Search

Tuesday, October 23, 2007

Lebaran 2007

Seperti tahun lalu, tahun ini Muhammadiyah memutuskan Hari Raya Idul Fitri jatuh satu hari lebih cepat daripada yang diputuskan oleh pemerintah. Dan karena keluargaku—my dearest Mom and my siblings, including my late dad—adalah alumni sekolah Muhammadiyah, kita sekeluarga pun melakukan shalat Idul Fitri pada hari Jumat 12 Oktober 2007. Di bawah ini adalah foto-foto sewaktu shalat Id di lapangan tennis Jalan Pamularsih Semarang.




Jika tahun lalu kakakku dan istrinya sudah ada di Semarang, tahun ini mereka berdua melakukan shalat Id di Cirebon, baru kemudian ‘mudik’—bagi kakakku tentu untuk memenuhi panggilan ‘primitif’nya atas masa kanak-kanaknya yang dia habiskan di Semarang bersama adik-adiknya—ke Semarang. Kebetulan istrinya berasal dari Cirebon sehingga tidak perlu mudik ke kota lain.
Sepulang dari shalat Id, aku, mom, kedua adikku, plus Angie mampir ke pasar Krempyeng di ujung Jalan Pusponjolo Selatan. Suasana pasar cukup ramai, banyak penjual janur dan selongsong ketupat. Harga-harga yang naik hampir 50% dari satu hari sebelumnya tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk berbelanja untuk menyambut Lebaran.
Sepulang dari pasar (FYI, mom helped by my sister and me cooked opor etc on Thursday), kita sekeluarga tidak pergi kemana-mana, seperti masa kecilku dulu, Lebaran kita ngendon di rumah saja. Cuma dulu aku dan kakak beserta adik suka duduk-duduk di ruang tamu ngeliatin orang-orang yang lalu lalang, kali ini aku ngendon di kamar melulu, bercinta dengan my dearest desktop.  Seandainya warnet langgananku buka, tentu aku akan mengajak Angie ngenet. 
Selepas Maghrib, suasana di Pusponjolo mulai ramai dengan suara takbir dan bedug yang dipukul bertalu-talu, banyak orang larut dengan kegembiraan bertakbir, menyambut kedatangan hari yang paling ditunggu selama bulan Ramadhan. Angie dan adikku ikut nonton dari teras depan rumah.

Aku tetap ngendon di kamar, ngebut balesin email Abang yang telah ngendon di desktop sejak dua bulan lalu. (Karena kesibukanku ngikut lomba blog bulan Agustus kemarin, emailnya pun tersingkir dengan damai. LOL.) Kakakku dan istrinya datang sekitar pukul 20.00. Mereka berangkat meninggalkan Cirebon selepas shalat Jumat karena pagi hari setelah shalat Id jalan pantura macet.
Hari Sabtu, I didn’t go anywhere. Seperti biasa, ngendon di depan desktop, nge-game, ngetik, nonton film, plus ngobrol dengan Angie. Adikku yang merayu kakakku untuk jalan-jalan nampaknya tidak berhasil. LOL. Kakakku satu ini termasuk usil pula, suka godain adik-adiknya.
Hari Minggu pagi, saat pergi berenang! Suasana kolam renang yang sepi pengunjung membuatku merasa nyaman untuk berenang selama satu jam tanpa berhenti. Sinar matahari yang telah memantul ke kolam renang semenjak aku nyemplung kolam (sekitar pukul 06.15) tidak kupedulikan. Btw, seandainya aku benar-benar tidak peduli, mungkin aku tidak akan naik sampai aku teler berenang kali. LOL. Kenyataannya pukul 07.20 aku sudah meninggalkan kolam, menuju tempat shower.
Seusai mandi, seperti biasa (kalau tidak terburu-buru harus menghadiri suatu acara penting), aku nongkrong di salah satu bangku yang tersedia, scribbling in my diary, plus baca Jurnal Perempuan no 51 yang bertajuk “Mengapa Mereka Diperdagangkan”. Dari judulnya, kita bisa menebak isinya berupa artikel-artikel yang membahas tentang children and women trafficking.
Begitu rambutku kering, aku cabut. Ga langsung pulang ke rumah, tapi mampir ke warnet. Email balasan buat Abang ga bisa nunggu sampai warnet langgananku buka tanggal 22 Oktober nanti. (Well, you can also read it as “I cannot wait that long to send the reply. ) Rencana untuk ngumpet dari milis RKB sampai sok tanggal 22 Oktober tak jadi kulakukan karena aku tergoda untuk menulis komentar dua postingan. 
Pulang dari ngenet, sesampai rumah, my mom greeted, “Kerasan amat di kolam renang, eh?” LOL.
Selesai sarapan (rasanya lapar poll kayak orang ga makan seharian aja LOL), cuci piring, help Mom cook in the kitchen, aku masuk kamar. Berhubung Angie asik menggunakan desktop, aku scribbling di the cutie. But ga lama ... baru satu jam aku nulis dan baca di the cutie, telerlah aku sambil memeluk bantal cinta pemberian mbak Icha bulan Agustus lalu. Cuapekkkk ... ZzzZZzZZzzzzzzz ...
****
Tiga jam napping. Nyaman sekali, eh? Padahal Semarang panas banget siang ini. Setelah bangun, aku langsung ke dapur membuat cappuccino dingin. Balik ke kamar, nonton disk 2 FREEDOM WRITERS. I do want to write a review on this great movie but berhubung terlalu banyak yang ingin kutulis, jadi bingung mau mulai dari mana. :(
Sementara itu, ternyata kakak dan adik-adik pergi entah kemana. They didn’t offer me to join. Akhirnya aku berinisiatif ngajakin Angie keluar.
Tujuan pertama adalah kawasan CITY WALK Semarang yang berlokasi di Jalan Merak Kota Lama. Seperti biasa, aku ini tipe lelet, sehingga meskipun kawasan CITY WALK telah diresmikan oleh pemerintah beberapa minggu lalu (entah tepatnya kapan, aku lupa), aku baru kali ini berkesempatan jalan-jalan ke sana. Bulan puasa kemarin tentu membuatku malas jalan-jalan. (Biasa lah, ngeles! LOL)
Mengapa tiba-tiba aku pengen mengunjungi CITY WALK? Beberapa hari lalu seorang siswa meminta bantuanku untuk menerjemahkan laporannya ke dalam Bahasa Inggris, tentang kunjungannya ke CITY WALK. Hal ini membuatku ingin berkunjung ke sana sendiri, membuktikan bahwa CITY WALK benar-benar sepi, yang berarti tujuan pemerintah Semarang untuk ‘mengubah’ citra kawasan tersebut, sekaligus untuk menambah pusat kuliner di Semarang gagal.
Mengubah citra?
Kawasan yang dipilih untuk menjadi CITY WALK dulu (mungkin sekarang pun masih) adalah kawasan ‘hitam’, tempat para kriminal dan pemabuk mangkal, tempat para PSK (pekerja seksual komersial) menunggu langganan yang berhidung belang (kayak zebra? LOL) dan biasa terjadi perkelahian antar geng. Wah, seperti kawasan Long Beach dalam film FREEDOM WRITERS? Nana adalah tipe ‘anak manis’ yang tentu tidak tahu apa-apa kalau ditanya masalah perkelahian antar geng di Semarang, tempat kriminal, pemabuk, dan PSK mangkal. Count me out. (Dengan kata lain you can say NANA YANG KUPER.)
Dengan memilih kawasan itu menjadi CITY WALK, memang diharapkan akan mengubah citra kawasan tersebut menjadi satu kawasan yang ramah penduduk, tak lagi dicap ‘hitam’. Masyarakat akan berani berkunjung ke sana karena tak lagi merupakan area yang harus dihindari. Unfortunately usaha pemerintah kota Semarang ini nampaknya gagal. Paling tidak untuk ukuran saat ini.
Menambah pusat kuliner.
Semarang bisa dianggap cukup berhasil dengan usaha WAROENG SEMAWIS tempat masyarakat bisa berkunjung untuk mendapati berbagai macam makanan. WAROENG SEMAWIS yang dikelola oleh KOPI SEMAWIS (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata) diselenggarakan setiap hari Jumat-Sabtu-Minggu tiap minggu.
Pemerintah kota Semarang berkeinginan menjadikan CITY WALK juga menjadi pusat kuliner seperti WAROENG SEMAWIS yang telah berhasil menyedot perhatian masyarakat Semarang yang terkenal suka makan enak.
Mengapa proyek CITY WALK gagal menarik minat masyarakat? Pemerintah harus segera introspeksi dan segera pula memperbaikinya agar proyek ini tidak gagal total begitu saja.
Berikut ini gambar CITY WALK yang memang lengang, hanya ada tenda-tenda kosong tanpa seorang pedagang pun.


Dari kawasan CITY WALK, aku mengajak Angie ke WAROENG SEMAWIS. Lebaran ternyata tidak berarti WAROENG SEMAWIS tutup. Tatkala aku sampai di sana, kurang lebih pukul 18.15, suasana masih sepi, mungkin karena aku sampai di sana terlalu sore. Beberapa pedagang sedang sibuk menata barang dagangannya. Tidak ada tumpukan pelancong di jalanan maupun di tenda-tenda yang menawarkan berbagai macam makanan. Selain makanan, ada pula stand pakaian, pernak pernik aksesoris, dan dua stand khusus ramalan, seperti biasa.
Waktu aku dan Angie menikmati makan malam, gerimis turun. Namun gerimis tidak berarti minat masyarakat turun. Beberapa orang kulihat segera mengembangkan payungnya dan tetap berjalan, menunjukkan bahwa mereka telah mempersiapkan diri dari rumah seandainya turun hujan, mereka akan tetap bisa berjalan-jalan di sepanjang jalan yang disebut Gang Warung itu.
Di bawah ini beberapa foto yang kujepret di kawasan WAROENG SEMAWIS pada hari Minggu 14 Oktober 2007..



Sayangnya makan malam itu kurang nikmat. Aku pesan tahu dan tempe penyet, sambelnya ampuuuuunnn... pedesnya ga karuan. :( :( Angie yang ingin makan siomay membuatku memilih makanan yang terletak di tenda tidak jauh dari stand siomay itu. Di sebelah kanan stand siomay, ada stand sate babi. Count me out for this kind of food.  Di sebelah kiri ada pusat lalapan yang berjualan ayam goreng, bebek goreng, burung dara goreng, plus tempe dan tahu penyet. Aku ingin burung dara goreng, tapi mereka tidak punya. Ayam goreng, wah .. Lebaran selalu identik dengan ayam, so aku males makan ayam goreng di situ. Ditawari bebek goreng, ah ... ga berani nyoba aku. (I am not a food adventurer!!!) akhirnya aku pilih tahu dan tempe penyet yang sambelnya minta ampun pedesnya itu. (Perhaps my Abang would enjoy it coz he said he loved spicy food.)
Selesai makan, dan gerimis telah reda, aku dan Angie jalan-jalan lagi, yah cuma muter-muter doang sih di sekitar situ. :) kali ini aku tidak sampai ke kelenteng Tay Kak Sie dan replika kapal Cheng Ho.
Sewaktu aku dan Angie meninggalkan pelataran parkir, kulihat lebih banyak pengunjung yang berdatangan. Kata tukang parkir, malam minggu pengunjung Waroeng Semawis banyak seperti biasa, tidak ada perubahan meskipun hari itu merupakan Lebaran hari pertama.
Aku dan Angie sampai di rumah sekitar pukul 20.00. begitu memasuki kamar, hujan turun dengan deras. Wah ... pas banget? :)
PT 22.40 141007

No comments: