Search

Thursday, August 20, 2020

Libur akhir tahun 2019: ke Pantai Ngobaran

 

#latepost

 


Setelah dolan ke Ngawi berdua dengan Ranz, akhir Desember 2019 aku dolan lagi; kali ini tidak hanya kita berdua, namun bersama Dwi dan Tami. Aku lupa menulisnya, atau mungkin saat itu aku berpikir itu hanya dolan biasa, sehingga aku merasa tidak perlu menulisnya. Setelah lebih dari setengah tahun berlalu, aku mencari catatan itu, loh, kok ga ada? Hihihi … Jadi, di note ini, aku menulisnya berdasarkan ingatanku saja.

 

Sabtu 28 Desember 2019

 

Jumat malam, aku dan Ranz 'menggawangi' segowangi akhir tahun yang dihiasi hujan yang lumayan mengganggu. Sabtu pagi, kita berempat berangkat ke Solo naik travel. (Jadi, sepulang dari mbolang ke Ngawi, aku dan Ranz ke Semarang naik travel, Austin kutinggal di Solo.)

 

 

Minggu 29 Desember 2019

 

Pagi itu kita berempat bersepeda ke area CFD Solo, di Jalan Slamet Riyadi. Kawan-kawan Seli Solo berkumpul untuk menyelenggarakan LAST SUNDAY RIDE. Sebenarnya aku berencana ikut LSR bersama kawan-kawan Komselis di Semarang, tapi ternyata aku kalah; termakan rayuan Ranz untuk menemani duo Dwi dan Tami untuk dolan ke Solo. Hihihi …

 




Kita berempat sempat berfoto-foto dengan para lipaters yang sudah berkumpul. Tapi, aku pamit ke Om Awan sebagai salah satu 'pengundang' LSR kita hanya ikut kumpul tapi tidak ikut gowes ke arah Pengging. Setelah rombongan LSR berangkat, kita sarapan. :)  usai sarapan kita bersepeda ke arah benteng Vastenburg, berfoto-foto di jembatan yang dihiasi pernak-pernik Imlek. (Imlek masih sebulan lagi sebenarnya.) Kemudian kita pulang, siap-siap dolan ke area pantai DIY.

 

Dwi dan Tami sebenarnya pingin berfoto-foto di Gumuk Pasir Parangkusumo, gumuk pasir yang terletak pas sebelum pantai Parangtritis. Namun, kalau membayangkan foto-foto di lautan pasir di siang hari, kok rasanya males yah. Maka, kusarankan kita ke tempat lain dulu, baru ke Gumuksari sore harinya.  Semua setuju. Sebagai 'pengisi waktu' sebelum ke Parangkusumo, Ranz menawari kita dolan ke tempat lain dulu, "Pantai Cemara" (pantai yang masuk check point di J150K 2019 namun ternyata peserta tidak benar-benar kesana, hanya muncul di peta, lol), "Pantai Indrayanti" atau "Pantai Ngobaran". Ahaaa … sudah lamaaa aku pingin ke Pantai Ngobaran, satu pantai di daerah Gunung Kidul yang ada bangunan pura di pinggirnya, sempat nyaris nyidam kesana, dulu, lol, tapi kata Ranz dengan kemampuan dengkul kita yang tidak seberapa, lol, kita ga bakal mungkin bisa sampai kesana jika bersepeda hanya sehari dari Solo. Dan jika harus menginap somewhere, Ranz tidak tahu kita bisa menginap dimana, lol. (Lha, padahal kita saja bisa nyampe Pantai Klayar di Pacitan lhooo. Hihihi …)

 





Apa pun itu, akhirnya 'berjodoh'lah aku dengan Pantai Ngobaran di akhir tahun 2019. Setelah memendam keinginan bertahun-tahun, aku pun melangkahkan kaki ke Pantai yang kuidam-idam itu. Ternyata lokasi pura tidak persis di pinggir pantai, maksudku di pantai berpasir yang landai. Hihihi … Ya seperti Tanah Lot ya. Sebenarnya Ranz mengajakku 'turun' ke area yang berpasir, tapi karena butuh ekstra kerja keras, lol, mana cuaca panas sekali, aku enggan.

 

Saat itu, kita ditawari seorang 'fotografer' yang mangkal disana. Meski Ranz membawa kamera, sebagai kenang-kenangan, kita menerima tawaran itu. Maka, tidak heran, jika Ranz pun muncul di banyak foto kita. Hihihi …

 

FYI, kita tidak hanya berempat ke Pantai Ngobaran, ada mas Martin, kakak ipar Ranz yang menyetir mobil, dan ada kakaknya Ranz, mbak Niken, dengan dua anaknya. Saat kita berempat jalan-jalan, mas Martin sekeluarga nongkrong2 di satu gazebo. Mas Martin seorang sopir yang piawai lho, jadi aman dah. Btw, dalam perjalanan ke pantai, melihat trek yang naik turun naik turun naik turun, mana jalannya muter kesana kemari, lol, aku paham mengapa Ranz ga yakin kita bakal bisa nyampai Pantai Ngobaran hanya sehari gowes dari Solo/Jogja. Hmft … Dan, kalau harus menginap semalam di tengah jalan, tidak tahu mau menginap dimana, kekekekeke …

 

Setelah merasa cukup puas berfoto-foto (ah ya, banyak 'fotografer' yang mengais rezeki menjadi tukang foto para wisatawan disini, sekali mereka setuju dengan 'sekelompok' wisatawan, mereka akan ngikut kemana saja kelompok itu berjalan. Setelah selesai, wisatawan bisa memilih foto-foto mana yang akan dicetak, sedangkan foto-foto lain bisa ditransfer ke flash disk. Tentu berdasar harga yang disetujui kedua belah pihak ya) kita kembali ke gazebo untuk makan siang. Nah, saat kita makan ini, mendadak hujan turun. Padahal sebelumnya panas banget loh.

 

Hujan yang cukup deras ini membuat kita membatalkan dolan ke Parangkusumo. Kalau mau foto-foto di atas gundukan pasir, tapi pasirnya basah, ga enak kan ya. Lol. Untunglah Dwi dan Tami yang semula pingin ke Parangkusumo ga keberatan kita ga jadi kesana. Setelah makan, kita pulang ke Solo.

 

Senin 30 Desember 2019

 

Hari ini aku setengah memaksa mengajak anak-anak bersepeda ke arah Sukoharjo, untuk (1) menikmati ayam goreng di rumah makan Mbah Karto yang kondang itu (2) sebagai ganti tidak ikut LSR sehari sebelumnya, lol. Tami yang semula pingin cari kain di PGS untuk persiapan lamaran di akhir Januari 2020 mengalah, lol.

 




Otw ke Sukoharjo, kita mampir ke Mbak Lies Serengan untuk sarapan. Dwi dan Tami belum pernah diajak kesini, maka mereka suka berfoto-foto di rumah makan yang memang ditata sedemikian instagrammable. Setelah itu, kita bersepeda ke Sukoharjo. Makan lagiiiii. Lol. FYI, gowes ke Sukoharjo pp sejauh 35 kilometer sudah lumayan lho buat mereka berdua karena mereka sudah lamaaa tidak bersepeda "jauh". Hohoho …

 

Sorenya kita pulang ke Semarang naik travel.

 

Liburan akhir tahun 2019 usai sudah. :)

 

PT56 09.11 20-August-2020

No comments: