Search

Wednesday, December 13, 2023

Debat Capres 2024

 


Hari Selasa 12 Desember 2023 dipilih sebagai hari dilaksanakannya debat capres pertama. Tentu saja saya tidak nonton: jam diselenggarakannya debat tepat saat saya berada di dalam kelas, demi turut memajukan kecerdasan generasi penerus bangsa. Saya pulang dari tempat kerja sekitar pukul 20.40. 20 menit kemudian, saat masuk rumah, saya harapkan ada seseorang yang sedang menonton televisi di ruang makan, saya akan langsung bergabung untuk nonton sejenak, meski mungkin hanya dapat 'buntut'nya doang.

 

Ternyata, ruang makan kosong, televisi dalam kondisi off. Suami Riz -- adik ragil -- yang biasanya menonton televisi tidak nampak. Saya baru ingat, Riz sedang opname di RS Tlogorejo. Suaminya pasti menginap di RS, menjaga istrinya. Angie nampak santai-santai saja, keluar dari kamar mandi, dia habis keramas. Dua keponakan jelas sudah tidur di kamar, dan Noek juga sibuk di kamarnya sendiri. Noek tidak nampak tertarik pada obrolan tentang pilpres. 'ally' saya untuk membahas tentang copras capres di rumah adalah Riz, tapi kali ini dia sedang 'menginap' di RS.

 

Tadi pagi, Rabu 13 Desember 2023, saat sarapan bareng, Angie bercerita dia 'menengok' lapak twitter-nya, untuk ngecek omongan orang tentang debat capres semalam. Ada seseakun yang melakukan polling: capres mana yang menjuarai debat semalam. Hasilnya: 88% orang memilih Anies sebagai juwara. Di bawah polling itu, berderet-deret respons yang semuanya memuja kepiawaian Anies. Aku pun tertawa, sambil berkomentar bukannya memang AB terkenal aheli menata kata? Ahli berbicara? Dan orang tahu bahwa mereka yang aheli bicara pasti justru tidak mampu bekerja dengan baik, lol.

 

"Akhir-akhir ini tuh ya, Mama perhatikan di banyak postingan perpolitikan di IG, puluhan, bahkan mungkin ratusan komentar yang ada semua memuji paslon nomor 1, yang bakal terpilih sebagai presiden tahun 2024 - 2029. ini menunjukkan paslon nomor satu ini kian banyak buzzer-nya. Semua respons itu nadanya sama, bahkan dengan menggunakan kalimat yang sama persis!" kata saya pada Angie. Dia pun mengangguk-angguk. Kondisi di twitter ya sama saja.

 

Lebih lanjut Angie bilang bahwa Prabowo menyebut salah satu cara untuk memajukan Indonesia adalah menggunakan cara militerisme. Satu hal yang menakutkan bagi Angie.

 

Dengan tenang saya menjawab bahwa apa boleh buat saya setuju dengan pendapat itu. Setelah 'lepas' dari rezim orba, dimana represi untuk mengemukakan pendapat itu begitu kuat dengan hukuman yang 'berat': hilang, nampak jelas terlihat (rakyat) Indonesia memasuki masa 'keemasan' mengemukakan pendapat di masa (the so-called) 'reformasi' sekarang ini: dengan keleluasaan akses internet via teknologi android yang cukup murah (jika dibandingkan dengan awal-awal masa runtuhnya rezim orba), orang-orang pun secara ngawur menulis segala yang ingin mereka tulis di internet. Berapa (puluh/ratusan/ribu) kali orang mengatai-ngatai Presiden Jokowi dan pemerintahan yang ada sekarang? Jika di tahun 2014 ada 'obor rakyat', di tahun 2023 ini ada yang sejenis itu, 'podcast bocor alus' yang isinya melulu fitnah terhadap keluarga Presiden.

 

https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/993q5GOI9JPXVPPpjOpfmGsiar0=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4684007/original/023535800_1702399692-20231212-Momen_Akhir_Debat_Perdana-FAI_9.jpg

 

Bagaimana cara pemerintah 'mendidik' orang-orang tidak bertanggung jawab ini untuk menggunakan hak mereka untuk berbicara / menulis di media umum? Seperti kata beberapa orang yang pendapatnya saya baca di media sosial, nampaknya sistem demokrasi -- dimana siapa pun bebas berbicara tentang apa saja -- tidak terlalu cocok untuk negara berkembang seperti Indonesia dimana masih banyak orang yang tidak / kurang terdidik menyalahgunakan kebebasan berpendapat mereka.

 

Nampaknya Angie tidak siap dengan jawaban saya. dia nampak gusar kok ibunya tidak keberatan jika presiden selanjutnya memimpin Indonesia dengan cara militerisme. Maka saya lanjutkan dengan mengatakan, "kita orang sipil memiliki cara pandang sendiri, pak Prabowo sebagai orang militer tentu memiliki cara pandang sendiri. Apa boleh buat? Mama bisa memahami cara pandang pak Prabowo itu."

 

Sebagai seseorang yang menikmati kebebasan mengemukakan pendapat sejak pertama kali ngeblog di tahun 2006, saya kesal juga melihat kesembronoan orang memanfaatkan kebebasan ini dengan cara ngomong jelek yang ditujukan pada (terutama) keluarga Presiden Jokowi sekeluarga. "Ngono ya ngono nanging mbok aja ngono," kata pepatah.

 

Meanwhile …

 

Ranz sebagai penduduk Solo mengemukakan keberatannya jika Gibran Rakabuming Raka harus pindah ke DKI Jakarta jika paslon Prabowo - Gibran memenangkan pilpres tahun 2024, dengan alasan 'simpel': "Semenjak Pak Jokowi pindah ke Jakarta menjadi gubernur, kemudian lanjut menjadi presiden RI, pembangunan di Solo mandeg total sampai tahun 2021, saat Gibran terpilih sebagai walikota Solo. Dalam waktu kurang dari 3 tahun, Solo maju pesat di bawah pemerintahan Gibran. Mosok baru 3 tahun, Solo harus ditinggal lagi?"

 

SB Anjasmoro, 12.06 13/12/2023

 

Rangkuman debat capres bisa dibaca di link ini  

 

Berita tentang debat capres bisa dibaca di sini  


Debat Perdana Capres Pilpres 2024

No comments: