Search

Tuesday, February 16, 2016

Coretan tentang (mantan) kekasih

Masih terinspirasi satu cerita di buku kumpulan cerpen karya Agus Noor yang berjudul "Cerita Buat Para Kekasih"


"Di antara para kekasihku, hanya kamulah yang paling bisa membuatku merasa nyaman bercerita tentang kekasih-kekasihku yang lain, yang hadir dalam hidupku sebelum kamu," kataku satu kali, ketika seperti biasa dia menelpon.

Menelponku merupakan kebutuhan hariannya, katanya. Meski sehari hanya cukup dua kali, pagi menjelang siang, dan sore hari. Detik-detik menjelang dia menelponku di dua moment itu merupakan detik-detik yang paling mendebarkan baginya, karena, konon, tiap kali mendengar suaraku di telepon dia langsung merasakan letupan-letupan gairah menjilati sekujur tubuhnya. Letupan-letupan yang telah lama menghilang dari kesehariannya gegara dunia bisnis yang sedang menurun, dan istrinya mengomel melulu karena income-nya hanya cukup untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari, tak ada sisa yang bisa dia pakai untuk mempercantik diri di salon, apalagi membeli pakaian dan kebutuhan-kebutuhan perempuan lain, seperti tas, sepatu, perhiasan dan parfum agar bisa tampil wah di kesempatan-kesempatan bersosialisasi dengan para perempuan kelas atas di kotanya.

Aku sendiri merasakan kegairahan yang meski tak sama persis namun serupa tatkala bercerita kepadanya. Serupa seperti ketika aku sedang bermasturbasi. Meski di akhir telpon, aku harus sering merasa ada yang kurang karena hanya bermasturbasi, tanpa mencapai klimaks, orgasme.

"Ceritakan kepadaku bagaimana lelakimu yang keempat belas membuatmu blingsatan menggelinjang di tempat tidur, sayang," bisiknya di satu moment dia menelpon.

"Apakah engkau sedang mencari teknik baru untuk bercinta dengan istrimu malam nanti?" tanyaku, sedikit membuatnya menunggu.

"Kau tahu, sayangku, telah 2 minggu aku dia punggungi di tempat tidur. Dia selalu beralasan lelah atau kepalanya pusing, setiap kali aku mencoba menyentuhnya." keluhnya.

"Oh? Lalu?"

"Aku hanya ingin mendengar kisah percintaanmu dengan lelakimu yang keempat belas itu, untuk kemudian nanti malam akan menjadi imajinasiku saat bermasturbasi, di kamar mandi, agar aku tak perlu mengganggu istriku." rajuknya.

"Hmmm ... Baiklah," kataku, karena sebenarnya aku pun sudah sangat ingin bercerita tentang lelaki keempat belas dalam kehidupan percintaanku. Karena aku sudah begitu ingin memamerkan betapa dahsyat lelaki yang itu di tempat tidur, dan betapa aku pun sama dahsyatnya karena mampu mengimbanginya.

"Jadi, berapa kali dia membuatmu orgasme dalam sekali percintaan, sayangku?" suaranya terdengar kian bernafsu.

"Berapa kali kamu membuat istrimu orgasme dalam sekali 'main'? tanyaku balik, kembali mempermainkan emosinya.

"Tiga kali!" ada nada bangga dalam suaranya.

"Oh ... not bad, eh?" kataku menggodanya. "Bersama lelakiku yang ketujuh, aku biasa orgasme tiga kali dalam satu permainan. Namun dengan lelaki yang keempat belas itu, dia bisa memberiku multiple orgasme yang jauh lebih bakal membuat istrimu ketagihan."

"Hah? Berapa kali?" tanyanya gusar.

"Tujuhbleas kali! Dalam 17 gerakan yang berbeda! Dan dalam kencan kita semalam, kita bisa melakukannya empat kali!"

"Owhhh!" desahnya. "Apakah dia pakai viagra? Atau sejenis itu?" tanyanya penasaran.

"Ah ... mana mau seorang lelaki mengaku jika dia menggunakan obat kuat? Kecuali di satu kisah yang kubaca di novel pertama karya Dewi Lestari; seorang lelaki yang sudah cukup umur mengencani Diva, dia merasa perlu mengkonsumsi viagra. Sayangnya obatnya itu tidak berhasil membuatnya ereksi hingga dia gagal menyetubuhi Diva."

"Lalu bagaimana lelakimu itu bisa begitu perkasa?" dia masih penasaran.

"Come to me babe, I will tell you the secret,  let us make love passionately! And we will consummate our love." bisikku.

To be continued.
(bingung piye le arep ngebarke. LOL.)
LG 13.55 16/02/2016

N.B.:
1. Cerita fiktif belaka
2. Foto diperagakan model, diambil dari sini

No comments: