Search

Wednesday, December 11, 2019

Sekolah Alam

foto diambil dari sini 



Disclaimer: meski judul tulisan ini "sekolah alam" tulisan ini tidak berkisah tentang sekolah alam lho ya. :)


Pertama kali saya mendengar istilah "sekolah alam" 10 tahun yang lalu, tahun 2009, dari seorang kawan yang tinggal di daerah Bekasi. Dia berkisah bahwa sekolah alam ini bertujuan mengenalkan anak-anak pada alam karena 'bangunan' sekolah tempat anak-anak 'menuntut ilmu' merupakan tempat yang terbuka, benar-benar bersatu dengan alam. Mengingat kawan saya ini seseorang yang hobinya trekking, mountain climbing, terkadang bikecamping/bikepacking, saya langsung mendapat gambaran seperti apa itu. Dia tidak menceritakan kepada saya secara detil kurikulumnya seperti apa.


FYI, kawan saya ini pernah berusaha memberi kesan bahwa dia seorang yang liberal cara berpikirnya, lebih tepatnya Muslim yang liberal. Meski pernah tidak setuju dengan beberapa pendapat Gus Dur di masa hidupnya, waktu mendengar kabar Gus Dur meninggal di akhir tahun 2009 itu, dia bilang sangat sedih dan mengakui bahwa Gus Dur adalah salah satu pemikir yang berpikir secara progresif demi kebaikan Indonesia di masa depan.


Namun, seliberal2nya dia, dan (konon) mau memahami saya yang sekuler (saat itu) dia keukeuh mengatakan ingin berusaha membuat saya "kembali" menjadi relijiyes. Lol. Beberapa kali kita sempat 'debat' tentang relijiusitas dan spiritualitas yang sempat membuat saya (nyaris) patah hati, lol, seseorang yang katanya berwawasan luas namun tidak bisa menerima cara pandang saya. Sayangnya, keinginan 'luhur'nya itu tidak terwujud, saya justru "berpindah" ke ranah agnostik dari sekulerisme. Lol.


Beberapa tahun kemudian, saya tahu bahwa ternyata di Semarang pun ada sekolah sejenis. Dari seorang kawan yang pernah menjadi 'pseudo teacher' disana saya mendapat gambaran bahwa sekolah ini dikelola oleh orang-orang yang sejenis kawan yang saya kenal 10 tahun lalu, yang alih-alih bisa menerima saya yang 'berbeda' darinya, namun tetap bersikukuh bahwa cara pandangnya tentang relijiusitas yang benar. Kok begini ya?


Barusan beberapa menit lalu saya menonton (potongan) video di satu grup yang saya ikuti tentang protes seorang guru sekolah alam bahwa negara tidak berhak untuk mencampuri sekolah membuat kurikulum, padahal sekolah itu masih menerima bantuan keuangan dari pemerintah. Si guru bilang bahwa guru bukan alat negara, guru adalah pembangun peradaban, dan dia menyebut Rocky Gerung sebagai satu 'guru' panutannya. Peradaban jenis apa yang ingin dia bangun jika panutannya adalah seseorang yang terus menerus menghujat kebijakan pemerintah yang sah?


Nah lo.


Jadi, sebenarnya, definisi sekolah alam yang benar itu apa ya?


LG 12.12 11-Desember-2019

No comments: