Search

Monday, October 01, 2007

Kopi Darat Milis RumahKitaBersama

KOPI DARAT YANG MENGESANKAN

Pesawat yang kutumpangi menuju Jakarta meninggalkan bandara Ahmad Yani Semarang kurang lebih pukul 12.00, terlambat 20 menit dari jadual semula. Namun hal tersebut tidak mengurangi my excitement karena membayangkan akan bertemu some wonderful people yang selama ini hanya kukenal nama, cara menulisnya, dan beberapa fotonya lewat milis RumahKitaBersama. Oh well, kecuali mbak Icha yang telah datang ke Semarang dua kali, sehingga aku telah bertemu dengannya dua kali. 


Pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 12.55. Tatkala sedang antri ambil luggage, ponselku berbunyi. Pasti Abang yang ngecek apakah aku sudah sampai (so caring of him!!!). Yeah, it was him, so I told him that I was waiting for my luggage and he said that he was waiting for me—and my lovely star, Angie, plus my sister—outside. Setelah mendapatkan luggage aku keluar. Sempat celingukan kesana kemari mencari dimana Abang berada, akhirnya dia pun muncul, mobilnya berada di tengah-tengah taksi yang sedang mengharapkan segera mendapatkan penumpang. Wah, untung aku telah mengenalinya lewat beberapa foto yang dia kirimkan kepadaku, juga lewat webcam beberapa kali sewaktu kita chat lewat Yahoo! Messenger, sehingga aku langsung tahu ketika dia melambaikan tangannya, memintaku berburu-buru karena mobilnya menghalangi taksi yang ada di belakangnya!


Berhubung kita harus buru-buru sebelum disumpahi para sopir taksi yang nampak sama tidak sabarnya dengan Abang (LOL), aku tidak sempat mengulurkan tangan untuk berjabatan, apalagi cium pipi. LOL. And there I was, sitting next to him, mantan pereli antar negara. LOL. Dia langsung tancap gas sembari bertanya, “Siap untuk ngebut?” Bukan sebuah pertanyaan kukira, tapi pernyataan. Hahahaha ...Well, memang aku sudah lama penasaran ingin membuktikan bagaimana caranya mengemudikan mobil. Kata mbak Omie Abang kalo nyetir gila-gilaan. (Bayangin aja kalau rombongan RKB dari Jakarta berkunjung ke Semarang dan Candi Sukuh dengan sesekali Abang yang nyetir, bakal mabuk darat semua. Wakakakaka ...)


“Loh, mbak Angel kemana Bang? Bukannya dia seharusnya sudah sampai sebelum aku?” aku sempat bertanya sebelum mobil meninggalkan terminal 1B. 


“Pesawatnya delay entar jam 3. Biar dia entar naik taksi aja.” Jawabnya. Wah ...


Setelah meninggalkan kompleks bandara Soekarno Hatta, ternyata lalu lintas padat, sehingga Abang ga bisa tancap gas melulu, meskipun sempat juga membuatku merasa, “Kayak main game di playstation Bang! Itu loh yang kebut-kebutan naik mobil.” Komentarnya, “Iya, sama. Cuma kalau cuma main game, kamu tetap hidup meskipun nabrak. Di sini, bablaslah kamu kalau nabrak.” Hahahaha ...


Well, terakhir kali aku ke Jakarta di tahun 2001 untuk menghadiri seminar internasional yang diselenggarakan oleh LBPP LIA Jakarta, rasanya Jakarta waktu itu belum sepadat sekarang. Atau mungkin kebetulan saja waktu itu aku tidak berada di jalan pada saat peak hours. Abang ternyata hobby ngomel sewaktu nyetir karena lalu lintas padat (sorry nih, buka kartu Bang, wakakakaka ..). Mungkin banyak orang lain lagi yang suka ngomel juga yah karena lalu lintas yang padat. Di Semarang, sepadat apapun lalu lintas, ga bakal segila di Jakarta. Apalagi kebetulan kantorku terletak tidak jauh dari rumah, perjalanan dari rumah ke kantor cuma butuh 5 menit, macet parah paling-paling aku butuh waktu 15 menit deh. Entah karena aku tidak terbiasa dengan lalu lintas padat, atau karena Abang ngomelin pemerintah kota Jakarta yang tidak becus mengatur tata kota melulu, aku pun dengan mudah ikut senewen. (Meskipun begitu, ternyata perjalananku dari bandara ke The Sultan Hotel masih mending dibandingkan mbak Angel yang datang belakangan, dan terhalang macet, sampai taksi tidak mampu bergerak maju sampai satu jam! Gosh!!!)


Sesampai di hotel sekitar pukul 14.00, ah ... leganya! 


Setelah mengantarku ke kamar nomor 885, dan ngobrol sejenak, Abang turun ke lobby, menunggu kedatangan mbak Icha dan mbak Angel.


Aku turun sekitar pukul 17.00 karena acara buka puasa bersama akan dimulai pukul 18.00. Namun ternyata mbak Icha dan keluarga, juga mbak Angel belum nongol juga. Traffic jam yang gila penyebab mereka berdua belum sampai. 


Mbak Icha bersama kedua buah hatinya, Bastian dan Vanessa datang terlebih dahulu. Kak Frisch yang sedang mencari tempat untuk parkir mobil masuk belakangan. Bas ternyata lebih ramah dan murah senyum dibandingkan Van sehingga dia langsung menyambut uluran tanganku dan membiarkanku mencium pipinya, sedangkan Van menghindar. Lah, heran kan aku? kata mbak Icha, Van kenes, Bas pemalu. Oh, ternyata karena Van masih jet lag karena perjalanan dari Ciledug ke hotel. “Nyawanya belum ngumpul tuh!” kata mbak Icha. LOL.


Mbak Angel akhirnya muncul juga sekitar pukul 17.30. Oh, she must have been very tired! Dan aku heran, kok mbak Angel datang sendirian, kemana Luna, sang jagoannya? Ternyata Luna akan nyusul dari Lippo Karawaci, tempat sekarang dia menimba ilmu di Universitas Pelita Harapan. Dan tentu bisa dimaklumi, perjalanan Luna pun terhalang macet sehingga dia akan datang belakangan. 


Adzan maghrib menunjukkan waktu berbuka telah terdengar sewaktu kita serombongan akan meninggalkan hotel menuju RM Pulau Dua. Kegembiraan bertemu dengan orang-orang special itu membuatku lupa bahwa aku berpuasa. Aku lupa bahwa seharusnya aku merasa lapar. LOL. Aku bersama Angie dan Nunuk plus mbak Angel berada dalam mobil Abang, sedangkan mbak Icha sekeluarga berada dalam mobil lain.


Sewaktu memasuki tempat parkir RM Pulau Dua, Abang sempat menyapa seseorang, “Liquid!” Oh ... he must be si anak bangor, yang hobby kirim postingan yang lucu-lucu tur saru (wakakakaka ...). “Kok masih nampak muda banget?” komentar mbak Angel. “Masih kayak anak kuliahan,” katanya lagi. Loh, saingan sama Luna dong? LOL.


Memasuki RM Pulau Dua, gile, rame banget? aku sempat mikir kayak orang-orang Jakarta tumplek bleg di sana, buka puasa bersama. Sewaktu aku dan rombongan sampai di meja nomor 300, Pak Anwari dan istri, plus Pak Djoko beserta istri dan anak putrinya yang mantan sopir busway telah duduk di meja menunggu kita. Setelah bersalam-salaman, saling memperkenalkan diri masing-masing, kita duduk. Pak Anwari berkomentar dengan bangga, “Saya datang nomor satu! Sudah ada foto yang menunjukkan saya datang tepat waktu, juga hidangan yang lengkap sudah ada di kamera saya.” Wah ... Pak, di Semarang aku juga termasuk punctual comers, Abang juga begitu di tempatnya sono, dan sering ngomentarin aku lelet kayak kuya. Wakakakaka ... But pada kesempatan itu, ya mohon dimaklumi kalau kita datang terlambat. Pesawat mbak Angel yang delay dari jam 11.00-an, mundur sampai jam 14.00-an (if I am not mistaken), lalu lintas macet yang tak terkira membuat kita semua datang terlambat.


Btw, Pak Anwari yang tidak memakai topi (maklum, aku hafalnya fotonya yang banyak bertebaran di www.superkoran.info memakai topi) terlihat lebih muda dari usianya yang 69 tahun. Sewaktu aku bilang, “Wah Pak Anwari terlihat lebih muda di aslinya loh dibanding di foto,” Bu Anwari bilang, “Waduh mbak, nanti kepalanya jadi membesar! Topinya bakal ga muat dipakai lagi.” Hahahaha ...
Setelah minum teh manis yang tersedia untuk membatalkan puasa alias berbuka, aku, Angie dan Nunuk, beserta Bu Djoko dan anaknya shalat dulu di musholla yang tersedia. 


Kembali ke meja nomor 300, kita langsung makan, sambil ngobrol, foto-foto, khas orang-orang kopi darat deh. obrolan yang semula kita lakukan lewat dunia “maya”—milis—kita lanjutkan di dunia “nyata”. Mas Budiman yang juragan minyaknya RKB datang setelah kita ramai-ramai makan, ngobrol, dan lain lain. Setelah bersalam-salaman dengan semua yang hadir, dia pun langsung gabung. 


Pak Djoko yang duduk di sebelahku, sempat memberiku buku “Semarang Tempo Dulu, Teori Desain Kawasan Bersejarah”. Wah, tentu sudah dipersiapkan sebelumnya. Thanks a lot Pak Djoko. Pak Anwari yang duduk berhadapan dengan pak Djoko bilang aku dan Angie look like sisters. Well, banyak sih yang bilang begitu. Waktu Pak Anwari nanya, “Kalau begitu siapa yang dimudakan siapa yang dituakan?” untuk menggoda Angie, aku bilang, “Dia dituakan Pak, sehingga pantas menjadi adik saya.” LOL. But tentu saja di dalam hati aku pengennya aku yang dimudakan dari usiaku sebenarnya. (Goodness, Pak Djoko masih ingat yang kukatakan di milis, bahwa usiaku akan selalu 36 tahun, seperti alamat emailku fe36smg@yahoo.com) 


Acara ngobrol-ngobrol beramai-ramai ini sempat terganggu karena kebetulan kita duduk di dekat panggung yang ada live music nya. Abang yang semula didaulat untuk menyanyi di milis, tidak mau menyanyi di situ. Dia berencana mengajak kita ke karaoke setelah acara buka puasa bersama itu selesai. Nah, kalau di karaoke dia mau menyanyi tentu. He told me he loves berkaraoke-ria. 


Yang paling belakangan datang Pak Danar beserta Ibu Roosye yang cantik jelita. Tentu karena macet. Luna pun datang hampir berbarengan. Tepat pada waktu itu, beberapa meja yang ada di dalam ruangan telah kosong sehingga rombongan RKB memutuskan untuk pindah ke dalam sehingga acara ngobrol kita tidak terganggu live music. Meskipun begitu ternyata suara orang berceloteh—ga cuma rombongan RKB yang ngobrol dan bercanda—tetap saja mengganggu. 


Angie yang ngantuk, bersandar di bahuku, sambil memejamkan mata menjadi sasaran empuk kamera Pak Anwari. LOL. Akhirnya kak Frisch menawarkan mengantar Angie balik ke hotel. Nunuk pun ngikut. Thanks a lot kak Frisch. 


Pak Djoko dan istri plus anak meninggalkan tempat sebelum pukul 21.00 karena Bu Djoko ingin melakukan shalat tarawih. Sekitar 30 menit kemudian, Pak Anwari beserta Ibu mohon diri karena telah dijemput sang pengawal. LOL.


Kita semua yang tersisa meninggalkan RM Pulau Dua sekitar pukul 22.00. 


Sesuai rencana, Abang ngajakin aku berkaraoke. Sayangnya Liquid dan mas Bud’s pulang, ga ngikut. Mbak Angel dan Luna yang kecapaian pun memilih balik ke hotel untuk beristirahat. “Wah, ga rame nih, masak cuma 4 orang?” komentar Abang. Yah, mau bagaimana lagi Bang? Aku tentu saja semangat 45 ngikut karena berkaraoke bareng Abang kan merupakan salah satu item dalam daftar yang ingin kita lakukan bersama jikalau kita bertemu?


Setelah mengantar mbak Angel dan Luna balik ke The Sultan, kita berempat, terbagi dalam dua mobil, menuju ke karaoke yang terletak di Kelapa Gading, tak jauh dari tempat tinggal Abang. Jalan tol dalam kota tetap saja macet membuat Abang ga habis pikir. “Sudah hampir jam 11 malam gini jalan tol tetap macet? What is wrong with Jakarta?” omelnya. LOL. Well, aku ga perlu lah ikutan ngomel. Hahahaha ... aku dengerin aja dia ngomel ngalor ngidul tentang kota kelahirannya itu, sembari menikmati pemandangan di luar kaca mobil, Jakarta di waktu malam hari.


“Jakarta benar-benar ga pernah tidur ya Bang?” tanyaku.


“Iyalah. Kamu baru tahu toh?” tanyanya balik. LOL.


Setelah lalu lintas lancar lagi, nah ... aku serasa naik mobil reli lagi deh. LOL. Abang langsung ngebut! Aku bayangin kak Frisch yang ada di belakang, harus ikut-ikutan ngebut agar tidak kehilangan jejak. Oh ya, Van dan Bas sudah balik ke hotel, diantar Papanya, jauh sebelum kak Frisch nganter Angie dan tantenya balik ke hotel. 


Dan ...


Betapa kecewanya Abang tatkala mendapati “Happy Puppy” tempatnya biasa berkaraoke tutup. Iya, T U T U P!!! Aku, mbak Icha, dan kak Frisch ketawa aja. Mau bagaimana lagi? Akhirnya Abang ngajakin kita minum juice di salah satu tempat makan di Kelapa Gading. Kata kak Frisch, daerah Kelapa Gading memang terkenal memiliki banyak pusat jajan yang enak dengan harga terjangkau. Banyak orang dari seantero Jakarta datang ke Kelapa Gading hanya untuk makan.


Seusai ngobrol sambil minum juice, kita memisahkan diri. Abang pulang ke rumah, aku bersama mbak Icha dan kak Frisch balik ke The Sultan. Berbeda dengan Abang yang mantan pereli antar negara sehingga kalau nyetir ngebut, kak Frisch nyetir dengan santai, sambil ngobrol, sekaligus menjadi tourist guide yang sabar. LOL. Aku ditunjukinya tempat-tempat yang pernah memiliki sejarah, misal eks lapangan IKADA, dan yang lain-lain, termasuk “Ini dia rumah sakit Papinya Icha,” katanya. LOL. Mbak Icha langsung ketawa, “Emang orang kaya punya rumah sakit? Maksudnya di rumah sakit inilah Papiku dirawat selama kurang lebih satu bulan sebelum beliau menghembuskan nafas yang terakhir. Kita anaknya bersebelas bergantian menjaganya di rumah sakit.” 


Dalam perjalanan kita sempat ketemu rombongan sahur on the road. Entah mereka beneran beribadah melakukannya atau sekedar hura-hura di malam hari di bulan puasa, sehingga tidak bakal ditangkap polisi. Oh ya, kita sempat dicegat polisi yang ngecek kelengkapan surat-surat seperti STNK mobil dan SIM. Heran, malam hari gitu, kok ya masih ada oknum yang mencari tambahan duit buat Lebaran? Hahahaha ... 


Semula mbak Icha mau ngajakin aku beli sesuatu untuk sahur di Jalan Sabang, tapi ga jadi karena pertemuan dengan rombongan sahur on the road. Akhirnya kita jadi juga mampir di satu jalan—aku lupa bertanya apa namanya dan mbak Icha ga bilang—dimana banyak kafe tenda bertebaran, berjualan segala macam makanan. Aku memilih menu nasi goreng yang ga ribet cara makannya. Banyak manusia kalong di sini, LOL, yang sedang makan, entah makan malam yang sangat terlambat, atau makan sahur yang terlalu awal. 


Kita bertiga sampai di hotel sekitar pukul 01.30, if I am not mistaken.


*****


Walaupun tidur sangat terlambat, dan bangun untuk sahur sekitar pukul 03.30-04.00, jam 6 pagi aku sudah bangun, tergolek kesana kemari. I don’t know what made me not able to sleep. Akhirnya pukul 06.30 aku turun, berenang, meskipun aku bilang ke mbak Icha aku akan berenang bersama Van sekitar pukul 09.00. Well, kalau pengen berenang lagi, toh aku bisa juga melakukannya.

“Puasa-puasa kok berenang Na?”


“Well, yang membatalkan puasa kan makan, minum dan have sex secara sengaja di siang hari? Berenang tidak termasuk minum secara (tidak) sengaja toh? Kan kata hadits yang penting nawaitunya? Berniat berenang untuk bisa minum air secara sengaja atau berenang untuk berolahraga?” LOL.
Seusai berenang selama kurang lebih satu jam, (pengennya berendam selama mungkin sebenarnya hahahaha ...) aku balik ke kamar, mandi. Angie masih molor. Nunuk melakukan yoga, or whatever it is called. LOL.


Sekitar pukul 9, Abang nelpon aku dari kamar 895, tempat mbak Angel dan Luna menginap. Dituduhnya aku baru bangun tidur. Enak aja, udah berenang kok dibilang baru bangun tidur. Aku segera ke kamar 895, berkumpul. Mbak Icha dan si cantik Van yang sudah keliatan aslinya, kenes LOL, nyusul. Dan, di sanalah kita mempertontonkan diri bersama-sama di depan web cam untuk dilihat mbak Omie. Mbak Omie pengen lihat kebersamaan kita, ikut merasakan kegembiraan kita yang berkumpul di darat, ga cuma lewat milis doang. 


Selesai chatting dengan mbak Omie, Abang dan lain-lain turun untuk sarapan. Aku balik ke kamar, packing. Seusai packing, aku ajakin Angie turun, berkumpul dengan mbak Icha yang sedang nungguin Van bermain air. Abang sempat bergabung dengan kita, ngobrol-ngobrol. Aku ga jadi nyebur lagi. 

Abang ngeledek, “Takut item ya Na?” LOL. Aku bawa baju berenang full body kok, yang kayak baju selam itu. Males harus mandi lagi, ngeringin rambut lagi, dll. Abang yang bilang di milis katanya mau bertopless ria (untuk nunjukin kalau dirinya memang laki-laki, bukan perempuan LOL) di kolam renang juga ga jadi. It means, kita masih bisa menodongnya untuk melakukannya di kesempatan yang akan datang. LOL. Cihui!!! LOL. LOL. 


Btw, di film SHE’S THE MAN, Viola Hastings dan Sebastian Hastings, si kembar yang bertukar tempat, tatkala membuktikan bahwa diri mereka perempuan/laki-laki, Viola menunjukkan dadanya, sedangkan Sebastian melorotkan celananya. It means kalau Abang hanya akan bertopless ria untuk menunjukkan bahwa dia laki-laki, itu kurang mantap. Wakakakakaka ...


Setelah mbak Angel turun dan ngobrol sejenak dengan kita bertiga, Abang pamitan karena dia akan pergi ke satu tempat lain. Aku dan mbak Angel pamitan ke mbak Icha karena kita akan berangkat ke bandara bareng. Mbak Icha dan kakaknya Beby masih menunggui si kecil-kecil bermain air.


Aku dan mbak Angel saling berpelukan dan cium pipi kiri kanan di taksi setelah sampai di bandara. Oh ya, komentar mbak Angel tentang aku, “Aku bayangin mbak Nana ini tinggi besar, karena dia kan feminis? Eh, ga tahunya mbak Nana ini kecil mungil dan feminin.” Kata mbak Icha, “Berarti mbak Angel ga nyimak ya waktu di milis kita bercanda siapa yang paling enak digendong, ya tentu si Nana yang kecil.” Ah, ini sih candaan setahun yang lalu di milis lain, waktu Abang bilang dia sedang belajar ginkang sehingga dia bisa gendong aku naik Borobudur. Hahahahaha ... 


What a lovely and wonderful kopi darat. (what is it called in English? LOL.)


I am looking forward to mbak Omie’s coming next year. Hopefully we can spend time together. Kalau bisa barengan dengan yang lain, misal mbak Roslina, Don Marco, Kang Beth, Pak Sumar ... tentu saja sekaligus Abang, Pak Danar, dan Pak Anwari yang home-based nya di luar, what a miracle comes true.


Love you all,
Nana
PT56 10.35 011007


Below are some pictures of that dinner :) Can you guess which one is my Abang? :)






No comments: