Search

Saturday, June 29, 2024

Taksi Online

 


Aku lupa kapan yang online-online ini mulai merebak di tengah masyarakat ya? If I am not mistaken bahkan di awal takol / ojol ini memasyarakat, masih banyak orang yang kontra dengan keberadaan takol / ojol ini. Aku sih abstain saja, tidak pro juga tidak kontra. One thing I know: yang online-online ini sangat membantu saat Angie kudu berangkat ke Jakarta sekian tahun lalu saat menghadiri tes CPNS.

 

Ga kebayang susahnya Angie di kota yang belum dia kenal dengan baik saat harus ke kos teman baiknya -- saat di Jakarta, Angie biasa 'numpang' di kos/apartment Novi salah satu bestienya -- dari stasiun KA, kemudian dari kos/apartment menuju tempat Angie ikut test. Jika harus naik taksi 'biasa', dulu itu, tarifnya terkenal mihil kan ya. Jika naik ojek 'biasa', mereka kan mangkal di tempat-tempat tertentu, tidak sepraktis yang online-online yang bisa dengan mudah diminta untuk datang menjemput.

 

Time flies. Things change. Akhirnya yang online-online ini pun menggusur taksi/ojek yang konvensional.

 

Aku sendiri tetap masih setia pada Austin maupun Snow White atau Cleopatra untuk bike to work. Jika terpaksa aku kudu ke Solo tanpa bawa sepeda, Ranz yang akan 'mengirim' ojol untuk menjemputku. Hingga awal 2022, saat cedera kaki memaksaku berangkat ke Solo dua kali seminggu untuk terapi. Mungkin Ranz akhirnya 'lelah' mengirim ojol untuk menjemputku, lol, atau akhirnya dia sampai ke satu keputusan bahwa aku harus mulai 'mandiri', lol, Ranz pun mengunduh aplikasi salah satu taksi/ojek online di gadgetku, dan mengajariku menggunakannya, lol.

 

Nahhh …

 

Ternyata 'kelihaian' menggunakan aplikasi berwarna hijau ini sangat membantu saat aku dan Yuli berada di Jakarta loh! Ya, karena ternyata Yuli blas tidak terbiasa menggunakan aplikasi ini, meski telah memiliki aplikasi yang bersangkutan di gadgetnya! Bwahahahahaha … so? aren't we lucky enough that I have been used to using this since 2 years ago? 😂😂😂 no wonder, in Yuli's eyes, I belong to a type of person who is technology savvy! 😎😎😎

 

(Angie must have been proud of her Mama! Awokawokawokawok.)

 

PT56 15.08 29/06/2024

Ria

 


Ketika pertama kali tahu aku akan ditugaskan ke Jakarta -- to attend a kinda training -- aku ga kepikiran akan woro-woro di sosmed, "hey hey … I will be in Jakarta from … til …". Haha … for sure, it is not me. Duluuu, waktu masih kadang share kisah dolan sepedaanku di grup sepedaan, banyak orang sepedaan yang menawarkan diri, "Mbak, kalau ke Malang (misalnya ya) bilang-bilang ya, nanti saya temani gowes ke sana sini situ." aku paling Cuma bilang, "ya ya ya." but of course itu hanya lips service doang. Mana mungkin seorang Nana Podungge mau menemui orang yang tidak dia kenal? Lol.

 

So, ya begitulah aku berangkat ke Jakarta, tanpa kepikiran mau ngabarin siapaaa begitu. Blas tidak kepikiran.

 

Nevertheless, kadang aku share video pendek yang aku capture saat naik taksi online dari hotel tempat menginap ke venue di WA story. Hingga di hari Jumat 28 Juni 2024 -- hari terakhir training -- tiba-tiba aku dihubungi seorang kawan sepedaan, call her Ria. Hari Jumat itu adalah saat yang hectic (well, dari hari pertama sampai hari keempat sih aku nyaris ga sempat membuka WA saat masih training, bukan sok sibuk, Cuma ga ada yang perlu kuobrolkan dengan siapa pun, kecuali kadang Ranz yang mendadak curhat ini itu, dan lebih sering kucuekin, lha aku kudu konsentrasi je.)

 

Kebetulan trainer memberi a longer lunch break, biasa hari Jumat, peserta/trainer yang laki-laki Muslim butuh ke masjid untuk shalat Jumat. Saat break, aku membuka WA, ada tujuh missed calls, dan beberapa message dari nte Ria. Dia baru merhatiin WA story-ku di hari Kamis, dia mengenali itu area Pancoran - Kalibata, yang ternyata merupakan daerah kekuasaannya. Namun baru di hari Jumat dia yakin bahwa aku sedang berada di Jakarta. That's why she tried contacting me, to meet up.

 

Training selesai jam 15.30 di hari kelima itu. Pihak panitia telah menyediakan mobil dan sopir yang akan mengantar beberapa peserta ke stasiun Gambir, yang akan kembali ke kota masing-masing. Aku dan Yuli juga. So? The only choice to meet up with nte Ria was in Gambir. And you can guess, dia ngomel-ngomel mengapa aku tidak segera menghubunginya sejak aku sampai di Jakarta di hari Minggu sore itu. Guess what? Sore itu, sesampai stasiun Gambir, aku dan Yuli jalan kaki keluar stasiun, kami melihat kerumunan orang di area Monas, tentu dalam rangka perayaan hari jadi kota Jakarta, dan ternyata nte Ria ada di sana! Hohoho …

 

"If you had contacted me since you arrived in Jakarta, I would bring you one bicycle so that you can go biking! Or we can have NR (nite ride) when we both can make it."

 

Aww … aww …

 

"How could you NOT contact me, huh?" komplainnya, lol.

 

Well, Ria sendiri sudah setahunan lebih tidak fesbukan, aku juga sudah sejak pertengahan April ga fesbukan, so? Jelas ga kepikiran. Selain tentu aku ga mau merepotkan orang. You know, aku sering menghindari orang-orang yang merasa 'SKSD' denganku di medsos saat mereka bilang, "kita ketemuan ya kalau aku ke Semarang?" hohoho … 

 

As I always say I am probably friendly online but I am not always available to meet up with anybody from social medias. But anyway, I did thank nte Ria to 'trouble' herself to come to Gambir station to meet me and have a chat for a while.

 

Til we meet again Ria, and also Jakarta.

 

PT56 14.06 29/06/2024

 

Ria and I went biking together in an event called BACK TO DAHON and in some other events.


Friday, June 28, 2024

dunia virtual

 


dunia virtual bisa jadi

adalah surga

meski penuh ilusi

dan adiktif

 

seperti aku

yang ketagihan

kamu

 

Amaris Pancoran, 21.40 270624

 

Thursday, June 27, 2024

KRL

 


Setiap pagi aku dan Yuli berangkat ke LIA Pengadegan naik taksi online. Tidak butuh waktu lama sih dari hotel ke LIA, the traffic is not as terrible as I heard about Jakarta 😅

Tapiiii

Ada satu persimpangan dengan rel kereta api yang cukup crowded. Hari pertama, kami melihat 3 KRL lewat di rel itu. Hari kedua, kami berangkat agak siangan, tidak ada KRL yang lewat saat kami lewat. Hari ketiga kembali ada 3 KRL lewat meski jam berangkat kami sama dengan di hari kedua.

Di hari keempat?

Ada 5 KRL yang lewat saat kami sampai di sana. Ooo em jiiii


LIA Pengadegan, 08.55 27062024

Tuesday, June 25, 2024

Pseudokesepian


I easily got attracted to this diction I found in one poem written by JokPin. The title of the poem is "Kesepian Kita". You can find it in JokPin's book called SALAH PIKNIK.

I'll quote the most intriguing sentences below:

"Dalam bukunya DIGITALISASI KESEPIAN, Dobosky menyatakan bahwa penetrasi teknologi informasi dan komunikasi, yang diikuti dengan digitalisasi dalam berbagai bidang, telah memicu lahirnya pseudokesepian. Penyebab utama pseudokesepian ialah adiksi yang berlebihan terhadap hasrat berkomunikasi, berinteraksi, dan menampilkan citra diri. 

Kondisi adiktif ini kemudian menciptakan keringkihan dan kelesuan mental. Manusia mudah merasa fana manakala hasratnya itu tidak mendapatkan penyaluran, pemenuhan, dan respons seperti yang dibayangkan dan diharapkan." (Salah Piknik, hal. 69 - 70)

And just like that, I remember the time when I spent hours a day to go online on facebook. I am of opinion that I used to be addicted to it. No wonder many people accuse those who are addicted to social medias to show off are lonely people: they are craving to exist, to get people's attention and responses. 

"How could you easily leave facebook just like that?" mamas asked me this question several times. 

Well, I suppose the addiction finally made me fed up, triggered by other people's nonsensical and boring show offs.

Amaris Pancoran, 20.20 25062024


LIA BOOTCAMP 2024

 


So, after 27 years (in 1997 I was assigned by LIA to attend a LIA seminar with some colleagues) I finally got another assignment to go to one LIA branch in Jakarta to attend a kinda training called LIA BOOTCAMP. This time, there are 3 programs of training offered: one is how to teach GEYL or General English for Young Learners, another one is how to teach TOEFL Preparation class interactively, and the last one is how to teach CVB a.k.a Conversation for Business class. For GEYL the training takes 5 days fully, while for the other two programs, each needs 2.5 days. I attend the training for CVB and TP. Yuli, a workmate, joins the GEYL training.

We left for Jakarta on Sunday 23 June 2024 by train, SEMB**NI. Angie took me to the railway station. Yuli and I got the compartment number 6, while our seats are 4C and 4D. Yuli let me choose to sit near the window or near the isle. My favorite is sitting next to the window. I will give it to someone else if the other one is Angie. haha ... The train left Tawang railway station at 11.17 and we arrived at Gambir railway station at 16.30, 5 minutes earlier than the time predicted.

From Gambir station, we walked out of the station area. Outside Gambir station is located Monas. There were many people outside the Monas area. We both walked until (I don't know the name of the road) we arrived one area across from Kementrian Dalam Negeri. Gosh, I really felt so 'ndeso' you know. lol. From there, I ordered an online taxi to reach the hotel where I would stay for 5 nights: Amaris Pancoran. The traffic was not bad, we just had to pass by a railway where at that time there were 3 trains passing one after another. 

We arrived at the hotel around 17.45. And apparently Yuli was a kinda person who didn't have any idea to go out to enjoy the city. So? we both stayed in the hotel. Luckily we both have the same 'routine': we usually don't need to eat dinner. ha ha ...

To be continued.

Amaris Pancoran 06.25 25/06/2024

Saturday, June 22, 2024

S K S D

 

aku dan Deven pura-pura sedang ngobrol, lol

Sebelum dilarang sepedaan oleh mbak Rina -- terapis kakiku yang cedera -- bulan Januari 2024, aku selalu belanja ke pasar krempyeng dekat rumah (sekitar 800 meter dari rumah) naik sepeda. Pulangnya, aku selalu menyempatkan diri bersepeda hingga mencapai jarak 10 km (bahkan kadang sampai 25 km lol) sampai kadang sayuran warna hijau yang kubeli di pasar, sesampai rumah sudah nampak rada layu. Lol. Namun semenjak Januari 2024, aku super duper jarang melakukannya. Kadang aku nitip Noek -- adikku -- yang berangkat belanja ke pasar untuk beli barang-barang yang kubutuhkan (sayuran, ayam potong, ikan pindang, bamer baput cabe you name it.) kadang aku berangkat sendiri ke pasar sih, naik motor. Jika naik sepeda aku tidak pernah mengeluarkan uang untuk membayar parkir. Tapi kalau naik motor, jelas aku bayar parkir. Sekali parkir duaribu perak. Jika seminggu aku ke pasar empat kali, ini berarti aku mengeluarkan uang ekstra delapan ribu perak. Sebulan, bisa lebih dari 30ribu perak. Kalau dipikir-pikir, uang segitu eman-eman juga yak, lol. Mending buat beli jajanan Menil dan kawan-kawan. Hihihi …

 

Menil, the clingiest cat in my home so far

 

Karena itu lah, aku mulai kadang beli ikan pindang (buat Menil dkk jugaaa) di mbak K, yang jualan sayur mayur dll dekat rumah. Satu kali dia bertanya dimana kah aku tinggal. Aku jawab kalau aku kakaknya Noek yang sudah lama sering belanja di lapaknya. Kebetulan adikku satu ini juga jualan pulsa dan mbak K itu salah satu pelanggannya. Begitu aku menyebut nama Noek, dia langsung ngerti.

 

*****

 

Tiga hari lalu aku kembali belanja ke mbak K untuk beli pindang. Sehari sebelumnya aku menyempatkan diri belanja ke pasar krempyeng. Seluruh pasar tidak ada satu pun yang jualan ikan pindang. Nampaknya semua orang sedang menikmati 'bada kambing' alias Idul Adha sehingga lebih memilih nyate kambing ketimbang membuat ikan pindang. Waktu melihatku datang -- aku hanya beli ikan pindang, karena kebutuhan yang lain sudah kubeli di pasar krempyeng sebelumnya -- mbak K menyapa, "Dinten niki sadeyan mbak?"

 

Karena aku tidak berjualan, aku ga ngeh kalau yang dituju mbak K dengan pertanyaan itu adalah aku. Aku pun diam saja. Saat mengulurkan uang, dia bertanya hal yang sama lagi. Aku tetap diam saja, sampai ada seorang pembeli lain bertanya padaku, "Sadeyan mbak deinten niki?" si pembeli itu sambil menatap wajahku, sehingga aku ngeh kalau yang ditanya "Dinten niki sadeyan mbak?" itu aku. Lol.

 

"Sinten sing sadeyan?" tanyaku balik.

 

"Loh, njenengan to?" lanjut pembeli itu, dengan ekspresi wajah yang heran kok aku bertanya seperti itu.

 

"Lha kula mboten sadeyan." jawabku.

 

Mendengar jawabanku, si pembeli itu tertawa, "Lohhh, mbak K salah ngenalin orang."

 

*****

 

Barusan seminggu yang lalu aku bertemu dengan ex employer di satu mall di Semarang. Waktu itu aku sedang duduk-duduk di satu gerai tea bar bareng Angie. Seorang perempuan berjalan menuju arahku, tersenyum sambil menyebut namaku. "Hello Miss…" karena aku merasa tidak mengenalinya, aku sampai merasa perlu menengok ke arah belakangku, barangkali orang itu tidak bermaksud menyapaku, tapi menyapa seseorang yang berada di belakangku.

 

No one was sitting or standing behind me.

 

Loh, berarti yang disapa aku dong ya. Lol. Aku menatap orang itu lagi. Untuk memastikan diri bahwa dia tidak salah, dia menyebut namaku, "Miss Nana kan?" karena aku tetap tidak mengenali wajahnya, aku pun bertanya, "Duh, siapa ya, kok saya pangling."

 

Kemudian dia menyebut namanya. Omg!!! I totally didn't recognize her. Untung dia tidak nampak kesal, malah tertawa. Aku pun bilang, "How could I not recognize you?" lol. Kemudian dia bilang, "Mungkin karena saya baru creambath, rambut saya tidak nampak seperti biasanya." ohhh yayaya … bisa jadi.

 

Anak Miss H ini dulu akrab banget denganku, mungkin sekitar tahun 2010 - 2011. di satu semester, he was the only student I had in the class. We spent around 16 slots a week! 10 slots for English, 3 slots for Bahasa Indonesia, and 3 slots for History. Salah satu topik diskusi kami berdua waktu itu -- Chinese Foot Binding versus European corset wearing -- aku tulis di blog dan menjadi post yang paling banyak dikunjungi orang. So, untuk menutupi kemaluanku, lol, aku menyebut namanya, "So, how is Vito? Where is he now?" meski aku tahu Vito sekarang tinggal di Sydney.

 

I, honestly, indeed felt uncomfortable because I didn't directly recognize her.

 

*****

 

Di satu kesempatan chatting sama mamas, aku bercerita kepadanya tentang hal ini. Dia pun mengalami hal ini beberapa kali dan merasa sangat tidak nyaman karenanya. Hahaha … therefore he understood how I felt when accidentally bumping into my ex employer.

 

*****

 

Ada hal lucu, sejenis ini, di salah satu episode awal SATC. Carrie dan Big yang baru berteman -- belum jadian, if I am not mistaken -- berjalan bersama. Mereka bertemu dengan kawannya Big dua kali, yang salah mengira Carrie adalah perempuan lain. Lol. Sialnya, Big sendiri tidak mengenali dua orang dalam dua kesempatan itu siapa, yang membuat Carrie ill feel. Lol.

 

"Mulane ta yaaa … dadi wong ki mbok rak usah SKSD," kata mamas. Lol.

 

MS48 13.30 22/06/2024

 

Friday, June 21, 2024

Tambak Lorok Semarang

The following pictures were taken by a biking friend of mine: Agung Tridja










Thursday, June 20, 2024

Men!


 

 I sent this meme to one loved of mine. He directly responded, "haha ... no comment."

I replied, "😏😏"

He excused himself, "Loh, that was not me saying that."

Hmmm ... naiklaaah. Eh, baiklaaaah.

MS48 20.30 20/06/2024

Wednesday, June 19, 2024

Emotional Ride

 

otw Solo - Semarang, Mei 2012

"Emotional eating" itu makan dengan penuh emosi, entah emosi senang atau sedih. Orang bisa jadi lupa diri. Ini kata nte Ria Serbeje, si bola bekel.

 

Aku ga pernah ngalamin itu, malah sebaliknya, kalo lagi emosi malah ga doyan makan, apalagi kalo lagi naksir, uwuwuwuuu, bawaannya kenyaaang mulu. Kekekeke …

 

"Emotional shopping" adalah kondisi sejenis, cuma luapannya belanja, bukan makan. Ini pengakuan nte Yessita Dewi

 

Mmmm ... aku juga ga pernah tuh. Belanja ya pas butuh beli sesuatu.

 

Duluuu, yang kukenal malah "emotional swimming", apalagi berenang sore hari, cuaca gerimis, angin dingin berembus, pas buat nglangut.

 

Emotional biking juga jelas pernah, terutama ketika aku merasa sakaw sepedaan gegara lamaaaa tidak sepedaan antar kota. Sekarang, aku sadar diri lah, ga berani memanjakan hasrat sakaw sepedaan. Yang penting kakiku sehat dulu. Semoga Ranz masih mau kuajak sepedaan luar kota.

 

(last Friday, aku ngobrol dengan Ranz bahwa di tahun 2020 kita sepedaan ke Waduk Gajahmungkur pp. do you know what she said? "kamu mantrain aku apa itu kok aku mau-maunya nemenin kamu ngepit ke Waduk Gajahmungkur pp?" wkwkwkwkwk)

 

Kalian kalo sedang butuh meluapkan emosi, ngapain?

 

P.S.:

 

Tulisan ini aku copas dari status FB 18 Juni 2019, dan telah aku tambahin dua paragraf tentang emotional biking. Ha ha

 

MS48 18.50 19/06/2024

 

Salah satu kisah tentang sakaw sepedaan bisa dibaca di sini ya  




Pengagum Jingga

 

the color of the sky is very dramatic, do you agree? ini dijepret di Solo saat satu sore aku sepedaan bersama Ranz, di bulan Agustus tahun 2017

"Pengagum jingga di atas samudera"

 

Begitulah salah satu 'deskripsi' yang ditulis oleh Lily tentang dirinya sendiri, selain sebagai penikmat kopi, pecinta pantai, pemburu sunset, dan travelholic.

 

Membaca itu saja sebenarnya aku tahu bahwa kami berdua menyukai banyak hal yang sama. Not to mention sama-sama menyukai menulis status #GombalRetjeh ha ha

 



 

Di tulisan "pantai versus gunung" aku telah menulis betapa aku suka memandang laut lepas. Satu kali dulu, aku pernah dolan ke pantai Baruna, salah satu pantai di kota Semarang, yang tidak dikomersilkan, sampai sekarang. I was with someone. Waktu itu aku bilang ke dia, "aku bakal tahan loh kalau hanya duduk-duduk di sini sambil memandang pantai semalaman, sampai pagi." dia bilang, "sayangnya kita tidak bisa melakukan itu di pantai ini karena tentu kita akan diburu petugas, disuruh pergi." Saat itu mulai tumbuh keinginan satu kali aku akan camping di tepi pantai. hoho

 

Apalagi jika terlihat warna jingga saat matahari turun di peraduan. The sky will look very terrific! Perpaduan warna jingga di langit yang dipantulkan di atas samudera itu super stunning! Sayangnya tidak selalu langit akan menampilkan warna seperti itu.

 

Akan tetapi, aku tidak hanya memburu warna jingga di langit saat menjelang matahari terbenam di pantai. Di mana pun aku berada! Saat aku sepedaan di belantara kota, bahkan juga saat aku berenang! Jika kulihat ada tanda-tanda langit berubah warna menjadi jingga, akan kusempatkan keluar dari kolam renang (orang Jawa menyebutnya 'mentas') untuk memotret langit!

 

How about you?

 

MS48 18.08 19/06/2024

 

hari Senin 17 Juni 2024

di atas kolam renang THE CLUB bulan Mei 2024

pantai ini tak bernama, lokasi tak jauh dari pantai Marina. sekarang, akses masuk tertutup untuk umum. kujepret di tahun 2020

ini di satu pagi, tahun 2020, Kota Lama

di satu sore, di jalan 'baru' kalau dari arah Timur, ini menuju RS Roemani

di satu pagi, di sawah daerah Kalibanteng, many years ago. The last time I used this pannier bag was in 2019 😃


di pantai tak bernama, sama dengan lokasi pantai di foto atas

Selamanya Cinta

 


 

Di kala hati resah

Sribu ragu datang memaksaku

Rindu semakin menyerang

Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu

Dengan sayap pengharapanmu

Ingin terbang jauh

 

Biar awanpun gelisah

Daun-daun jatuh berguguran

Namun cintamu kasih terbit laksana bintang

Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

 

Andaikan ku dapat mengungkapkan

Perasaanku hingga membuat kau percaya

Akan kuberikan seutuhnya

Rasa cintaku selamanya...selamanya…

 

Andaikan ku dapat mengungkapkan

Perasaanku hingga membuat kau percaya

Akan kuberikan seutuhnya

Rasa cintakuRasa cinta yang tulus dari dasar

Lubuk hatiku

Tuhan, jalinkanlah cinta

Bersama.. Slamanya

How do you view people?

Trust me, this is not always right 😃 it depends on how old the woman is 😆😆😆 and I think it is also applicable to men. Once upon a time, I knew a man who viewed a woman who was 10 years older than him sexy and inviting; a younger woman was just a spoilt brat for him. 😎😇😆



Tuesday, June 18, 2024

Lily

 

Lily, aku, Sulis, Lily's other facebook friend from Semarang. Sulis treated us lunch at Anne Avantie's resto

di lobby Gumay* hotel, tempat Lily menginap

aku punya seorang kawan facebook yang mengaku membatasi jumlah 'kawan' online-nya, mungkin tidak sampai 400 orang. dan, menurut pengakuannya (lagi) dia mengenal satu per satu kawan-kawannya itu. 

"Kalau ada yang nge-add, saya lihat-lihat orang ini masuk circle mana, kalau banyak 'mutual friends' ya kemungkinan akan saya konfirm. tapi, setelah 2 - 3 minggu kok tidak ada reaksi apa pun dari orang itu ke status-status saya, dia akan saya remove. Saya tidak mau, misalnya melihat status seseorang dengan nama yang saya tidak familiar. Saya harus benar-benar tahu orang itu." katanya.

entah apa yang membuatnya nge-add aku sekitar 4 tahun yang lalu. katanya sih dia tertarik pada foto-foto sunset + sepeda yang waktu itu sering aku unggah. (NOTE: 3-4 tahun lalu, saat pandemi, aku cukup sering sepedaan, lalu memotret Austin / Snow White dengan background sunset atau sunrise. maklum, gabut total.) aku langsung konfirm permintaan pertemanannya karena namanya tidak asing buatku. Aku sering lihat dia berinteraksi di wall beberapa kawan facebook, misal mbak Rani Rahmani.

ternyata, setelah berteman, dia tertarik pada status-status yang kuberi hestek #GombalRetjeh komentar-komentarnya di status-status gombal itu hilarious banget, lol. mungkin itu yang membuat kami berdua saling menandai satu sama lain. We don't really know each other but we can be friendly to each other. Kami ga pernah ngobrol di inbox tentang hal-hal pribadi, misalnya. I don't know what she does to make her ends meet, I don't know her past; like wise, she doesn't know about my job or my past either. Paling ya yang dia tahu hanya yang aku pajang di facebook: I love biking, I love taking pictures of my bike and nature, I have one daughter dan tidak pernah ada fotoku berdua dengan laki-laki yang pasti membuatnya menyimpulkan bahwa aku jomblo. 😂😂😂 aku sendiri juga menyimpulkan bahwa she has no one special dari postingan-postingannya. (she had someone special in the past but then they were separated, ini juga bisa kusimpulkan) selain bahwa dia itu penyuka kopi.

I can be very friendly on social medias, but it does not necessarily mean that I will really be willing to make friend in real life. (nah lo!) sejak 'main' di multiply (2007) sampai aktif di facebook, lumayan banyak kawan yang bilang pengen bertemu denganku in real life, andai mereka punya waktu ke Semarang. Nah! ini nih yang membuatku susah, lol. belum tentu loh aku mau bertemu. 

setahun lalu saat Lily datang ke Indonesia (she lives abroad), dia sempat nginbox bertanya apakah aku bersedia bertemu andai dia ada waktu untuk menyempatkan diri datang ke Semarang. aku bilang okay. namun, ternyata waktu tidak begitu mendukung kami berdua untuk kopi darat tahun lalu. maka, beberapa bulan lalu, dia sempat menulis komen di salah satu postinganku atau di salah satu postingannya, yang dia tujukan padaku, "Non, besok Juni saat aku balik ke Indonesia, aku ke Semarang ya! kamu harus menemaniku jalan-jalan di bla bla bla."

tapi, aku lupa, lol. aku sendiri off dari facebook sejak pertengahan April.  sekitar satu setengah bulan aku sama sekali tidak membuka akun utamaku. (aku punya akun 'alter' yang masih kadang kubuka, meski jarang sekali) dan ternyata Lily beneran datang ke Indonesia. setelah dia stay selama 4 hari di Jogja, dia berencana datang ke Semarang. dia mengirimiku direct message via inbox, tapi tidak kubuka, dia nge-wall (a.k.a menulis di wallku), tidak kubuka juga karena aku tidak dapat notif dari facebook. (FYI, 'wall'ku itu terbuka buat siapa saja untuk menulis, tapi sudah aku set sedemikian rupa hingga yang bisa melihat sekaligus membaca apa yang ditulis/diunggah orang di wall, hanya aku yang bisa lihat.) hingga akhirnya Lily menulis komen di satu postingan lama, dan ngetag seseorang (read => my 'top fans' lol) minta tolong untuk memberitahuku bahwa dia sedang di Semarang.

Lily and I finally met in person on Monday 10 June. but she has visited Kota Lama and Lawangsewu. Sulis, her other friend from Semarang, accompanied her to go to those two places. We didn't have much time to be together though, she would continue her trip to Jakarta on that day. 

Well, darling Lily, I do appreciate your 'effort' to meet me in person. You are such a nice person, ga sepertiku yang moodnya up and down ga jelas so quickly. lol. Be blessed always.

PT56 10.46 18/06/2024

P.S.:

I just got notif from facebook, Nanna Lee and Lily Alfanz have been friends on facebook since 4 years ago. pas hari ini! WOW!

What do men have in their mind?

 

awokawokawokawok

Sebatangkara

aku tidak pernah merasa sebegitu sebatangkara sampai hari Minggu kemarin aku menengok seorang rekan kerja yang habis kecelakaan di hari Sabtu, saat dia akan berangkat ke kantor. 

mumpung hari Minggu, Angie libur, so aku bisa memintanya untuk menemaniku menengok rekan kerja ini di satu rumah sakit yang terletak di Jl. Pandanaran. (not only was it Sunday, but also the hospital is located not far from my house, so it was very convenient for me to visit her.) sesampai di ruangannya, aku heran, yang berkumpul menengoknya itu mungkin ada sekitar 10 orang! waktu aku ngobrol dengan rekan kerja ini, ada 4 orang undur diri, nampaknya mereka adalah tetangga. lha yang lain? ada bapak ibu, ada adik-adik, ada paman, ada sepupu, juga anaknya yang masih balita. tidak lama kemudian, ada lagi yang datang menjenguk. dari cara temanku ini menyapa, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa yang baru datang itu pamannya. 

setelah meninggalkan rumah sakit, aku dan Angie jalan-jalan ke satu mall yang terletak di daerah Simpanglima; Angie mengajakku jajan es krim. lalu kami ngobrol. 

"Yang, Angie berpikir yang sama dengan Mama ga? ketika tante sakit, yang menjenguk ya paling kalau tidak di antara kita ya suaminya tante? sementara tadi teman kerja Mama yang datang menengok banyak sekali."

"Begitulah kita ini Ma: sebatangkara, jauh dari sanak saudara." jawab Angie. 

I am okay with this, anyway. Mom and Dad dulu tentu punya pertimbangan yang kuat saat memutuskan untuk terus tinggal di Pulau Jawa, dan bukannya pulang ke Gorontalo. 

PT56 07.23 18/06/2024



How sporty are you?

aku pernah menulis somewhere di postingan di blog ini bahwa satu kali, aplikasi strava itu aplikasi yang paling penting berada di gadget karena aku tidak ingin terlewat satu hari pun tidak mencatatkan kegiatanku berolahraga, misal bersepeda atau berjalan kaki. (sayangnya aku belum punya smart watch yang bisa kupakai saat berenang untuk mencatat kegiatanku berenang di strava.) 

Nevertheless, akhirnya aku pun sampai di hari di mana strava tak lagi begitu penting di gadget saat terapisku bilang, "mbak Nana jangan bersepeda maupun berenang dulu," apa boleh buat? hiksss ... 

dua hari lalu aku menyalakan strava saat akan bike to work. (FYI, hari Sabtu itu aku mengajar full loh! dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore.) aku melihat postingan seorang kawan sepedaan, dia menulis, "setelah 3 tahun sama sekali tidak berolahraga, tubuh rasanya berat sekali." o em ji! how could he stay away from doing sport for 3 years? lha aku yang sempat berhenti selama kurang lebih 3 bulan gegara mbak Rina, sang terapis, melarangku bersepeda juga berenang saja rasanya ga enak banget je. "I feel guilty toward my body!" tulisku di satu postingan. ini karena aku ngeper juga dengan ancaman mbak Rina, "kalau mbak Nana maksain bersepeda maupun berenang dengan kondisi cedera kaki seperti ini, nanti mbak Nana malah ga bisa jalan loh." wedew!

tapi, eh, tapi, kawanku satu itu kan married ya? mungkin dia rajin olahraga gulat atau sejenis itu dengan pasangannya. sementara aku kan "jomblo" (kata Lily Alfanz, lol) manalah punya pasangan untuk itu? 

ini sekalian #syurhat ya ges ya. lol. 

di atas ini adalah foto saat aku bike to home hari Rabu 12 Juni 2024, setelah hujan berhenti. (thank god hujan turun saat aku masih mengajar. saat aku pulang, hujan telah selesai.)

PT56 07.10 18/06/2024

Monday, June 17, 2024

Heavenly

Being away from social media full of people's noise is heavenly. I don't need to fake to be sociable because the fact is I am an introvert aloof. 


PT56 22.13 17/06/2024

Sunday, June 16, 2024

What type of woman are you?

 


Di bukunya IS THERE STILL SEX IN THE CITY, dalam chapter "Middle-Aged Madness" Candace Bushnell bercerita tentang seorang kenalannya yang bernama Ess. Ketika muda dia sempat bekerja menjadi seorang model, hingga dia bertemu dengan seorang laki-laki, dan menikah. Setelah menikah, dia pun berhenti menjadi model, dan fokus ke pernikahannya. Sayangnya, pernikahannya tidak berlangsung lama. "The marriage was good for five years and then real life rushed in." tulis Bushnell. Honestly, I kinda liked Bushnell's sentence, "then real life rushed in.." seolah-olah bahwa kebahagiaan itu hanya semu dan hidup yang sesungguhnya adalah ketika hidup berantakan.

 

Setelah bercerai, Ess tidak bisa lagi bekerja menjadi model karena tubuhnya tidak lagi menunjangnya. Hingga satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah mencari lelaki yang mapan untuk menikahinya agar hidupnya dan 2 anaknya selamat. She did find one man dengan segala drama yang harus dia lakukan sebelumnya.

 

Namun ternyata pernikahan yang kedua ini pun tidak berjalan mulus. Jika suami pertama melarikan diri setelah bangkrut tidak mampu membiayai keluarganya, suami kedua Ess menceraikannya karena beda pendapat tentang 'what kind of healthy life they should have." tentu setelah menjalani serangkaian drama (sounds very trivial for Indonesian people, don't you think?)

 


Masih di chapter yang sama, Bushnell bercerita tentang Margo; di usianya yang menjelang 60 tahun, Margo tidak memiliki tempat tinggal juga tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Saat masih menikah, Margo melepaskan pekerjaannya demi berkosentrasi pada rumah tangganya. Tapi, dia punya bakat yang bagus: melukis. Harapannya bahwa dia akan memiliki sedikit uang setelah ex suaminya menjual rumah tempat mereka tinggal bersama sebelumnya, kemudian membagi harta gono-gini dengannya.

 

Melukis adalah satu-satunya hal yang bisa dia andalkan untuk menopang hidupnya di masa datang. Setelah dia mendapatkan pekerjaan untuk melanjutkan hidup, Margo mendapatkan kabar bahwa seorang tantenya meninggal dan meninggalkan sedikit warisan untuknya.

 

Semenjak 'gerakan feminsime' masuk ke Indonesia -- mungkin di dekade 90an -- orang-orang mulai menggiatkan pemahaman bahwa perempuan itu harus ikut bekerja. Jika di masa orde baru perempuan dibebani peran ganda -- bekerja di luar rumah itu baik-baik saja, namun pekerjaan dalam rumah tangga tetaplah menjadi tanggungjawabnya. Pemahaman feminisme mencoba menyadarkan laki-laki dan perempuan bahwa tidak boleh ada peran ganda seperti ini. Laki-laki pun bisa memasak, bersih-bersih rumah, mencuci dan menyeterika pakaian, you name it.

 

Dan sejak itu, para perempuan pun giat 'saling menasehati': "bekerjalah, agar jika terjadi apa-apa pada suamimu, kamu tetap bisa melanjutkan hidup." di balik nasehat yang 'mulia' ini, sayangnya kemudian bisa menjadi bumerang, apa lagi jika ternyata laki-laki yang diandalkan -- sehingga dinikahi -- malah kemudian membebankan semua masalah finansial ke perempuan.

 

(Note: tentu ini beda ya dengan kasus para suami istri yang mempertimbangkan dengan matang-matang di mana sang suami memilih menjadi househusband.)

 

Saat membaca IS THERE STILL SEX IN THE CITY pun saya tidak menyangka bahwa di Amerika yang pemahaman kesetaraan jender datang lebih dahulu ketimbang di Indonesia, kita akan tetap menemukan kasus-kasus perempuan seperti Ess dan Margo.

 

Akhir-akhir ini, di media sosial saya mulai mengamati para perempuan yang mandiri -- single, financially established -- yang tidak lagi setuju dengan 'nasehat' yang saya tulis di atas, "bekerjalah agar bla bla bla". Mereka berpendapat bahwa jika seorang laki-laki ingin menikahi mereka, laki-laki itu harus mampu membiayai kebutuhan mereka semua seperti saat mereka masih single. '

 

"Sekarang penghasilanku sudah melebihi 2 digit. Untuk perawatan ke klinik kecantikan, aku minimal butuh 8 juta per bulan. Belum hang out ke café, traveling, bla bla bla." kata beberapa perempuan itu. Tipe pernikahan "mari kita menikah, lalu kita mulai semuanya dari nol bersama-sama, aku bekerja, kamu bekerja. Bla bla bla …" tidak lagi menarik. Atau bahkan pernyataan seorang laki-laki, "Menikahlah denganku. Aku tidak akan melarangmu untuk terus mengejar kariermu setinggi langit. Kamu akan tetap bebas melakukan apa saja demi karier. Bla bla bla" tidak lagi inviting. Hal seperti ini, seperti yang saya tulis di atas, malah bisa menjadi bumerang bagi perempuan. Seolah-olah dia dibebaskan mengejar karier, namun sebenarnya di balik itu, lelakinya memintanya untuk 'share financial burden'.

 

Di akhir buku IS THERE STILL SEX IN THE CITY, Bushnell menulis memang ada berbagai macam perempuan; Ess bukan satu-satunya perempuan yang dalam hidupnya akan terus menggantungkan kelangsungan hidupnya pada laki-laki, some are lucky some others are not. Some are like Margo. Ketika kudu melanjutkan hidup setelah bercerai, dia akan mencoba memaksimalkan talenta yang dia punya, atau mencoba mencari-cari talenta apa yang bisa dia gali, kemudian dia maksimalkan untuk bisa terus survive. Yang lain tipe petarung, terus bekerja keras, tanpa mencoba mencari keberuntungan untuk mendapatkan lelaki yang akan menghidupinya. You may add other kinds. Choose one and be responsible to get the consequences.

 

So, what kind of woman are you? What kind of man are you?

 

PT56 10.25 16/06/2024

 

Friday, June 14, 2024

Ms. Smiling

I copied the following writing from my facebook status I wrote on 14 June 2023. FYI, there were 74 reactions, only one gave 'laughing reaction'; and that was from my Abang. Only my Abang could see the humor of this post? 🤣🤣🤣

This pic was taken in 2007

This pic was taken in 2022


Semalam, seorang siswa menatapku lekat-lekat. Menyadari hal ini, aku tersenyum padanya. To my surprise, dia kemudian bertanya, "Why are you smiling, Miss?"

Aku pun bengong. Piye iki karepe bocah siji iki. 

"What? Why are you asking me that?"

"Well, you like smiling, don't you?" tuduhnya 😆😆😆

Aku tetap ga ngeh maksudnya apa. Lha ada siswa yang memperhatikanku, aku ngonangi dia melakukan hal itu, lalu aku tersenyum padanya. What went wrong? 

"Ahhh. Maybe because tonight I am not wearing my mask so you can see my smile easily?" Tanyaku balik. (Mbulet? Ho oh kayaknya 🤣🤣🤣) 

"No. Not just tonight. I used to be in your class too a few years ago. I already recognized you that way: a teacher who likes to smile."

Hmmm ... tiba-tiba aku ingat my Mom dulu pernah bilang sejak bayi aku tuh sumeh. Setiap ada tetangga yang "ngliling" aku akan senyum atau tertawa ramah. 

"Well, my Mom said I have been like this since I was a baby." Kubilang.

"Really?" Tanyanya, ga percaya. 😂

Aku ingat seorang eks siswa. Sekitar 12 tahun lalu dia bilang: "Miss Nana looks friendly when smiling. When angry? She looks very scary!" Dia bilang itu ke teman sekelasnya di depan hidungku. Aku pun tertawa-tawa mendengarnya.

Dan ... barusan aku baca satu tulisan lamaku di blog, obrolan pendek dengan seseorang, yang dulu pernah dekat denganku, obrolan yang jelas2 menunjukkan aku sedang PMS akut. Meledaklah tawaku membacanya 😆😆😆 

Jika ada yang mengaku awet muda karena wajahnya ga berubah saat membandingkan foto dirinya sekarang dengan fotonya 15 tahun lalu, let's say, kupikir itu justru salah. Dia itu malah awet tua: lha sejak 15 tahun lalu wajahnya sudah setua 15 tahun kemudian je. Wkwkwkwkwkwk ...

P. S.:

I don't remember which student she/he was. Ha ha


The Grass is Greener on the Other Side of the Fence

 


"Why does a woman of our age, especially those who have been married before, need to bother herself to join such matchmaking application only to look for a date? Are you kidding me?"

 

An acquaintance said this when she and I were hanging out together, she didn't say this to me, but to someone on the phone.

 

*****

 

On facebook, I had a friend who was once married for 24 years. She needed 24 years to get full courage to divorce her (ex) husband who -- she claimed -- didn't treat her well during their marriage. Nevertheless, on her wall, she openly states that she still believes in love and marriage. She is still looking forward to a time when she will meet a Mr. Right.

 

When someone writes a comment on her status, "My husband passed away many years ago. I have been single since then. However, I am happy with this situation. I no longer need a spouse. It is enough for me to have a good memory of my marriage with my late husband. He was such a good husband." this facebook friend of mine responded, "It is good for you. And I am happy for you. But I have never experienced happy marriage before, and I believe I deserve to get that. That's why I still want to get married again."

 

However, I don't know whether this facebook friend needs to join any matchmaking application -- such as tinder -- or she just goes with the flow of her life.

 

*****

 

One workmate of mine has an assistant, a woman who has been divorced. This woman uniquely still sometimes stays with her ex, when she visits the town where her children live. Her children live with her ex-husband. And she still gets monthly allowance from her ex.

 

"What kind of life is more exciting than that? A woman who still gets enough monthly allowance from her ex, and she doesn't need to 'serve' that man! Many other women want that kind of life, I believe." said one loved of mine.

 

But that woman still has a boyfriend whom she met on facebook for the first time. Plus her boyfriend lives in a different city from her that makes her need to come to the boyfriend's city when they want to meet in person. It means that her life is not enough exciting, don't you think? I am of opinion that if she and her boyfriend are really serious to tie the knot one day, the woman's ex-husband will no longer give her monthly allowance.

 

*****

 

Everyone has different preference in this life. No one has better preference than the other, I presume. Let people make choices. No need to envy others. No need to feel insecure with what other people think.

 

And I choose to write this for my blog and give it a title 'THE GRASS IS GREENER ON THE OTHER SIDE OF THE FENCE' one quite old saying.

 

MS48 17.03 14/06/2024

 

Thursday, June 13, 2024

Silence is

In silence, we even can talk a lot more than when we speak with a great number of words. Sometimes.



Wednesday, June 12, 2024

How old is old?

 


Tulisan ini terinspirasi oleh satu status facebook yang kutulis pada tanggal 11 Juni 2018, saat berada di ruang tunggu ICU, menunggui Mom.

 

Saat itu, aku akan ke rumah sakit sekitar pukul 21.20 setelah selesai mengajar jam 21.00. Di sana, Angie sudah ada di lokasi; biasanya sepulang dari kantor, Angie akan pulang ke rumah terlebih dahulu, mandi, ganti baju lalu ke rumah sakit, menggantikan tantenya yang berjaga di ruang ICU sejak pagi. Kami berjaga berdua. Rasanya kalau di malam hari itu, perasaan rapuh lebih mudah menghinggapi sehingga jika terjadi sesuatu, minimal, kami berdua akan merasakannya bersama. Sedangkan Noek, adikku, biasanya jaga sendiri dari pagi sampai sore. Kadang adik ragilku, Riz, datang menjenguk.

 

Sebenarnya ada peraturan di ruang tunggu ICU bahwa satu orang pasien hanya boleh ditunggui/dijaga oleh satu orang anggota keluarga, mungkin agar ruang tunggu itu tidak dipenuhi orang. Namun peraturan ini tidak terlalu dihiraukan oleh mereka yang anggota keluarganya masuk ruang ICU, dan rumah sakit membiarkannya. Well, just in case terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

 

Satu malam, ada kabar seseorang berpulang. Sang istri (so I thought) yang menunggu di ruang tunggu langsung menangis tersedu sedan saat mendengar kabar itu. Untunglah, saat itu ada anggota keluarga lain yang menemaninya sehingga dia bisa langsung mendapatkan 'consolation' berupa pelukan yang memang dia butuhkan. Just imagine if she had been alone at that time, she would not have had anyone to directly share her sorrow.

 

USIA LANJUT

 

Di samping 'sofa' tempat aku dan Angie istirahat di malam hari, ada sofa lain yang ditempati oleh seorang perempuan. Seperti sofa yang kupakai, yang menempati sofa itu berganti-ganti. Satu malam, terjadilah percakapan seperti di bawah ini.

 

P(erempuan): "Nungguin siapa mbak? Siapa yang sakit?"

A(ku): "Ibu."

P: "Oh, sama. Ibunya sakit apa?"

A: "Komplikasi beberapa penyakit. Lha ibu njenengan?"

P: :Ibu saya sakit jantung."

A: "Ibu saya juga ada keluhan jantung. Usia ibu njenengan berapa?"

P: "Ibu saya usianya sudah lanjut kok."

 

Aku heran, usia berapakakah yang dimaksud "usia lanjut" itu? Karena di medsos aku memiliki teman yang berusia 72 tahun yang masih aktif sepedaan antar kota antar propinsi, dan seorang professor yang berusia 82 tahun yang juga masih aktif bepergian menghadiri ini itu. Jadi, bisa kah jika aku 'mematok' kategori usia lanjut itu di atas 90 tahun?

 

A: "Ibu saya usianya 73 tahun, besok Agustus 74 tahun."

P: "Oh, sama, ibu saya juga usianya tujupuluhan lebih."

A: "Tujuhpuluh berapa tepatnya?"

P: "Mmm … pokoknya lebih dari 70 tahun."

 

Well, ternyata perempuan itu tidak begitu ingat berapa usia ibunya.

 

*****

 

USIA TUA

 

Beberapa minggu yang lalu di salah satu kelas yang aku ampu, seorang siswa curhat tentang betapa sang ibu stalking media sosialnya sedemikian rupa sehingga dia merasa tidak nyaman. Walhasil, dia pun ngeblok sang ibu. (This student of mine is male, around 25 years old.) seorang teman sekelas menyatakan keheranannya karena sang ibu ini masih aktif main medsos.

 

"Seriously? Your parents do not join any social media?" kutanya dia.

 

"No, Miss. They are already old." jawabnya, yang membuatku heran, lol. Aku heran karena siswa satu ini lebih muda satu tahun ketimbang Angie, dan kuperkirakan orangtuanya mungkin sekitar usiaku. Aku jadi sensitif, apakah di matanya aku juga sudah nampak tua? Sehingga mungkin di matanya tidak layak aktif di medsos? Lol.

 

"Oh? Really? How old are your parents?" tanyaku lagi.

 

"Well, I don't know. Perhaps almost 60?" jawabnya.

 

"60 years old is not old yet, I think," kata satu siswa lain lagi.

 

"Oh yeah? Whatever. Perhaps my parents are just not into social medias." lanjut siswa yang itu. Lol.

 

*****

 

Jadi ingat waktu berada di kelas "American 19th Literature". Saat membahas cerpen Nathaniel Hawthorne yang berjudul "Young Goodman Brown" di kelas Professor Egan. Aku menyebut, "An old man, around 50 years old," yang kemudian diprotes oleh Professor Egan, "Nana, I am fifty years, and I don't feel old. I am still young." waktu itu aku hanya tersenyum simpul mendengarnya. Sekarang? Jelaaas, aku setuju dengan Prof. Egan, bahwa usia 50 tahun itu masih muda! Lol.

 

Well, seperti kata Candace Bushnell dalam bukunya IS THERE STILL SEX IN THE CITY, bahwa telah terjadi pergeseran pelabelan usia. Aku yakin pasti jargon "Sixty is the new forty," cukup ring a bell kan ya? 

 

Atau mungkin hanya orang-orang menolak dilabeli tua setelah mereka mencapai a certain age bracket? lol.

 

PT56 13.09 12/06/2024