Search

Thursday, June 11, 2015

WILL YOU LEND ME YOUR EARS?




WILL YOU LEND ME YOUR EARS?

Terkadang seseorang butuh didengar oleh orang lain, entah apakah itu oleh teman dekatnya (misal: sahabat) atau bahkan mungkin hanya kepada seseorang yang kebetulan lewat dalam hidup kita. 

Beberapa tahun lalu seorang siswa bercerita satu kali dalam perjalanan pulang ke kotanya, dia mampir ke sebuah masjid untuk shalat Subuh. (Dia ninggalin Semarang pagi-pagi sekali.) usai shalat, dia duduk-duduk di teras masjid yang lumayan luas itu untuk melepas lelah. Pada saat itu ada dua orang yang juga duduk-duduk di situ. Entah bagaimana awalnya, mereka bertiga akhirnya ngobrol sekaligus curhat. Si dua laki-laki saling berkisah tentang permasalahan rumah tangganya masing-masing. Siswaku yang masih duduk di bangku kuliah tentu tidak tahu apa-apa tentang permasalahan rumah tangga sehingga dia hanya menjadi pendengar yang baik. Kemudian salah satu dari dua laki-laki itu pergi. Siswaku bertanya pada seorang lelaki yang masih tinggal, “Itu tetangganya ya Pak?”

“Bukan. Saya bahkan tidak kenal dengannya.” Jawab lelaki itu, yang membuat siswaku terperangah. 

“Lho, belum kenal kok sudah saling curhat?” tanya siswaku, lugu. :)

“Mas tahu ga kadang kita justru malah bisa terbuka berbicara tentang permasalahan kita kepada orang yang kita tidak kenal sama sekali, sehingga tidak ada beban bahwa satu saat nanti kita akan digosipkan oleh orang-orang seluruh desa?” 

Begitulah.

Kita kadang ingin berbicara tentang masalah yang kita hadapi pada seseorang karena dengan berbicara kita merasa lega, tanpa perlu diberi saran, “Kamu harus begini, kamu harus begitu.” “Kamu sebaiknya begini, kamu sebaiknya begitu.”

Saran saja tidak kita butuhkan, apalagi judgment. Pernahkah kamu ngalamin hal ini? Judgment dari seseorang yang kita pilih untuk curhat? “Salahmu sendiri kenapa kamu begini begitu.” Atau, “Ya sudahlah ...” bla bla bla ... padahal kita curhat saja belum selesai. Kecuali kalo yang curhat itu bertanya, “What am I supposed to do?”

Di salah satu episode Sex and the City, Carrie curhat tentang (salah satu) pacar barunya yang ternyata adalah seorang bisexual yang sialnya adalah seorang good kisser kepada tiga sobatnya. Charlotte langsung berteriak, “No way ...” Sementara Samantha dengan ‘cool’ mengatakan, “I am cool with that. I love trying any sexuality.” LOL. Sementara Miranda cepat-cepat meninggalkan tiga sobatnya yang sedang heboh ngerumpi ini karena harus segera ke satu tempat. Mungkin karena Charlotte dan Samantha memberi jawaban yang bertolak belakang, Carrie mendesak Miranda untuk memberinya saran, “Hey, before you leave, how about my problem?”

Miranda menjawab, “Your problem? Hmmm ... my suggestion is: stop kissing him!” LOL.

Dua no versus satu yes. LOL.


Pengalaman hidupku selama ini mengajariku bahwa ketika seseorang curhat, seseorang itu mungkin hanya butuh telinga untuk mendengarkan keluh kesahnya, dengarkanlah, jika engkau bersedia mendengar, namun tak perlulah memberi saran, dan tentu saja NO JUDGMENT. Kecuali bila seseorang itu melanjutkan bertanya, “What should I do?” Jangan heran jika seseorang yang curhat itu kemudian menjauhimu gegara saran (apalagi judgment) yang tak perlu itu kau lontarkan karena itu sama dengan kau bertingkah wiseguy alias sok tahu.

Lend them your ears karena diakui atau tidak kebutuhan untuk didengar – atau diperhatikan – merupakan salah satu kebutuhan primer.

LG 16.38 10/06/2015
 
#edisicurhatlagi :p



Gambar didonlot dari sini :) 

#NulisRandom2015 Day 10, June 10, 2015

No comments: