Search

Thursday, January 18, 2024

Learn, Unlearn, Relearn

 


Hari Rabu 17 Januari 2024 saya melihat unggahan Ayu Utami di akun instagramnya dimana secara terbuka dia menunjukkan dukungannya pada paslon 03. Ayu menyatakan dia pernah merasa kecewa terhadap SBY, Jokowi. Semua yang dia anggap baik di awal, ternyata berakhir mengecewakan. maka Ayu berpendapat jika dia memilih yang di awal dia anggap tidak baik, akan berakhir kian mengecewakan. tak lupa dia juga menulis hestek #AsalBukanPrabowo.

(Saya jadi teringat ketika mengikuti 'Sekolah Basis' bulan Agustus 2023 lalu, dimana pembahasan mostly tentang reformasi tahun 1998, sesuai dengan tema yang dipilih panitia. Prabowo nampak menjadi 'musuh bersama' saat itu. dari beberapa diskusi yang saya ikuti, ada juga seorang narasumber yang menyatakan 'say no' pada mereka yang memainkan politik identitas, sambil merujuk apa yang terjadi di pilkada DKI Jakarta tahun 2017. hal ini membuat saya berpikir: "berarti say no ke AB dong ya?" Namun, selama 3 hari di sana, tak sekali pun saya mendengar nama GP disebut.)

Saya masih memandang Prabowo sebagai penjahat pelanggar HAM sampai pertengahan bulan Oktober 2023 dan tidak mencoba mencari sudut pandang lain. Kenyataan bahwa Gibran Rakabuming bersedia menjadi bakal cawapres Prabowo membuat saya terhenyak. Tidak mungkin seorang anak mengambil langkah politik sedemikian penting tanpa meminta pertimbangan ayahnya terlebih dahulu, apa lagi sang ayah adalah orang nomor 1 di Indonesia sejak tahun 2014 hingga tahun 2024. Dan rasanya tidak mungkin jika yang melatarbelakangi adalah Pak Jokowi gila kekuasaan, apalagi keinginan untuk menumpuk kekayaan semata. (Call me innocent, but this is my sincere opinion to Pak Jokowi and his family.)

ini berarti Pak Jokowi memandang Pak Prabowo sebagai seseorang yang bisa menjadi presiden di Indonesia. Karena di mata saya Pak Jokowi orang baik, tentu di matanya Pak Prabowo bukanlah penjahat  yang akan membahayakan kelangsungan hidup warga negara Indonesia. Pak Jokowi tentu tidak ingin kerja keras yang telah dia lakukan selama memimpin Indonesia akan diporak-porandakan oleh orang yang tidak bisa bekerja. Bukankah begitu?

So? jika awalnya saya mulai mempertimbangkan untuk mendukung paslon 02 karena ada Gibran di sana, akhirnya saya pun menerima Pak Prabowo dengan legawa. ('drama' penculikan yang dia lakukan di tahun 1998 lalu bukan murni karena Pak Prabowo orang jahat, namun karena dia diperintah oleh atasannya waktu itu. ini untuk mengantisipasi kekhawatiran orang-orang bahwa drama penculikan akan marak dilakukan lagi andai paslon 02 menang.)


dan, 'menemukan' quote dari Alfin Toffler tentang pentingnya 'stop learning' then 'unlearn' plus 'relearn' membuat saya berpikir tidak ada salahnya kita memandang segala hal yang sebelumnya kita pandang dari satu sudut pandang, kita ubah sudut pandang kita ke sudut pandang yang lain. 

so? jika Ayu Utami menggunakan hestek #AsalBukanPrabowo, saya lebih memilih hestek #AsalBukanAnies ... sementara itu, beberapa kawan yang kesal karena kegagalan penyelenggaraan sepakbola U20 di Indonesia jelas lebih memilih menggunakan hestek #AsalBukanGanjar . jadi? impas ya. hihihi ...

N. B.:

nampaknya jika penyelenggara Sekolah Basis tetap berpegang teguh pada 'say no to Prabowo' terpaksa jika mereka menyelenggarakan acara serupa lagi di Omah Petroek di tahun 2024 ini, saya off dulu. pasti telinga saya bakal panas mendengar obrolan tentang 'dinasti politik' dan 'anak haram MK'. awokawokawok.

PT56 14.06 18/01/2024

N.B.(2):

seperti yang ditulis Ayu dalam postingan yang sama, semua pilihan akan membawa konsekuensi yang harus kita terima di masa depan, saya setuju. siapa pun yang menang di pilpres 2024 ini, kita semua yang akan 'menanggung' konsekuensinya. tapi, selalu, saya berharap yang terbaiklah untuk Indonesia Raya. Aamiin.


No comments: