Search

Sunday, February 11, 2007

Expensive shoes, anyone?

Tulisan ini terilhami dari serial film Sex and the City episode "Single Girl's Right to Shoes"
Bagi yang belum pernah nonton episode ini (final season, lupa nomor berapa), summary cerita begini.
Ketika Carrie mengunjungi temannya yang sedang mengadakan upacara selamatan atas kelahiran anaknya yang ketiga, Carrie harus melepaskan sepatunya di depan pintu karena Kyra, nama si teman ini, mempunyai peraturan di rumahnya bahwa sepatu dilarang dipakai masuk ke dalam rumah karena takut ada bakteri atau virus semacamnya yang menempel di sepatu, demi kesehatan ketiga anaknya. Sebagai tamu yang datang karena diundang, Carrie pun mengikuti peraturan itu meskipun dia merasa tidak nyaman karenanya.
Masalah muncul ketika akan pulang, Carrie tidak mendapati sepatunya. Sepatu itu hilang. (Kayak kejadian di masjid aja yah, ketika shalat Jumat atau shalat tarawih di mana masjid biasanya penuh pengunjung. LOL.) Carrie tampak kecewa karena dua hal: pertama sepatu itu merupakan sepatu kesayangannya (yang kebetulan harganya mahal 485 dollar), kedua, Kyra tidak menunjukkan rasa penyesalan sama sekali. "Kecelakaan" kehilangan itu kan terjadi di rumahnya, dan Carrie melepaskan sepatu ketika masuk ke rumah Kyra itu untuk menghormati peraturan yang dibuat Kyra. Tidak berlebihan bukan kalau Carrie mengharapkan, paling tidak, Kyra merasa bersalah dan menyesal?
Beberapa hari kemudian Carrie berkunjung ke rumah Kyra lagi untuk menanyakan kabar sepatunya apakah sepatu itu telah ditemukan. Sekali lagi Carrie kecewa karena Kyra justru telah melupakan 'kecelakaan' itu, dan heran mengapa Carrie harus 'memperkarakan' masalah sepele tersebut. Lebih kecewa lagi, tatkala Kyra mengatakan itu salah Carrie mengapa membeli sepatu yang harganya sangat mahal, 485 dollar, sehingga kalau sampai hilang, tidak akan merasa begitu kecewa.
Carrie ngomel-ngomel kepada ketiga sobatnya, Charlotte, Miranda, dan Samantha. Masalah terletak bukan kepada seberapa mahal harga sepatu itu, tapi lebih kepada betapa Kyra--dan juga banyak orang lain, kukira--tidak menghargai pilihan Carrie untuk membelanjakan uangnya untuk membeli sepatu yang seharga "tidak masuk akal" itu bagi seorang Kyra yang sudah menikah dan memiliki tiga anak.
Ini adalah masalah pilihan. Kyra memilih untuk menikah, memiliki anak, sehingga dia dan suaminya harus "membagi" pendapatannya untuk lima orang, yang pada akhirnya menyebabkan membeli sepatu seharga 485 dollar merupakan suatu pemborosan baginya. Carrie menghormati pilihan Kyra tersebut. Dia pun ikut berbahagia dengan pilihan itu, dengan, menghadiri pesta pernikahan Kyra (yang berarti menyumbang), dan memberi Kyra hadiah ketika dia melahirkan anak pertama, kedua, dan ketiga. Kyra seharusnya pun menghormati pilihan Carrie untuk tetap single, dan membelanjakan 'paycheck'nya untuknya sendiri, yang memungkinkan Carrie untuk memanjakan diri sendiri dengan membeli sepatu yang berharga 'tidak masuk akal' bagi orang lain yang menikah dan punya anak.
Now ... masih berhubungan dengan memilih sepatu yang pas untuk karakter diri sendiri.
Di tempat kerjaku akulah satu-satunya guru perempuan yang suka memakai sepatu berhak tinggi, not necessarily expensive though. :) Pada waktu aku belum mem'baptis' diri sebagai Ms. Black, aku suka memakai beberapa warna sepatu, mulai dari hitam, coklat, beige, dan maroon. Semua mempunyai hak minimal 5 cm.
Beberapa tahun yang lalu ada seorang rekan kerja yang 'nosy' menanyakan kepadaku apa enaknya memakai sepatu hak tinggi. Aku jawab aja karena aku telah biasa melakukannya, jadi kurang pede aja kalau memakai sepatu yang berhak kurang dari 5 cm. (Kayak di film SATC tersebut, Carrie langsung manyun ke Stanny temannya yang gay, sewaktu dia harus melepaskan sepatunya di rumah Kyra, "Now I feel so tiny." LOL)
Beberapa tahun kemudian, kebetulan ada seorang mantan siswa yang menjadi guru di tempat kerjaku itu, sehingga dia pun menjari rekan kerjaku, dia bilang, dia dan teman-temannya paling suka memperhatikan model sepatu yang kupakai, karena akulah satu-satunya guru perempuan yang suka memakai sepatu berhak tinggi. Meskipun aku agak tersinggung, LOL, (the students preferred looking at my shoes to listening to me), aku anggap aja itu sebagai compliment. :)
Sejak tahun 2004, aku suka memakai sepatu boots berhak kurang lebih 7 cm. (Memakai sepatu boots dengan hak rendah hanya akan membuatku tampak seperti satpam, menurutku, LOL.) Selain itu, aku juga suka memakai sepatu kets, kebiasaan ketika kuliah yang terbawa ke tempat kerja. Lumayan sering, siswa yang merasa aneh melihatku memakai sepatu kets di balik rok panjang hitamku, mereka berkomentar, (ke guru lain, tidak langsung ke padaku), "Mengapa Ms. Nana suka memakai sepatu anaknya?" hahahaha ... Komentar siswa atas sepatu bootsku? "Ms. Nana funky yah?" LOL.
Oh well ... what's so special in choosing what shoes to wear?
Aku cuma pengen nulis sesuatu untuk blogku tercinta ini. LOL.
Anyway, semua orang punya hak penuh untuk memilih, dan kemudian bertanggung jawab atas pilihan itu.
Kyra, yang memilih untuk menikah, memiliki anak, sehingga tidak mungkin baginya untuk membeli sepatu mahal. (karena pendapatannya tidak memungkinkannya untuk melakukannya.)
Carrie yang memilih untuk single, dan membelanjakan uangnya untuk membeli apa aja yang dia inginkan, termasuk sepatu mahal.
Aku yang memilih memakai high-heeled shoes/boots karena aku merasa nyaman dan pede melakukannya. :)
Rekan-rekan kerjaku yang memilih memakai sepatu tidak berhak tinggi, karena merasa tidak bisa berjalan kalau memakai sepatu hak tinggi. LOL.
KPDE 13.05 011206

No comments: