Search

Tuesday, August 23, 2022

B A H A G I A

 


 

"Bahagia mungkin sejenis candu untuk bertahan hidup." VKD

 

Kebetulan sebelum membaca tulisan Vika tentang 'bahagia' ini saya habis berbincang dengan salah seorang kesayangan. Ternyata di matanya hidup saya ini begitu mudah hingga membuatnya iri. Satu pernyataan yang tentu membuat saya bertanya kepadanya apa saja yang saya miliki yang membuatnya iri.

 

"beban kerjamu (yang tidak terlalu membebani)."

"Kamu bisa sepedaan kemana-mana."

"Kamu masih bisa ngopi."

"Too many to mention."

 

Well. Bukankah hidup ini wang sinawang ya. Apa yang dia 'keluhkan' bisa jadi adalah satu hal yang membuat saya iri padanya. Meskipun begitu, hal-hal yang dia katakan di atas membuat saya harus kian menyadari bahwa saya harus selalu merasa 'grateful' dengan apa yang saya miliki saat ini.

 

Merenungkan hal ini membuat saya teringat pada topik pembicaraan saya dengannya beberapa hari yang lalu. Banyak orang yang berubah (atau berkembang?) menjadi kian bijaksana bersamaan dengan usia mereka yang menua. Mereka nampak lebih tenang menghadapi hidup, ketimbang, let's say, saat mereka berusia 10 tahun lebih muda. Namun, tak sedikit juga orang yang sama sekali tidak berubah cara berpikirnya. Mereka tetap nampak semeledak-meledak 10 tahun, atau bahkan 30 tahun yang lalu. They really stay the same. Hanya usia (fisik) mereka saja yang menua, namun jiwanya tetap sama. Jika saat muda mereka nampak beringas, di usia tua mereka sama sekali tidak berubah.

 

Saat itu saya menyitir apa yang kadang saya baca di status teman medsos, Devita. Dev percaya hidup kita di masa kini adalah hidup yang kesekian. (Aha … jadi ingat, dulu seorang kawan facebook bilang, generasi kehidupan ini adalah generasi (Nabi) Adam yang ketujuh.)  Apa yang kita alami sekarang ini merupakan refleksi dari kehidupan kita di masa lampau. Mereka yang sejak lahir berada dalam keluarga yang berkecukupan ini merupakan buah 'karma' (?) hidup mereka di kehidupan yang lalu. Demikian juga sebaliknya, mereka yang sejak lahir nampak berada dalam kondisi yang terus menerus menyedihkan adalah 'karma' kehidupan mereka di masa lalu.

 

Lalu bagaimana agar di satu masa nanti kita terlahir kembali dengan kehidupan yang nyaman? Be good to others. Hanya begini simpelnya.

 

"Bahagialah mereka yang sadar mengapa mereka terlahir karena kebanyakan dari kita dilahirkan dalam kondisi lupa. Lupa apa manfaat kita dilahirkan." Kata Dev.

 

Saya membacanya sebagai mereka yang sadar mengapa mereka dilahirkan memiliki jiwa yang dewasa. Kalau pun toh di awal-awal hidup, mereka lupa. Sekian (puluh) tahun kemudian, mereka akan dengan mudah belajar dan menjadi pribadi yang dewasa dan tenang. Sebaliknya orang-orang yang tidak pernah mau mengambil pelajaran dari kehidupan mereka sendiri, maupun kehidupan orang lain. Hanya fisik mereka saja yang menua, sisi psikologis mereka stays the same.

 

Merunut pernyataan Vika, yang saya kutip di atas: menulis puisi buat orang kesayangan adalah salah satu candu bagi saya. Selain sepedaan dan berenang tentunya.

 

N.B.:

Kamu ga bisa nulis puisi buatku gapapa sayang. Kan kamu telah jadi inspirasi buatku. #eaaaaa 

 

PT56 11.30 23 Agustus 2022

No comments: