Search

Thursday, January 08, 2009

Budaya Warung Kopi


Bagi pecinta Andrea Hirata yang sudah membaca MARYAMAH KARPOV, buku keempat dari tetralogi LASKAR PELANGI tentu tahu judul postingan ini kuambil dari salah satu mozaik novel terbaru Andrea itu. Di mozaik ke-53, Andrea menulis ada tiga macam budaya besar di warung-warung kopi orang Melayu.

  1. Main catur berlama-lama
  2. Menjelek-jelekkan pemerintah
  3. Bertaruh

Meskipun aku adalah pecinta kopi, aku tidak pernah keluyuran ke warung kopi ataupun cafe yang khusus menjual kopi, yang nampaknya akhir-akhir ini pun mulai merebak di kota kelahiranku. Bahkan beberapa siswaku (yang masih duduk di bangku SMA) mengaku hobi nongkrong di cafe yang khusus menyediakan berbagai jenis minuman kopi dan snack. Kesimpulannya aku pun tidak tahu apakah budaya warung kopi yang disebut oleh Andrea hanya berlaku di Sumatra saja? Kalaupun itu bisa ditemukan di Semarang, apakah hanya di ‘warung tradisional’ saja? Bagaimana dengan ‘cafe’ yang cenderung modern? Menurut pendapatku, orang-orang ‘modern’ cenderung individual dibanding ‘tradisional’ yang masih komunal. Sehingga aku membayangkan orang-orang yang nongkrong di ‘cafe’, tentu akan sibuk sendiri dengan pasangannya atau teman yang datang ke cafe bersama. Agak sulit membayangkan (bagiku) orang-orang datang ke cafe, untuk kemudian ngobrol rame-rame, seluruh isi cafe, untuk, misalnya, menjelek-jelekkan pemerintah. Di WARTEG yang tentu masih memiliki konsep tradisional pun, aku tak lagi melihat kerumunan orang, saling menyapa saat makan bersama. Apalagi main catur, dan lain sebagainya. Semua orang sudah terkena ‘penyakit modern’ yang individualis (termasuk yang nulis ini LOL). Datang, pesan makanan, makan, paling ngobrol dengan teman yang datang bareng, bayar, kemudian pulang. 

Namun, kebetulan aku punya seorang teman yang mencoba terjun menjadi pecatur pro. Dia pernah mengajakku berkunjung ke tempat dia berkumpul dengan orang-orang yang suka main catur juga. Tempat itu bukan warung kopi, melainkan warung nasi goreng. Sembari main catur, orang-orang ngobrol tentang apa saja, tidak hanya menjelek-jelekkan pemerintah, mulai dari gosip sesama teman (aku pernah nyindir, “Ternyata bibir laki-laki sama ‘bocornya’ dengan bibir perempuan. Salah dong kalau orang bilang hanya perempuan yang suka bergosip ria. Laki-laki pun sama saja!”) 

Bagaimana dengan ‘budaya’ bertaruh? Aku tidak tahu. Kalau pun ada, masih berhubungan dengan main catur. Siapa melawan siapa. Siapa bertaruh siapa yang menang. (Atau aku sebaiknya melakukan riset yang lebih lama dan mendalam. LOL. Namun aku ogah jadi korban gosip; karena temanku yang pecatur itu pernah diinterogasi teman-teman pecatur yang tukang gosip itu, “Itu cewekmu yang baru ya?” LOL. Alhasil di salah satu kompetisi catur yang dia ikuti, dia pernah diucapi selamat oleh temannya yang berasal dari luar kota, “Selamat ya? Katanya kamu punya bini baru?” hahahaha ... Nah, hal-hal yang begini ini telah menghalangiku untuk melakukan ‘riset’ sebelum menulis artikel ini. NOTE: ternyata seorang Nana rentan dengan gosip. LOL.)

Bertaruh siapa yang bakal memenangkan pertandingan catur saja, tentu kalah heboh dengan apa yang dikisahkan oleh Andrea, segala macam bisa menjadi biang kerok taruhan di warung kopi Melayu. 

Misal: akankan Ikal berhasil ‘membangkitkan’ perahu lanun yang telah karam selama ratusan tahun ke permukaan sungai Linggang? Dan yang menjadi taruhan tidak hanya uang, segala macam bisa ‘menunggu’ ditaruhkan. (Baca MK sendiri ya kalau pengen tahu lebih lanjut. S-E-R-U pokoknya.)

Nah, talking about ‘taruhan’, aku ingat Abangku yang salah satu hobinya pun taruhan. Taruhan yang aneh-aneh. Aku ‘hampir’ lupa hobinya yang satu ini, gara-gara sudah lama kita ga sempat chat (aku yang sok sibuk dengan jadual kerja. Dia pun super sibuk, but mostly he is available on Sunday, hari aku sepedaan dengan teman-teman, trus mencuci baju kotor segunung, akhirnya aku pun teler, tidur.) Aku ingat hobinya ini tatkala kita sempat chat waktu aku libur akhir tahun kemarin.

Ceritanya begini. Abangku yang sudah lama hobi naik sepeda (sejak tahun 1992), jadi ikut excited waktu tahu aku pun jadi suka sepedaan. Nah, waktu chat, kita pun ngobrolin tentang pernak-pernik sepeda, termasuk kecepatan tatkala naik sepeda, karena berhubungan dengan speedometer, salah satu aksesori sepeda. Mumpung di negara tempat dia mukim sekarang sedang musim panas, dia pun menghabiskan liburannya dengan naik sepeda, selain badminton, tenis. He is really an exercise freak, any kind of sport. Kota tempat dia tinggal memiliki kontur tanah naik turun (kayak Semarang dong Bang), dan dia bisa memacu sepedanya dengan kecepatan 30km perjam, di jalanan naik turun itu. Bahkan kalau dia naik sepeda khusus onroad, dia bisa mencapai kecepatan 40 km perjam, konstan.

“Pertama kali aku ikut fun bike di bulan Juli lalu, aku butuh waktu 1 jam untuk mencapai 12 km Bang. Itu ‘rekor’ yang kubukukan pertama kali.” kataku.

“Ya ga bisa lah Na kalau mau ngalahin aku,” katanya.

“Siapa yang mau ngalahin Abang?” tanyaku.

“Kamu?” tanyanya balik.

“Aku cuma bilang ‘I wanna catch up with you!’ mbarengin Abang, dan bukannya ngalahin. Weks!”
(FYI, kemampuan berbahasa Indo-nya memang merosot tajam, karena terlalu lama tinggal di luar. Hahaha ...)

Chat ini kalau dilanjutkan bakal bisa sampai dia ngajakin aku taruhan. Aku bayangin dia bakal bilang, “Ok. Kalau kamu bisa ngejar aku, kamu mau taruhan apa?” LOL.

Seperti waktu dia tahu aku suka sekali berenang, dan mengaku bisa berenang selama satu jam tanpa berhenti, muterrrrrrrrr melulu.

Paradise Club pool


“Ayo kita taruhan, siapa yang paling lama berenang, dia yang menang!” tantangnya.

Sayangnya kemudian dia baca di blog dimana aku nulis, aku kuat berenang selama dua jam tanpa berhenti. Dia pun langsung kirim sms, “Na! Ga jadi ngajak kamu taruhan siapa yang paling lama berenang. Meskipun aku tentu kuat berenang selama dua jam, nyaingin kamu, ogah ah. Bosen dua jam berenang melulu!” katanya. LOL.

Btw, taruhan apa pun antara kita berdua, ‘hukumannya’ sama aja: dia nraktir aku makan. Hahahaha ... Atau yah ... aku bikinin dia kopi. 

(“Mau taruhan apa lagi Bang?”)

PT56 22.52 070109

No comments: