Search

Friday, October 19, 2007

K A L U N G

Beberapa bulan yang lalu di kantin kantor, aku ditawari oleh Ibu penjaga kantin,
“Bu Nana ... kalungnya indah-indah loh. Murah-murah lagi.”


Aku sempat bengong. Heran, mengapa Ibu kantin menawariku kalung? Apakah tak pernah dia perhatikan aku bukan tipe orang yang suka memakai berbagai macam aksesori? Aku hanya memakai anting lama, pemberian my beloved Mom, mungkin tatkala aku duduk di bangku SMA, atau bahkan sebelum itu. Kalung yang dibelikan oleh my Mom waktu aku masih duduk di bangku kuliah S1 kujual tahun 2002 lalu, dan uangnya kubelikan handphone, sebelum aku berangkat untuk melanjutkan kuliah di American Studies UGM. Handphone lebih penting bagiku waktu itu agar bisa berkomunikasi dengan Angie yang berada di Semarang. 



Namun karena tawaran Ibu kantin itulah, aku mulai memperhatikan aksesori yang dikenakan para siswa/mahasiswa yang datang. Nampaknya aksesori kalung mulai digemari lagi. Atau mungkin aku yang terlalu kuper dan tidak pernah memperhatikan hal tersebut karena aku sendiri tidak pernah peduli. Akan tetapi hal ini tidak berarti aku serta merta ngikut apa yang sedang trend. Aku tetap tidak kepengen memakai kalung, so ngapain beli?


(Telah cukup lama aku tidak lagi memperhatikan penampilan dan aksesorisnya, seperti tas tangan, sepatu, bros, dan lain-lain. Pakaian pun aku memakai yang berwarna hitam melulu sehingga dijuluki “Ms. Black” oleh banyak siswa/mahasiswa. Namun, di zaman ‘jahiliyah’ku dulu, aku suka juga koleksi sepatu dan tas berwarna warni, bros, dll.)


****


Hari Sabtu 29 September 2007 di hotel The Sultan, mbak Angel menunjukkan padaku kalung yang dia pakai. “Kalung ini yang membelikan Luna loh mbak Nana, satu hari waktu di sekolah ada acara semacam bazaar untuk memperingati Mother’s Day. Luna masih duduk di bangku SD waktu itu. Sepulang sekolah dia berikan kalung ini kepada saya. I do appreciate it much more than a golden necklace, karena yang memberi Luna, anakku semata wayang, di hari Ibu pula.”


Dan aku pun memandangnya dengan takjub. Sorot mata kebanggaan terpancar dari mata mbak Angel. Sedangkan Luna yang disebut-sebut tersenyum simpul, berbangga hati pula karena kalung pemberiannya sangat dibanggakan oleh Mamanya.


Aku beberapa kali sempat bertanya pada diri sendiri, apakah aku akan tetap memiliki hubungan yang harmonis dengan anakku, seandainya anakku laki-laki. Dan pada hari itu kulihat keharmonisan antara mbak Angel dengan Luna, anak laki-lakinya. Would I experience like that if my child were a son?


Aku yang feminis ini, plus semasa kecil sering mainan “khas anak laki-laki” sebangsa layang-layang, kelereng, mobil-mobilan, dan sewaktu SMP ikut ekstra kurikuler karate, sehingga aku merasa ‘pernah’ bersikap tomboy, tetap merasa tidak mampu menyelami jiwa laki-laki. Mungkin aku akan tetap bisa berusaha membina hubungan harmonis dengan seorang anak laki-laki (jika dikaruniai seorang anak laki-laki LOL). Namun untuk ‘membentuknya’ menjadi seorang sosok laki-laki yang macho, entahlah.
Beberapa minggu lalu waktu mengunjungi dugderan, aku senang melihat permainan kapal-kapalan, (aku pernah membelikan Angie kapal-kapalan, sekedar untuk ‘menularkan’ kebahagiaan kepadanya sewaktu aku kecil bermain kapal-kapalan ini dengan kakakku.) gasing, mobil-mobilan. Tapi tatkala melihat satu stand PSIS yang berjualan segala macam atribut sepakbola, aku tak bisa membayangkan apakah aku akan dengan senang hati mengajak anak laki-lakiku ke stand tersebut. Satu hal yang pasti, waktu aku kecil di dugder belum ada stand seperti itu. LOL. Dugderan memang merupakan salah satu perekatku dengan ‘akar budaya’ masa kecilku. 


****


Kurang lebih sepuluh hari yang lalu tatkala membeli sebuah rok dengan belahan dada yang agak rendah, aku bilang ke Angie, “Bakal terlihat aneh ya Yang kalau di leher Mama kosong? Mama mau beli kalung ah.” 


Angie yang semula tidak begitu tertarik dengan kalung (waktu kecil yang dia sukai adalah aksesori untuk rambut) ternyata waktu itu ikut antusias memilihkan kalung buatku. Beberapa hari kemudian aku menemukan jawabannya, “Angie bisa pinjam kalungnya Mama waktu pentas drama POCAHONTAS nanti. Kan Angie jadi Ratu?” Wah ... ternyata ... LOL.

****


Hari Sabtu 6 Oktober 07 lalu sepulang dari latihan drama POCAHONTAS dengan beberapa teman sekolahnya, Angie menunjukkan kepadaku sebuah kalung dengan bandul Mickey Mouse. “Ma ... ini Mickey loh! Imut kan?” 


Ternyata dia beli kalung itu di DP Mall, waktu jalan-jalan dengan teman-temannya, tatkala hunting aksesori apa aja yang akan dikenakan waktu pentas drama di sekolah. 


Hari Senin 8 Oktober 07, sepulang dari latihan drama lagi, Angie mengulurkan kalung lain. Kali ini bandulnya berbentuk hati.


“Tadi Angie dan teman-teman hunting aksesori lagi di DP Mall, dan Angie lihat ini. Angie beli buat Mama.”


Uh ... aku jadi ingat mbak Angel yang dengan bangga mengenakan kalung pemberian Luna anaknya. Dan akupun merasa bahagia menerima kalung pemberian Angie.


****


Hari ini Rabu 10 Oktober 07, aku memakai kalung pemberian Angie waktu mengajar. Beberapa teman kerja mengomentari, “Wah kalungya eye-catching banget Ms. Nana.”


“Wah ... kalungnya ABG banget Ms. Nana.”


Dengan bangga aku menjawab, “Ini kalung pemberian Angie. Maklumlah kalau modelnya ABG lha wong yang beli juga seorang ABG.”


Ternyata bangga banget ya diberi sesuatu oleh anak kita? 😍😍
PT56 23.55 101007

No comments: