Search

Saturday, February 10, 2007

Shalat

Beberapa hari terakhir ini Semarang sedang dilanda hawa yang cukup dingin. Satu keadaan yang tentu saja sangat jarang terjadi karena biasanya Semarang selalu panas. Penyebab utama tentu karena memang sekarang sedang musim penghujan, dan hujan cukup sering turun akhir-akhir ini.

Aku amati aku menjadi mudah merasa lapar, dan sering kebelet pee. Ternyata, bukan hanya aku. Tadi sewaktu maghrib break di kantor, rekan-rekan kerjaku juga mengeluhkan hal yang sama. Tidur malam pun terganggu dengan keinginan tiba-tiba ke kamar kecil to pee. Seorang teman mengatakan, “Sebelum tidur aku sengaja minum dulu, agar paginya mudah bangun karena kebelet pee. Agar sholat Subuhnya ga telat.” Nampaknya kebelet pee ini menjadi alarm yang jauh lebih manjur dibanding alarm di hape ataupun di jam meja.

Aku tiba-tiba ingat seorang teman kos waktu aku masih S1. Agar bangun di tengah malam untuk belajar, dia sengaja berangkat tidur sebelum shalat Isya. “Burden” (kalau aku boleh menyebutnya sebagai BURDEN) untuk shalat ini akan membuatnya tidur tidak begitu nyenyak sehingga dia akan (lebih) mudah terbangun di tengah malam untuk belajar, daripada alarm jam mejanya.

Yah begitulah. Shalat yang notabene berarti untuk menyembah Allah, untuk mengingat Allah bukan menjadi suatu kebutuhan rohani namun telah menjadi suatu beban.

“Aku merasa menjadi tidak bebas untuk melakukan ini itu kalau belum shalat.”

“Kalau sudah shalat tuh rasanya lega.”

Some people said so.

Nah kan? Dengan kata lain, shalat menjadi suatu beban? Seandainya para guru agama tidak menjejali ajaran, “Kalau kamu tidak shalat kamu masuk neraka...” dan perasaan bahwa shalat hanya menjadi satu beban, apakah orang-orang itu tetap akan melakukan ibadah ini?

PT56 23.30 050207

No comments: