memang benar apa yang dikatakan oleh sahabatku ini, "they all want sex." Nana yang dulu seorang perempuan konvensional, menjelma seorang feminis (yang berubah cukup radikal), yang dulu (setengah) relijius, berubah menjadi sekuler, hingga akhirnya berlabuh di ranah agnostik.


Karena tinggal di kota yang berbeda, tentu kita jarang bertemu. Tapi, sekali bertemu, kita bisa ngobrol apa saja, dari A hingga Z, dari yang remeh temeh hingga yang serius. Plus satu hal yang jelas tak pernah terlewatkan adalah laki-laki. :) We both are straight, dan kita tidak tabu berbicara tentang sex. Aku yang single, tentu bercerita tentang laki-laki yang mampir dalam hidupku tanpa beban, apalagi ketika akhirnya 'teori' yang dikatakan olehnya terbuki: "all (straight) men want sex from women (they like)." Sementara itu, aku 'membaca' ada yang tidak beres dalam hubungannya dengan sang suami yang memujanya itu. Namun dia tetap memilih untuk tidak bercerita. Sama seperti 'pelajaran tentang laki-laki" yang dia dapatkan sendiri ketika duduk di bangku SMP kelas 3 yang dia simpan sendiri.


Sekitar satu tahun yang lalu, menjelang akhir tahun 2017 kalau tidak salah, akhirnya dia bercerita bahwa dia telah berpisah dengan suaminya. "Ternyata uang yang berlebih bisa menyebabkan seorang laki-laki berubah!" katanya. Telah cukup lama dia mengetahui sepak terjang suaminya di luar rumah. Meski kesal dan tidak terima, dia masih memaklumi tingkah laku laki-laki itu. Namun satu hal yang tidak bisa dia terima, akhirnya, adalah ketika laki-laki itu (nampak) berlabuh di satu perempuan.


"Mending dia bermain dengan pelacur yang berganti-ganti, paling sekali kencan berapa sih? Satu juta? Dua juta? Tapi kalau dengan perempuan yang sama, bisa puluhan juta bisa dikucurkan untuk perempuan itu tiap bulan! Uang yang seharusnya dia keluarkan untuk anak-anakku!" katanya geram.


Aku yakin dia sangat patah hati ketika pertama kali tahu tingkah laku laki-laki itu. Aku juga patah hati mendengarnya, karena selama ini diam-diam laki-laki itu kujadikan contoh sebagai seorang "suami idaman"; my image about him was broken.


Agama yang mereka anut menyebabkan mereka tidak mudah untuk bercerai. Namun, sahabatku ini juga tidak ingin bercerai, dia lebih memilih hidup dalam kehidupan perkawinan yang tidak jelas, asal anak-anaknya tetap bisa hidup tidak kekurangan, bersekolah di sekolah yang terbaik, berlibur kemana pun mereka inginkan. Surat nikah yang dia miliki adalah kekuatan buatnya untuk terus mampu membiayai kebutuhan anak-anaknya. Hingga tiba masa anak-anak itu bisa berdiri di atas kaki mereka sendiri, tanpa sokongan dana dari sang ayah.

=========

Kutulis seizin sang pemilik kisah.
LG 12.28 16 Feb 2019

No comments: