Search

Tuesday, December 12, 2023

Pilpres 2024 (2)

 

waktu undian nomor urut

Frankly speaking, baru di pilpres tahun 2014, saya tertarik untuk memperhatikan lebih serius siapa-siapa yang menjadi capres. Penyebabnya tentu karena ada seorang tokoh 'fenomenal' yang berasal dari kota Solo: Joko Widodo.

 

Saya termasuk tipe warga negara yang apatis terhadap laju pemerintahan negara yang saya. Siapa pun yang menjadi kepala (daerah/negara), hasilnya ya sama saja. Seperti yang dikatakan orang: negara auto pilot, siapa pun kepalanya, semua akan berjalan seperti 'biasa'.

 

Hingga pada tahun 2010, saat saya menjadi salah satu 'juri' untuk memberi apresiasi pada calon-calon siswa yang akan dikirim ke luar negeri untuk program 'exchange student' oleh Yayasan Bina Antar Budaya. Salah satu siswa SMA presentasi tentang walikota daerahnya: Solo. Dia memuji Joko Widodo sebagai seorang pemimpin yang beda dari pemimpin-pemimpin sebelumnya yang terlalu birokratik, dan menjaga jarak dengan warganya. Saya penasaran, tapi rasa penasaran itu berhenti hanya di rasa penasaran, tanpa ada keinginan untuk tahu lebih jauh.

 

Hingga di tahun 2011, saat saya pertama kali dolan ke Solo, menginap di rumah Ranz untuk pertama kali, dan ditemani bersepeda keliling kota Solo. Ranz mengajak mampir ke Taman Balekambang yang disulap menjadi taman milik rakyat, dimana warga Solo bisa dolan ke sana, bersantai bersama keluarga, gratis, cukup dengan membawa bekal sendiri dari rumah. Kata Ranz, Taman Balekambang dulunya terbengkalai, tidak diurusi, kalau malam menjadi salah satu tempat adanya bisnis 'esek-esek', di'sulap' menjadi taman yang indah. Namun yang lebih menarik perhatian saya adalah trotoar lebar di Jl. Slamet Riyadi yang membuat para pejalan kaki nyaman berjalan kaki.

 

Kemudian Ranz pun bercerita tentang walikota yang dia banggakan: Joko Widodo. Orang yang lebih dikenal dengan nama Jokowi ini 'mantan' pengusaha mebel. Keahliannya me'manage' asosiasi perkumpulan para businessman di bidang permebelan membuat orang-orang itu mendukungnya untuk mencalonkan diri menjadi walikota, di tahun 2005. dan, aku pun terpesona. Ada ya, pemimpin yang memang benar-benar bekerja untuk rakyatnya?

 

Aku pun kian tertarik ketika Jokowi diusung menjadi calon gubernur DKI Jakarta di tahun 2012. Si Krempeng yang penampilannya kurang meyakinkan itu ternyata menang lawan Foke yang semula dipilih oleh PDIP untuk menjadi calon gubernur, namun setelah Jokowi 'dibawa' ke Jakarta oleh pentolan Gerindra dan 'ditawarkan' kepada PDIP, PDIP pun beralih mengusung Jokowi.

 

Inilah awal mula yang membuat saya tertarik ikut mengamati pilpres tahun 2014, dan memilih turut kampanye di medsos, terutama facebook. Di tahun 2019, saya masih tertarik turut meramaikan kampanye pilpres.

 

Memasuki tahun 2023, saya mulai berpikir apakah saya akan melakukan hal yang sama: kemana saya berpihak dari capres-cawapres yang telah dipilih. Atau cuek saja kali ini, toh jagoan saya, Jokowi, tak lagi turut pilpres. Jelas saya tidak tertarik pada AB, terutama karena (1) dia pernah dihentikan dari jabatannya sebagai mendikbud, something was wrong with this man (2) dia memenangkan pilgub di DKI Jakarta melawan Ahok menggunakan strategi 'ayat dan mayat'. (google sendiri saja tentang hal ini (3) dia merusak sistem yang telah dibuat baik oleh Ahok, selama Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta, menggantikan Jokowi, setelah Jokowi maju menjadi presiden RI.

 

konon di kesempatan ini, Jokowi berusaha menjodohkan PS dengan GP untuk maju pilpres 2024

 

Bagaimana dengan GP? Well, banyak orang yang nyinyir padanya sebagai seorang pejabat yang kurang menghormati rakyat jelata: caranya bercanda selalu dengan membully orang yang berada di hadapannya. Okelah itu bercanda, namun bercanda dengan cara membully lawan bicaranya itu sama sekali tidak bijak. Plus 'nyinyiran' orang: "membenahi Jateng saja tidak becus selama 10 tahun ini kok mau memimpin Indonesia Raya."

 

Harapan saya sedikit naik setelah ada selentingan bahwa Gibran Rakabuming Raka -- putra sulung Jokowi -- akan diusung sebagai cawapres Prabowo. Saya sempat excited sejenak, namun kemudian saya ingat salah satu alasan saya memilih Jokowi di tahun 2014 dan 2019 itu karena Prabowo memiliki jejak buruk: sebagai penculik beberapa aktivis reformasi tahun 1998. dan, kedekatan Prabowo dengan keluarga Cendana tentu tidak bisa diabaikan begitu saja.

 

Meski saya yakin bahwa tentu Gibran bisa bekerja sebaik ayahnya, pasangannya -- Prabowo -- tetap menjadi ganjalan bagi saya. Hingga satu kali saya membaca satu postingan di grup alumni, seseorang menulis kemungkinan GP tidak akan melanjutkan beberapa proyek strategis yang telah dimulai oleh Jokowi, sehingga Jokowi keberatan untuk mendukungnya. Lebih parahnya, jika proyek-proyek ini terbengkalai, Jokowi bisa dicap buruk oleh masyarakat Indonesia, terutama para generasi mendatang.(tentu saja tidak rela jika di masa datang, Jokowi dilabeli sebagai (ex) presiden yang bla bla bla (buruk pokoknya).

 


And … just like that … saya pun dengan mudah memilih untuk berada di paslon Prabowo - Gibran. (Honestly, I still have big TRUST to Jokowi) Apa lagi setelah 'menemukan' akun-akun tertentu yang berbicara banyak tentang hal ini. Dan satu hal yang paling penting lagi bagi saya adalah saat seorang content creator di tiktok menyebut bahwa sebagai seorang yang pemberani dan bernyali besar, (Amerika dan Eropa saja dihadapi dengan gagah berani! Hingga salah satunya menghasilkan freeport bisa diupayakan untuk memberi keuntungan untuk Indonesia), Jokowi tentu berani lah menghadapi kubu Cenda**. Dan, mengingat setelah 25 tahun rezim orba lengser, sampai sekarang tidak ada satu pun keturunan presiden kedua Indonesia itu yang berani (dan berhasil) come back ke kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah lagi seseakun lain yang mengunggah video lama wawancara antara Fadli Zon, Munir (Kontras) dan host dari satu televisi tentang Prabowo., yang intinya adalah: Prabowo dijadikan tumbal reformasi 98 oleh para jenderal-jenderal tahun itu. Dia memang terlibat penculikan aktivis, namun yang dia culik semua kembali dalam kondisi sehat. Sebagian aktivis lain yang diculik dan hilang (baca => dibunuh) itu bukan yang menjadi tanggung jawab Prabowo. Yang ditugasi oleh orang nomor 1 di Indonesia pada waktu itu -- untuk menculik para aktivis reformasi -- bukan hanya Prabowo, namun ada orang lain. Ini satu hal yang entah mengapa tidak 'dikenal' oleh masyarakat luas. Masyarakat (kebanyakan) tahunya hanyalah Prabowo yang menculik para aktivis yang hilang, dan membunuh mereka yang tidak kembali ke keluarganya.

 

Hal ini mengingatkan saya pada apa yang selalu didengung-dengungkan mereka yang percaya bahwa Prabowo tidak sejahat yang dituduhkan orang-orang: Gus Dur melabeli Prabowo sebagai seseorang yang sangat ikhlas. Dia dijadikan tumbal pergolakan reformasi tahun 1998, namun dia tidak pernah menyebut nama-nama (para 'jenderal' lain) yang seharusnya jauh lebih bertanggung jawab atas kekacauan di Jakarta (terutama) pada waktu itu. Dalam kondisi chaotic, Jakarta ditinggal begitu saja oleh para 'jenderal' ke luar kota, sementara Prabowo diserahi tugas untuk 'menjaga Jakarta'.

 

Pak Prabowo yang pernah diramalkan oleh Gus Dur akan menjadi presiden RI di usia tuanya mungkin akan 'menerima karma'nya di tahun 2024: terpilih menjadi presiden di usia 72 tahun. Apa boleh buat, mungkin memang sudah garis takdir Indonesia bahwa Indonesia dipimpin oleh seorang dari rakyat sipil selama 10 tahun, tahun 2014 - 2024, setelah itu Indonesia akan kembali dipimpin oleh seseorang dari militer. 

 

Saya berdoa semoga Pak Prabowo dilimpahi kesehatan dan umur panjang hingga dia bisa membuktikan pada rakyat Indonesia -- juga dunia -- bahwa dia memang layak memimpin negara Republik Indonesia, hingga tahun 2029. Aamiin YRA. 

 

Masih ada waktu selama kurang lebih 2 bulan lagi bagi rakyat Indonesia untuk kian memantapkan pilihannya, bagi yang memilih untuk turut meramaikan pesta demokrasi di pemilu 14 Februari 2024. Yang sudah mantap dengan pilihannya, akan semakin mantap. Yang swing voters ya sila lanjutkan kalau mau memilah dan memilih sesuai 'hati nurani', atau mau keukeuh golput, ya sila saja.

 

MS48 12/12/2023

 

Survey Litbang Kompas paslon capres cawapres nomor 1, 2, 3 11 Desember 2023

 

 Survey Litbang Kompas Capres 2024 4 Oktober 2023

No comments: