Search

Wednesday, October 19, 2022

BUCIN (lagi!)

 



"if you love two people at the same time, choose the second. because if you really loved the first one, you wouldn't have fallen for the second."

~ Jhonny Depp ~

 

Di status kas Joshua di grup Kagama Virtual, ada yang menulis komen tentang orang yang dia kenal yang jatuh cinta pada seseorang yang lain yang statusnya (sudah) 'menikah' sementara dia sendiri juga menikah. Yang terjadi di kemudian hari ternyata keduanya bersepakat untuk bercerai dengan pasangan masing-masing dan mereka menikah. Tidak ada lanjutan komen/kisah bagaimana dengan pasangan mereka setelah itu.

 

Saya jadi ingat kisah Dewi Lestari -- sang penulis terkenal dengan serial SUPERNOVA-nya -- sekian tahun lalu. Dia bercerai dari suaminya yang pertama, kemudian menikah dengan suami yang kedua, sementara mantan suaminya yang pertama pun menikah dengan perempuan lain.

 

Saya yakin di masyarakat banyak kejadian seperti ini. Tak ada yang perlu dipaksakan jika berkenaan dengan perasaan dalam hati ini. Jika cinta sudah pergi, apa lagi yang harus dipaksakan?

 


 

 

Namun kita tahu bahwa ternyata tidak semudah membalikkan telapan tangan jika berbicara tentang cinta, relationship, dan cinta yang hilang -- apa pun penyebabnya -- dan jatuh cinta lagi. Jika yang terjadi seperti di kasus seperti Dewi Lestari, kedua belah pihak jatuh cinta pada orang lain, dan keduanya membahas hal ini secara dewasa tanpa emosi yang tidak penting, bisa berakhir dengan baik, dan mungkin bahagia bagi semuanya.

 

Yang sering terjadi hanya salah satu saja yang jatuh cinta pada yang lain, (baca postingan sebelum ini, saya percaya bahwa jatuh cinta itu terjadi secara alami), yang satunya take it for granted bahwa sekali dua orang disatukan dalam tali pernikahan, mereka akan terus bersama. Namun lupa bahwa 'to stay in love needs big effort'. Kadang pihak yang jatuh cinta ini menyerah pada kenyataan bahwa dia harus menerima keadaan bahwa he/she is married. Period. Dalam situasi seperti ini, kebahagiaan pun sirna. (so I thought.) yang ada ya hanya hidup bersama, sembari menunggu ajal.

 

Siapa yang bisa dikatakan bucin dalam kasus di atas?

 

Kasus lain yang terjadi, seseorang (biasanya sih laki-laki)  merasa bosan dengan kondisi rumah tangganya hingga mulai 'main-main' di luar, apalagi jika si laki-laki ini punya penghasilan yang jumlahnya fantastis. Dia merasa gapapa dong sebagian uang dia pakai untuk jajan di luar. Mungkin dia masih mencintai istrinya -- dengan alasan apa pun -- namun hasrat bermain di luar tak terbendung. Saya ulangi sekali lagi: hasrat bermain di luar, bukan karena jatuh cinta. Meski mungkin di kasus-kasus lain ya 'bermain di luar' ini diawali dengan terpesona sesaat (atau jatuh cinta juga kali ya?), namun karena merasa dia punya kuasa dengan uangnya, dia lanjutkan terpesona sesaat ini.

 

Ini terjadi pada satu kawan dekat saya. Karena peraturan agama tidak membolehkan sang suami untuk poligami, ya dia pun 'mentok' hanya hidup bersama dengan perempuan-perempuan lain. Kawan saya tahu (akhirnya!) namun sadar bahwa kedua anaknya telah biasa dengan kondisi 'kelebihan uang', dia membiarkan suaminya melakukan apa yang dia lakukan di luar. Dia gunakan surat nikahnya untuk menuntut sang suami terus membiayai semua kebutuhan rumah tangga -- termasuk traveling keluar negeri setiap tahun, membelikannya mobil baru tiap tahun untuk mengganti mobil yang lama dll -- namun dia enggan untuk berhubungan intim di tempat tidur dengan suaminya.

 

Siapa yang bucin dalam kasus ini?

 

Kasus-kasus yang saya tulis di atas masih mending sih ya, ketimbang ada kejadian karena sang suami/istri jatuh cinta pada pihak lain, dan ingin menikahi cinta barunya, namun pasangannya tidak membiarkannya, kemudian terjadi pembunuhan demi bisa menikahi yang baru. :(

 

Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Saya merasa my ex menyayangi saya justru setelah dia akhirnya 'menyerah' membiarkan saya pergi darinya, setelah sebelumnya ngeyel bahwa kami berjodoh hingga akhir nanti.

 

PT56 15.05 19 Oktober 2022

 

No comments: