Search

Thursday, May 10, 2007

My Elementary Children Class

Seminggu yang lalu bola plastik yang sering kubawa ke kelas Elementary Class-ku rusak. Semula kempes. Beberapa siswa yang sedang bermain dengan bola itu, menunjukkan ke aku, “Ms. Bolanya kempes!!!”

Aku yang sedang sibuk memeriksa hasil kerjaan anak-anak, menoleh ke arah beberapa siswa yang sedang bermain. “Dasar kreatif!” kataku dalam hati.

“Ya, tidak apa-apa, nanti coba Ms. Nana tiup lagi.” Kataku.

Seorang anak kemudian meletakkan bola yang sudah kempes itu di atas mejaku. Tapi tak lama kemudian seorang anak lain lagi mengambilnya. Dan, tanpa sepengetahuanku, beberapa anak kemudian menarik-narik bola yang sudah kempes itu, dan ... VOILA ... bola plastik itu akhirnya robek. NAH LO! Ketika seorang anak menunjukkan nasib apes bola itu kepadaku, aku tidak habis pikir bagaimana anak-anak itu dengan begitu kreatif telah merusak bola itu.

Melihat wajahku yang sedih, seorang anak bertanya, “Ms. Nana nangis ya?”

Tentu saja aku tidak menangis. Tapi aku tidak bisa memarahi mereka.

*****

Hari Senin kemarin ketika masuk ke kelas EC, aku membawa bola lain lagi. (FYI, topik utama pelajaran adalah MY TOYS, dan preposisi IN, ON, dan UNDER. Membawa realia ke kelas akan mempermudahku untuk menunjukkan beda IN, ON, dan UNDER.) Anak-anak takjub melihat aku datang dengan membawa bola lagi.

“Ms. Kalau kempes lagi nanti bagaimana?” tanya seorang anak laki-laki.

“Ya jangan dong. Diusahain kalau sedang bermain bola jangan sampai kempes. Ya?” aku memohon pengertian anak-anak itu.

“Kemarin tuh soalnya bolanya ditusuk oleh C pakai pensilnya,” si anak laki-laki itu bilang kepadaku.

Aku terhenyak kaget mendengarnya. Oh, ternyata bola itu kempes karena ditusuk pensil? Bukan karena dipakai rebutan oleh anak-anak?

C, anak perempuan yang bermata bundar polos itu memandangku, dengan tanpa rasa bersalah, berkata, “Semula aku mau menusukkannya ke L kok Miss, tapi kena bola,” dia mencoba memberi alasan.

Dari sepuluh siswa perempuan, memang C satu-satunya yang suka berkelahi dengan anak laki-laki. Yang lain lebih suka bermain dengan teman-teman perempuan yang lain. C lebih suka bermain dengan anak-anak laki-laki, termasuk berkelahi.

Pada hari yang sama aku juga membawa hape mainan ke kelas. Anak-anak suka memainkannya, dan bergantian satu per satu untuk memencet tuts yang kemudian menghasilkan musik yang berbeda-beda.

Satu kali, tatkala aku sedang sibuk memerika pekerjaan anak-anak, seorang siswa laki-laki, meminjam hape mainan itu, plus gunting. Dia bilang, “Miss, antennanya kugunting ya?”

“Jangan dong.” Kataku.

“Cuma sedikit aja kok Miss. Ga papa ya?” rengeknya.

“Jangan sampai rusak ya?” pesanku.

Dan ... akhirnya, begitulah. Antenna yang semula bisa mengeluarkan cahaya kalau tuts hape dipencet, cahaya itu hilang akhirnya, karena ujungnya telah digunting.

Aku ingat my sweet Angie. Begitu sweetnya dia sehingga dia tidak pernah merusak dengan sengaja mainan yang dia miliki.

“Tidak merusak tidak belajar?”

Atau mungkin aku yang lupa karena telah lama berlalu. LOL.

Anakku yang cuma satu tentu saja menghalangiku untuk membandingkan dia dengan yang lain. Angie will always the best of all, karena anakku ya cuma satu dia itu. Dia selalu mudah kuajak bicara, such as, “Kalau Angie malakukan ini, nanti hasilnya begini. Kalau Angie melakukan itu, nanti hasilnya begitu.” Dan dia selalu dengan manis mempercayaiku.

Seperti tatkala pertama kali dia harus minum obat dalam bentuk kapsul, dia bertanya kepadaku, “Rasanya seperti apa Mama?”

“Rasanya enak Sayang,” jawabku. “Karena dengan minum ini Angie akan segera sembuh.”

Angie percaya dan dengan mudah meminum obatnya. Namun tatkala kapsul itu sulit masuk tenggorokannya, dan tertinggal di dalam mulutnya, dengan meringis kepahitan, dia memandangku dengan sorot mata tidak percaya masak Mamanya berbohong? “Katanya enak? Kok pahit?” LOL.

Akhirnya Angie pun komplain, “Kok kayak gini enak Ma?”

“Enak Sayang. Karena setelah minum obat ini Angie akan segera sembuh.” Jawabku.

Dan Angie pun tersenyum, baik bibir maupun matanya.

Mengajar kelas Elementary Class membuatku mengenal lebih banyak karakter anak, yang dengan tanpa sengaja membuatku membandingkannya dengan pengalamanku menghadapi Angie kecil dulu.

How do other parents face and take care of their children so that they produce such children? Will I produce another child just like Angie if I have another kid?

PT56 00.15 090507

No comments: