Search

Wednesday, January 10, 2024

Reading = interpreting

 


Seyogyanya, memang ketika seseorang membaca, pada kesempatan yang sama dia membuat interpretasi apa yang sedang dia baca. Namun tidak semua orang bisa membuat interpretasi yang 'baik' dan 'pas'. Hal ini dipengaruhi oleh apa yang seseorang (pernah) alami, juga apa yang dia miliki dalam memory-nya, baik dari hasil membaca karya-karya lain, mengamati pengalaman orang lain (dan mengambil pelajaran dari itu) dari kehidupan nyata sehari-hari maupun 'hanya' dari menonton film/televisi.

 

Saat mengajar mata kuliah "Kritik Sastra" sekian tahun yang lalu, saya mengatakan kepada para mahasiswa bahwa interpretasi apa pun atas satu karya sastra itu bebas. Akan tetapi, mereka harus memberi penjelasan mengapa mereka memberi interpretasi tertentu dengan membeberkan kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf tertentu. Jika harus dihubungkan dengan fakta sejarah, misalnya, ya itu juga harus disertakan dalam makalahnya.

 

*******

 

Bagaimana dengan membaca di media sosial?

 

Hal yang sama juga bisa diaplikasikan, bahkan dari hanya sekedar membaca 'status' yang tidak terlalu panjang. Saat membaca, seseorang akan langsung menghubungkan apa yang dia baca dengan pengalamannya sendiri, atau 'pengetahuan' apa yang mereka simpan di dalam otak mereka. Dan karena pengalaman orang ini sangat bervariasi, dan biasanya the older someone, the more experience he/she has, bisa kita katakan bahwa dalam mengambil interpretasi, seseorang yang memiliki pengalaman lebih banyak dan kebiasaan menganalisis satu hal akan bisa merujuk ke satu interpretasi yang lebih pas, ketimbang yang sebaliknya.

 

MS48 12.12 10.01.2024

 

No comments: