Search

Tuesday, June 09, 2015

Beauty

"Beauty is in the eye of the beholder"

Kecantikan itu tergantung di mata yang memandangnya. Ini adalah satu ungkapan yang sudah sangat lazim didengar. Ada benarnya karena selera kecantikan satu orang tidak sama dengan selera orang lain. Bisa jadi ada 'syarat-syarat' tertentu yang sifatnya umum, namun tetaplah, kita tidak bisa menyamaratakan selera orang.

Beberapa minggu terakhir, frankly speaking, aku kembali stalking akun seseorang yang pernah ehem-ehem denganku sebelas tahun lalu. (Gosh! sebelas tahun! how fast time flies!) Dia punya yayang baru setelah bercerai dengan istrinya. Sejak pertama kali melihatnya aku tidak menganggapnya cantik, biasa saja. Kulitnya berwarna terang dengan mata (sedikit) sipit. Entah mengapa banyak orang yang selalu berkomentar di foto-foto dirinya yang kebetulan dia set public "kamu cantik sekali." Apa karena di Indonesia orang-orang terobsesi dengan warna kulit terang yang di iklan-iklan dianggap representasi kecantikan ya?

Aku tidak cemburu. Sama sekali tidak. Yang telah lama berlalu biarlah berlalu.

Nevertheless, setiap kali stalking, setiap kali melihat foto perempuan itu, yang nampak jelas dijepret dengan gaya jaim (hohohohoho ...) aku selalu masih heran, di sebelah mana ya cantiknya perempuan ini? qiqiqiqiqi ... 

Padahal kata anakku si lelaki ini juga biasa-biasa saja, padahal menurutku dia super gorgeous, yang dulu pernah membuatku selalu ngiler kalau mengenang moment-moment kebersamaan kita. (Ihiiir ...) Namun, meski dia gorgeous di mataku, dia hanya pantas untuk diajak ngedate, bukan untuk dijadikan soul mate. Aku ga yakin apakah kita bakal nyambung soalnya. Wkwkwkwkwk ...

Meanwhile ...

Beberapa minggu terakhir ini aku kembali addicted menonton serial Sex and the City. Kebetulan Ranz mendownload-kan season 1 semua episode. Waktu menonton episode "Models and Mortals" dimana Carrie melakukan riset tentang "modelizers" (yang kata Carrie satu tingkatan lebih tinggi dibanding "womenizers") Carrie nampak sedikit kecewa waktu tahu Big ngedate dengan seorang model berkulit legam, di salah satu fashion show. (Season 1 ini Carrie dan Big baru saja kenalan, Carrie terlihat mulai naksir Big, sementara Big masih terlihat abu-abu.)

Namun kekecewaan Carrie langsung sirna waktu beberapa hari kemudian mereka bertemu di satu sudut cafe, dimana Big mampir sejenak hanya untuk mengatakan,

 "There are many goddamn gorgeous women out there in this city. But the thing is this: after a while, you just wanna stay with the one who can make you laugh."

Episode satu ini menampilkan empat sekawan yang tidak pede jika berhadapan dengan model. Charlotte yang selalu mengeluh pahanya tidak seksi jika memandang model di majalah-majalah, Miranda yang merasa tubuhnya terlalu 'tebal' jika dibandingkan para model yang tubuhnya tipis. Carrie merasa tidak secantik para model, hanya Samantha yang merasa pede karena merasa secantik model plus nilai positifnya adalah dia cerdas dan punya pekerjaan yang menunjukkan bahwa dia bekerja dengan cerdas, tidak hanya mengandalkan lenggak-lenggok tubuhnya. 

(Note: ada tuduhan tak langsung bahwa para model itu tidak cerdas. well, kalau pun mereka punya 'brains' mereka ga perlu memakainya ketika bekerja. LOL.)

Kembali ke beauty yang "in the eye of the beholder". 

Aku tidak merasa jelek-jelek amat. LOL. Namun telah lama aku meninggalkan majalah-majalah yang mengumbar model-model cantik, juga meninggalkan televisi yang iklan-iklannya dipenuhi model-model berkulit putih mulus bertubuh langsing (meski ga setipis papan) bukan karena tidak pede. Karena eman-eman duit untuk membeli majalah dan ogah nongkrong di depan televisi. Plus karena beberapa tahun lalu, aku merasa terintimidasi model-model itu. LOL. Sekarang sih sudah engga lah. 

#curhatbukandosa :p

LG 14.12 09/06/2015

No comments: