Search

Thursday, October 07, 2010

Rok atau Celana?

Baru saja membaca sebuah email di milis "Perempuan" yang memuat sebuah email curhat dari seorang mahasiswi di Aceh (bukan) bagian Barat.

Dia meminta bantuan karena dia merasa didiskriminasikan dalam kegiatannya kuliah di sebuah Akbid (Akademi Kebidanan). Dalam kegiatan kuliahnya sehari-hari dia biasa mengenakan rok, namun ternyata oleh pihak kampus dia DILARANG mengenakan rok karena dianggap akan menghalangi kebebasannya bergerak. Dia DIHARUSKAN mengenakan celana panjang tatkala berangkat kuliah. Pelarangan ini telah sedemikian seriusnya sehingga dia pun telah dipanggil Direktur dan Pembantu Direktur dan diperingatkan tidak boleh mengikuti perkuliahan dan ujian akhir semester.

Padahal kita semua tahu di Aceh Barat ada undang-undang setempat yang tidak membolehkan perempuan mengenakan celana jeans karena dianggap akan melemahkan syahwat lelaki yang memandangnya. (Laki-laki yang tidak mampu menahan birahi, dan perempuan yang terkena sialnya!) sehingga akan menyeret kaum laki-laki ke lembah neraka karena tergoda. ck ck ck ck ...

Aneh-aneh saja orang di daerah itu, kupikir. 

Aku jadi ingat waktu kuliah di Sastra Inggris UGM. Ketika memasuki semester lima, pada mata kuliah POETRY, seorang dosen tamu yang kebetulan laki-laki (CATAT: DOSEN TAMU) MENGHARUSKAN mahasiswi mengenakan rok, dan ... memoleskan lipstik di bibir tatkala menghadiri kuliahnya. Begitulah teman-teman, kita para mahasiswi HARUS MEMOLESKAN LIPSTIK di bibir tatkala masuk ke kelasnya. Walhasil, pada semester lima itulah untuk pertama kali dalam seumur hidupku aku membeli lipstik. Kan ga enak kalau seminggu sekali minta lipstik ke teman kos?

Dosen yang aneh, bukan? Dan sama sekali tidak jelas esensinya antara mengenakan rok, memoleskan lipstik, dan belajar menganalisis puisi. Namun seingatku ya begitulah, kita tidak protes, menganggapnya sebagai lelucon belaka, meski kita sadar telah terjadi pelecehan akademik plus pelecehan jender. 

Oh ya, satu lagi! Tatkala berada di kelas, para mahasiswi DIHARUSKAN duduk di baris depan, laki-laki di belakang. Dan kita semua seperti kerbau dicucuk hidungnya, MANUT. 

Aku sengaja tidak menuliskan cara dia mengajar dan menilai tugas-tugas para mahasiswa di sini. Hanya menggarisbawahi terjadinya pelecehan akademik dan jender ini. :-(

Kebetulan di minggu pertama aku membolos. (kebiasaan burukku waktu kuliah S1, di minggu pertama aku membolos, karena masih kepengen lingering di Semarang. hehehehe ...) Di minggu kedua tatkala aku masuk, semua mahasiswa yang membolos pada minggu pertama disuruh berdiri di depan kelas, kemudian dia mengecek satu persatu, apakah para mahasiswi mengenakan rok dan memoleskan lipstik. (How uneducated!!! :-(( ) Setelah itu, oknum dosen ini tertawa sambil berkata, "You know I am old enough. Do you think I can see clearly whether you put on lipstick on your lips or not?"Setelah tertawa menyebalkan begitu, dia melanjutkan berkata, "I need to stand exactly in front of your nose to see it clearly!" 

Sejak dua puluh tahunan lalu sampai sekarang, perempuan tetap saja dilecehkan! :-(( Dan waktu itu karena terjadi hirarki 'sang penguasa' dan 'sang tertindas', kita para mahasiswi diam saja. 

Sekedar curcol apa yang kualami lebih dari duapuluh tahun yang lalu.

PT56 17.54 071010

No comments: