Search

Saturday, May 13, 2023

Menerbitkan Buku

 


 Saya tengarai di antara para 'audience' yang hadir dalam acara 'QUO VADIS AYU UTAMI?' di Taman Indonesia Kaya ada beberapa -- atau banyak -- yang bermimpi untuk menerbitkan buku. Salah satu yang hadir bertanya, "Bagaimana cara mbak Ayu Utami menulis sehingga semua tulisannya selalu diterbitkan oleh KPG?"

 

(Salah satu sponsor acara ini memang Penerbit KPG.)

 

Ayu menjawab segala hal tentu saja butuh proses, tidak mungkin seseorang 'mak bedunduk' berhasil menerbitkan buku melalui penerbit yang sudah terkenal di seantero Nusantara. Ayu mengaku pertama kali menulis naskah novel ketika dia duduk di bangku SMA. Dengan pede, dia bawa naskah itu ke penerbit Gramedia. Naskahnya 'diterima' baik oleh redaktur pada waktu itu, dan dijanjiin akan diberi tahu apakah karyanya itu akan diterbitkan atau tidak 30 hari lagi.

 

30 hari kemudian, Ayu memang dihubungi oleh redaktur penerbit, dan karyanya itu ditolak.

 

Saat menulis SAMAN, Ayu mengaku dia telah keluar dari tempat dia bekerja sebelumnya. Dia juga mengaku akan susah baginya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai jurnalis (lagi) di media lain. Itu membuatnya merasa sangat bebas menuliskan apa yang ingin dia tulis, hal-hal yang telah menjadi 'beban' pikirannya selama puluhan tahun. "Nothing to lose" kata Ayu, kalau sampai yang dia tulis itu dianggap mendobrak tabu yang dipegang keukeuh oleh masyarakat ketika itu. "Toh, saya sudah kehilangan pekerjaan saya," katanya.

 

Ternyata novel SAMAN itu malah memenangkan sayembara penulisan roman yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di tahun 1998. setelah dinyatakan menang sayembara ini lah, novel SAMAN 'dibawa' ke penerbit KPG. Apakah setelah itu, secara otomatis novel ini langsung diterbitkan? Christina M. Udiani -- salah satu editor yang diberi tugas untuk 'mengkurasi' SAMAN -- mengatakan bahwa pada waktu itu ada 5 editor yang bekerja sama untuk membaca dan menganalisis untuk kemudian memutuskan apakah novel itu akan diterbitkan atau tidak.

 

Christina bilang bahwa tema dalam SAMAN yang ditulis oleh Ayu Utami itu seperti bawang, berlapis-lapis. Temanya tidak hanya satu, misal "mendobrak tabu". Yang berhubungan dengan keempat tokoh perempuan utama memang itu; yang diusung oleh munculnya tokoh Saman/Wisanggeni itu sesuatu yang lain. Tema yang berlapis-lapis ini, saat periode Orde Baru di ujung tanduk membuat KPG bersemangat untuk menerbitkannya.

 

Nah, sejak itu, setiap Ayu Utami memiliki naskah untuk diterbitkan, KPG dengan sukacita menerbitkannya.

 

P.S.:

 

Hari gini, sangat mudah seseorang menerbitkan buku, yakni dengan cara indie. Asal punya dana cukup, bisa menerbitkan buku sekian puluh eksemplar sendiri, kemudian mempromosikannya sendiri, menjualnya sendiri. Kata banyak orang menerbitkan buku seperti ini malah justru lebih menguntungkan dari sisi finansial. Bagi yang pintar mempromosikannya. Namun, tentu tetap ada sebagian pihak lain yang akan merasa bangga jika buku-buku mereka diterbitkan oleh penerbit yang 'besar', meski dari sisi finansial belum tentu menguntungkan.

 

MS48 17.20 13.05.2023

 

No comments: