Search

Wednesday, June 26, 2013

What is behind your nickname?

Honestly, nama 'Nana' bukanlah nama asli yang tertulis di akta kelahiran atau di STTB (singkatan 'jadul' Surat Tanda Tamat Belajar alias ijazah sekolah). Orang tuaku -- my dearest dad especially -- memberiku nickname 'Nona' tak lama setelah aku lahir karena aku adalah anak perempuan pertama, setelah mereka dianugerahi dua anak laki-laki. My mom yang kemudian menyarankan untuk mengubah nickname-ku menjadi 'Nana' dengan alasan, "Nanti setelah bayi ini dewasa dan menikah, dia ga pantas lagi dong dipanggil 'Nona'." (Ternyata mereka telah 'termakan' budaya peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang membawa ke bumi Nusantara kebiasaan 'gelar' "Tuan/Nyonya/Nona". Wew.)

Seperti (mungkin) banyak anak-anak lain, aku tidak begitu suka dengan nama asli yang tertulis di akta kelahiran maupun di dokumen-dokumen penting lain. (Ha ha ...) Tapi aku sangat cinta dengan nickname-ku, "Nana". Dimana pun aku berada, aku selalu berharap orang 'hanya' mengenalku sebagai "Nana" dan bukan sebagai nama asli. Aku akan langsung merasa 'at home' jika di satu komunitas orang memanggilku "Nana" meski orang-orang di komunitas itu tahu nama asliku.

Nah ...

Di tempat kerjaku dimana aku mulai bekerja di bulan Agustus 2008, kedua employerku yang kebetulan bukan orang Indonesia kesulitan menyebut nama asliku. Maka sejak aku datang untuk wawancara mereka sudah menyebut namaku "Nana". Dan aku pun tak sulit merasa 'at home' (well, butuh berbulan-bulan sih for me to feel at home, hahahah ...) di tempat kerja tempatku berbagi ilmu dengan para penerus bangsa. 

Tak pernah terpikirkan olehku bahwa kedua employerku itu tak pernah hafal nama asliku, sehingga saat mereka akan -- let's say -- memperbarui kontrak kerja, mereka akan kesulitan mencari surat kontrak yang lama. Mereka harus ngecek surat satu per satu, sekaligus mencari yang ada fotoku untuk 'mengenali' nama asliku. LOL.

Tadi pagi waktu workshop di sekolah, the female employer yang selalu berantusias tinggi untuk memimpin workshop, tiba-tiba menyebut masalah 'nickname' ini. Di kultur Barat, ada sejenis regulation untuk nickname. Misal, seseorang yang bernama 'Robert' akan dipanggil 'Rob' for short; khusus di Britain, bisa jadi 'Rob' akan menjadi 'Bob'. Demikian juga dengan nama Richard. Seorang Richard mungkin akan dipanggil 'Rick' di Amerika, mungkin akan dipanggil 'Dick' di Britain. (Ingat salah satu tokoh utama dalam novel kanak-kanak Famous Five alias Lima Sekawan? Di salah satu episode, Enid Blyton mengisahkan tentang Dick yang bertemu dengan Rick, 'tokoh tamu' di episode itu sebagai seorang anak yang berasal dari Amerika.)

"Isn't there in Indonesia such a regulation?" tanya the female employer.

Bermula dari kesulitan menghafal nama asliku, maka masalah nama panggilan alias nickname di kultur Indonesia yang tak memiliki peraturan pun 'digugatnya'. LOL. 

Lhah, di Indonesia kan memang kita ga punya budaya 'peraturan' untuk memberi nickname pada seseorang berdasarkan nama aslinya? Salah satu dosenku dulu namanya "Esmeralda" dan memiliki nickname "Emmy". I thought that was cool. Satu kali salah satu siswa di tempat aku pernah bekerja di pertengahan dekade sembilanpuluhan memiliki nama "Esmeralda" namun langsung tersinggung ketika kutanya, "Is your nickname Emmy?" karena ternyata dia punya nickname lain, yakni "Manda". Well ... Suka-suka lah ya ... hahahahah ...

Setelah 'menggugat' mengapa di Indonesia kita tidak punya 'peraturan' untuk memberi nickname, that female employer bercerita tentang ketidaksukaannya pada nama aslinya, yang menurutku sangat aneh dan tidak cool. LOL. Waktu kecil dia suka menyebut diri sebagai 'Kath' karena menurutnya that was a cool name. LOL. "If only my parents gave me name 'Katherine' I would really be excited," katanya. LOL. Padahal menurutku nama aslinya juga oke punya. "Until I reached the age of 43 I fully accepted my real name." Waaahhh ... LOL.

But, kisah itu membuatku 'membaca' bahwa mungkin that female employer berpikir bahwa nickname "Nana" kubikin sendiri, "because Nana loves to be called Nana." Maka aku pun protes, LOL, "But, Nana is a nickname from my parents. I didn't make it up by myself." kataku. LOL.

Aku jadi ingat di 'budaya' di kota asal my parents, Gorontalo. My mom cerita biasanya kalau ada seorang laki-laki yang merupakan 'anak tengah', dia akan dipanggil, "Katenga" atau keponakan-keponakan akan memanggilnya, "Patenga". Jika seseorang itu tinggi, maka dia akan dipanggil "Katinggi" atau "Patinggi". Kalau seseorang itu pendek, ya akan dipanggil "Kapende" atau "Papende". Dan lain sebagainya.

Oh well, what is in a (nick)name?" tanya Shakespeare. LOL. But still, I love my nickname best (rather than my real name. LOL.!

LIB 16.46 26/06/13 

Pic diimpor dari sini

No comments: