Search

Thursday, August 18, 2011

Pembeli versus Pramuniaga

Terinspirasi postingan Lala, aku menulis di bawah ini:

Pengalaman tidak menyenangkan yang menimpa Lala mengingatkanku pada peristiwa yang terjadi lebih dari tiga tahun yang lalu. Aku hendak beli kacamata renang di salah satu toko di kawasan pusat perbelanjaan di Simpanglima. Seorang SPB mengambil sebuah goggles yang harganya di bawah Rp. 40.000,00. Sambil promosi bahwa anaknya yang duduk di bangku SD pun memakai goggles yang sama. Namun karena aku kurang berkenan, aku minta diambilkan goggles yang lain, yang ada di dalam lemari kaca.

Dengan cueknya, si SPG bilang, "Wah ... kalau yang itu mahal mbak. Atau mbak-e beli yang ini aja?" Dia mengambilkan goggles lain. Harganya sekitar Rp. 75.000,00. Namun setelah mencoba, aku juga merasa kurang sreg. Itu sebab aku minta yang tadi kutaksir, sambil bertanya-tanya kira-kira harganya berapa yah, kok dibilang mahal?

Setelah diambilkan goggles yang kumaksud, aku mencobanya, dan merasa langsung cocok, kulihat harganya Rp. 125.000,00 -- ah ternyata 'hanya seratus duapuluh lima ribu rupiah!!! -- aku langsung bilang, "Saya jadi ambil yang ini aja mbak. Pas banget untuk saya."

Btw busway, aku sempet tersinggung juga. Apa aku nampak kayak orang miskin yak sampe beli kacamata renang seharga itu aku dianggap tidak mampu? wakakakakakaka ... Tapi aku merasa menang di atas angin karena akhirnya aku beli kacamata renang yang dianggap mahal oleh sang SPG tersebut. (Lha po lomba? wekekekekeke ...)

N.B.:
ada tulisanku tentang kejadian ini, tapi kuanalisis menggunakan point of view yang lebih 'njlimet' di http://afeministblog.blogspot.com/2008/02/one-day-in-my-life.html
GL7 14.14 180811

No comments: