Search

Friday, December 06, 2013

Dari being idle hingga ...

Being idle adalah menjadi tumpul dalam ngeblog. :(

Bermula dari 'merasa' sok sibuk hingga tak ada waktu untuk menuangkan segala keresahan (cieehhh) dalam bentuk tulisan -- sebagai ganti malah sepedaan ke segala penjuru mata angin LOL -- so semua ide yang sempat mampir ke otak pun menguap semua, tak jadi tertulis. Akhirnya? Ya begitulah, you can see it yourself betapa blog-blog-ku tak lagi ku-update secara reguler. Kecuali blog 'termuda' yang baru kubuat di tahun 2012, blog yang khusus keperuntukkan mengarsip segala kisah tentang sepedaanku, hingga mudah bagiku untuk mencari lagi postingan-postingan tentang sepedaan -- be it bikepacking, b2w, event sepedaan, atau hanya sekedar gowes sendirian.

Aku benar-benar butuh satu trigger yang kuat untuk menyentilku hingga aku akan duduk manis dan memaksa diri untuk menulis. :)

Mumpung masih hangat -- meski tak lagi panas LOL -- trigger aku corat-coret ga jelas kali ini adalah kasus asusila yang dilakukan oleh seorang penyair ternama yang berinisial SS. Ndompleng ngetop yak? xixixixixi ...

Sebagai seorang perempuan yang menyukai karya sastra, aku tentu termasuk mereka yang bakal mudah klepek-klepek jika membaca karya sastra, apalagi puisi-puisi nan memabukkan. (Aku pernah head-over-heels-in-love dengan seseorang hanya gegara membaca tulisan-tulisannya di blog, meski dia bukan seorang penyair.

Satu waktu di pertengahan tahun 2010 aku pernah berkenalan dengan seseorang yang hobby posting puisi di akun fesbuknya. (Aku menulisnya juga di blogku yang sebelah.) Entah apa yang membuatnya mendadak nge-flirt aku sedemikian rupa. Aku -- yang meski sudah lepas dari kategori usia remaja LOL -- tetap berkhusnudzon padanya. Dan karena hubungan itu hanya lewat dunia maya, aku merasa ga ada salahnya lah ya nge-flirt dia balik. Dia tinggal ga jauh dari Semarang sehingga kemungkinan melanjutkan hubungan itu tak melulu di dunia maya bisa saja. Namun dengan alasan ini itu aku selalu menolaknya jika dia mau datang ke Semarang.

'Hubungan' lewat dunia maya itu membuat seorang penyair yang tinggal di satu kota denganku -- yang sangat kondang namanya di Semarang -- mendadak menjadi begitu manis dan perhatian padaku di efbe. (Karena dia lumayan akrab dengan seseorang yang tinggal tak jauh dari Semarang itu.) Aku yang -- honestly -- sering menjadi grogi ketika tiba-tiba seseorang yang terkenal menaruh perhatian padaku -- memberikan nomor telponnya juga mengirimiku buku puisinya -- malah merasa uncomfortable.

Meanwhile, aku kenal seorang penyair lain -- lewat efbe juga -- yang pada waktu itu suka berhaiku ria. Si penyair haiku ini mendadak minta nomor telponku, kemudian mengajakku bertemu untuk berbicara tentang sastra. Kupikir seorang penyair lumayan kondang seperti dia tentu ga akan mempertaruhkan nama baiknya untuk melakukan pelecehan plus aku merasa cukup dewasa jika sampai terjadi pelecehan. Maka aku setuju dengan idenya untuk kopi darat.

Well, apa yang dia lakukan padaku di kopi darat itu cukup merasa aku dilecehkan, paling tidak aku merasa tidak dihargai sebagai seorang perempuan. Namun, aku menolak ajakannya untuk 'lebih akrab' mungkin karena bagiku dia tak begitu charming (sorry for being so frank.) Jika dia setampan SS aku akan bertindak lain lagi. heheheheh ...

Dengan kesadaran yang penuh aku memilih memutuskan pertemanan dengan ketiga laki-laki yang kutulis di atas sebelum terjadi hal-hal yang entah tak bisa kubayangkan.

Kembali ke kasus SS, aku yakin bahwa bisa jadi pemaksaan berhubungan badan itu terjadi gegara hubungan yang timpang, seorang penyair ternama dan seorang mahasiswi. Kenyataan bahwa si perempuan yang menyambangi sang penyair tak lantas berarti bahwa seks yang terjadi berlandaskan rasa sama-sama suka.

Tulisan Ayu Utami tentang ketidaksetujuannya pada alasan suka sama suka bisa dibaca di link ini.
Tulisan Aquino Hayunta tentang topik yang sama bisa dibaca di lini yang itu.

GG 09.59 06 Desember 2013

No comments: