Search

Saturday, October 15, 2022

WHO HURTS YOU?

 


Who hurts you? 

My own expectation

 

Ketika public figure L melaporkan suaminya dengan tuduhan KDRT, banyak orang -- entah fans entah haters entah yang lain -- berharap bahwa R sang suami akan dipenjara. Mereka tentu memiliki alasan sendiri-sendiri. Entah karena mereka prihatin dengan hidup L, entah mereka membenci R dengan alasan (mungkin) sirik laki-laki kok Cuma modal kon**l doang, atau dengan alasan-alasan lain.

 

Maka, ketika mak jegagik L menarik laporan atas tuduhan KDRT itu, mereka merasa kena prank. (well, meski mungkin saja benar pasangan yang sedang mendapat perhatian netizen paling tinggi ini ngeprank). Mereka lupa, bahwa yang membuat mereka kesal, atau sakit hati itu adalah harapan mereka sendiri. Alasannya pun variatif: mereka tidak terima jika R sang laki-laki modal kon**l ini bisa melenggang dan terus hidup nyaman meski menjadi benalu bagi istrinya; (padahal konon kata L sendiri, dia tidak keberatan, demi entah hanya dia dan Tuhan yang tahu.) ada yang mungkin tulus khawatir jika L menjadi korban KDRT lagi, karena pelaku KDRT itu kambuhan. Sekali mereka melakukannya, susah bagi mereka untuk menghentikan itu. Sementara pasangan mereka mungkin memiliki sejuta maaf buat mereka.

 

Untuk yang tipe seperti ini, keluarlah sumpah serapah dari mulut mereka -- atau dari jari jemari mereka -- untuk L, "uwong kok ora isa dieman" "perempuan kok gobl**" sampai yang mendoakan, "mungkin L baru nyadar setelah dia nyaris mati."

 

Di facebook, saya punya kenalan yang tak jemu-jemunya menulis status menguatkan orang-orang yang sedang berada pada titik 0, hingga merasa ga mampu bangkit lagi. Apakah dia memang terlahir dan tumbuh kuat tanpa tempaan hidup? Tentu saja tidak, dia baru berani meninggalkan pernikahan yang toksik setelah 24 tahun! Dia baru punya nyali untuk bercerai setelah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (entah secara fisik, entah verbal, entah finansial, dlsb) dalam kurun waktu yang cukup lama.

 

What's the point? tiap-tiap orang memiliki masa untuk sadar sendiri-sendiri, tidak bisa kita membandingkan satu orang dengan orang lain. Ingat dong lagunya Abah Lala yang menjadi kian populer setelah dinyanyikan Farrel Prayoga: "Aja dibanding-bandingke". 

 

Kembali ke inti topik tulisan saya ini: harapan kita lah yang menyakiti kita. Harapan melihat L bisa langsung bangkit dan melepaskan R -- mungkin juga sekaligus mengalami kerugian finansial karena pembatalan kontrak-kontrak iklan, dlsb -- itu membuat orang-orang tak henti-hentinya ngomel dan mengajak orang-orang lain untuk ngomel berjamaah.

 

PT56 12.42 15.10.2022

 

No comments: