Search

Tuesday, August 29, 2023

Nana dan Angie di Sekolah Basis 3 Day 2

 

sebagian peserta kelompok 3 bersama Romo Setyo

Sabtu 26 Agustus 2023

 

Sekitar pukul 05.50 aku membangunkan Angie untuk berburu foto Gunung Merapi. Kata Romo Setyo, kita bisa mendapatkan foto Gunung Merapi yang terlihat 'cetha' sebelum pukul 06.00. Jika berburu setelah pukul 06.30, sebagian badan gunung akan tertutup kabut. Namun, kami ga bisa stay lama berburu foto karena kami berdua sama-sama kebelet kudu ke toilet segera, lol.

 

Sarapan disediakan pukul 07.00.

 

Kelas Menulis 2 dimulai pukul 08.00. Peserta yang tergabung dalam kelompok 3 mengikuti kelas Romo Sindhunata, di pendopo Zoetmulder. Romo Sindhu tidak berbicara tentang 'how to write' seperti yang dilakukan oleh Ayu Utami, karena katanya, "sudah banyak buku yang diterbitkan tentang how to write ini." sebaliknya, beliau berbicara tentang teori Rene Girard yag meliputi etnologi, antropologi, psikologi, mitologi, teolodi, dan sastra. Sastra itu tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan masyarakat, karena sastra adalah sumber yang 'mewahyukan' kebenaran-kebenaran tentang masyarakat.

 

Romo Sindhunata

Jika seseorang dilekati oleh profesinya -- misal seorang ASN -- dan dia ingin menulis sesuatu untuk mengkritik pemerintah, misalnya, dia bisa menggunakan media sastra untuk menyampaikannya.

 

Saat Romo Sindhu bicara ini, aku ingat cerpen AA Navis yang berjudul "Robohnya Surau Kami". Karena kritik keagamaan ini ditulis dalam bentuk karya sastra, tentu hal ini tidak mengakibatkan kemarahan kaum agamis.

 

Kelas Menulis 3 dimulai pukul 10.30, setelah snack time jam 10.15 - 10.30. Kali ini jatah kelompok 3 pindah ke 'ruang kaca' untuk mendengarkan sharing dari Romo Setyo Wibowo. Romo Setyo mengawali 'kuliah'nya dengan menyebutkan bahwa 60% pemilih di tahun 2024 adalah generasi Z dan generasi milenial. Jika kita-kita yang 'melek masa lalu' tidak peduli pada apa yang terjadi, bisa-bisa orang yang di masa lalu tangannya berlumuran darah masyarakat memenangkan pemilu karena tidak ada pendidikan politik yang layak untuk generasi Z dan generasi milenial itu.

 

Romo Setyo share 3 hal yang berkenaan dengan pengalaman beliau menulis di BASIS. Mulailah dengan (1) membaca fenomena sehari-hari. Dilanjutkan dengan (2) memiliki latar belakang keilmiahan yang bisa dipertanggungjawabkan dan (3) argumen yang kokoh perlu disampaikan dengan membuatnya cair, agar mudah dipahami dengan gamblang oleh pembaca.

 

Setelah makan siang, pemateri selanjutnya adalah Benny H. Juliawan pukul 13.30. Romo Benny berbicara tentang dunia digital yang telah begitu mengubah kehidupan kita sehari-hari. Dilanjutkan oleh Bayu Risanto yang berbicara tentang klimatologi. Sesi terakhir sebelum istirahat sore bersama pemateri Yustinus Prastowo, tokoh perpajakan staf khusus Ibu Sri Mulyani. (aku lelah dan mengantuk sekali di sesi Bayu dan Y Prastowo ini, so don't ask me what they were talking about. Lol.)

 

Romo Benny sebelah kiri

 

2 aktivis reformasi 98 mengisi acara setelah makan malam usai. Romo Benny berkisah tentang pengalamannya saat membidani lahirnya FORKOT menjelang reformasi 98 itu dan bekerja sama dengan para mahasiswa non UI (hahaha) waktu itu untuk turut bersama-sama dengan gerakan moral dari masyarakat dalam usaha melengserkan Suharto. Setelah Romo Benny, ada bung Dewanto Handoko yang dahulu adalah bestie-nya Budiman Sujatmiko. Dedy (nickname-nya) dan BS adalah dua aktivis 98 yang bebas dari penculikan tim mawar. Sebagai seseorang yang memandang Prabowo sebagai seseorang yang tangannya berlumur darah kawan-kawan seperjuangannya dulu (ada lebih dari 10 orang menghilang sejak saat itu, termasuk penyair Wiji Thukul) namun BS malah justru mendukung Prabowo menjadi capres di pilpres 2024, tentu saja Dedy benci pada pengkhianat satu itu.

 

Dewanto Handoko (kiri)  Romo Setyo (kanan)

Romo Haryatmoko

 

Sebagai 'gong' malam itu adalah Romo Haryatmoko. Untuk sesi ini, panitia membagikan soft file artikel tulisan Romo Moko yang berjudul "Pentingnya Kritik dan Godaan Demagogi". Romo Moko yang kocak dan suka menyelipkan humor-humor di tengah pembicaraannya benar-benar membuat melek yang yang sempat mengantuk. Saking pintarnya beliau mlipir kesana kemari saat berbicara, aku bingung mau mencatat apa, karena beliau nampak hanya mengajak bicara audience-nya. Haha …

 to be continued.

mumpung ketemu, foto bareng dong. hehe


No comments: